Kata Pengantar
Bhikkhu Jinadhammo Maha Thera, sosok anggota Sangha yang sederhana, bersahaja, tenang, penuh cinta kasih dan kadang penuh humor memasuki 40 vassa pengabdian dalam pengembangan agama Buddha di Indonesia terutama di bumi Andalas (Pulau Sumatera). Sosok yang memberi pengarahan tanpa menggurui dan tidak menyakiti yang bertanya, memasuki usia ke-65 tahun ini masih penuh semangat tanpa mengenal lelah menyebarkan dan mengembangkan Buddha Dhamma.
Dalam 40 vassa pengabdian sebagai anggota Sangha di bumi Andalas, sang “Eyang” telah bepergian ke berbagai pelosok daerah di Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, dan Aceh. Tak sedikit vihara yang berdiri atas prakarsa dan dorongan beliau, juga tidak sedikit umat Buddha yang menjadi mengerti praktik Buddha Dhamma yang sebenarnya atas bimbingan dan pengarahan beliau di daerah tersebut. Tak heran kalau banyak pihak yang mengakui perkembangan agama Buddha di daerah tersebut tidak lepas dari keuletan beliau di dalam penyebaran Buddha Dhamma.
Sebagaimana kesederhanaan yang ditunjukkan beliau dalam kehidupan sebagai anggota Sangha, arahan beliau kepada umat Buddha juga sangat sederhana.
“Bacalah berulang-ulang Empat Kebenaran Mulia, simak dan praktikkan Jalan Mulia Beruas Delapan. Hadapi dan terima kenyataan hidup yang penuh penderitaan dengan lapang dada. Semua mengalami dukkha. Kembangkan sikap cinta kasih kepada semua makhluk sebagaimana tercantum dalam Karaniya Metta Sutta. Segala sesuatu yang terbentuk dan dibentuk adalah tidak kekal. Berlatihlah dengan sungguh-sungguh, dengan kamma mendukung, disertai objek meditasi yang tepat, Nibbana dapat tercapai.”
Buku saku ini diterbitkan sebagai pengantar, pemberitahuan kepada umat Buddha tentang akan diterbitkannya sebuah buku yang berisi catatan perjalanan, pengabdian Bhikkhu Jinadhammo Maha Thera selama 40 vassa. Buku “Catatan dalam Gambar, 40 Vassa Bhikkhu Jinadhammo Maha Thera"; “40 Vassa Bhikkhu Jinadhammo Maha Thera, A Pictorial Retrospect” yang akan diterbitkan tersebut merupakan buku bergambar yang memuat foto-foto dan penjelasan rangkaian kegiatan yang telah dilakukan oleh Bhikkhu Jinadhammo Maha Thera di dalam pengabdian beliau mengembangkan Buddha Dhamma.
Melalui buku saku ini juga, Tim Penulis dan Penyusun buku “Catatan dalam Gambar, 40 Vassa Bhikkhu Jinadhammo Maha Thera” memohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i se-Dhamma untuk bersedia memberikan dukungan untuk penerbitan buku ini baik dalam bentuk data (foto berikut penjelasannya) dan dana. Kami yakin dengan dukungan Bapak/Ibu/Sdr/i se-Dhamma, apa yang akan kami lakukan ini dapat menjadi lebih baik. Kiranya buku tersebut dapat turut mendorong semangat pengembangan Buddha Dhamma di bumi Nusantara yang kita cintai ini.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta...
Tim Penyusun Buku
“Catatan dalam Gambar, 40 Vassa Bhikkhu Jinadhammo Maha Thera”
Sang “Eyang”, Bhikkhu Jinadhammo Maha Thera
Terlahir di Desa Gempol Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali di Jawa Tengah pada tanggal 3 September 1944 dari pasangan Bapak Adma M. dan Ibu Sadiem, dan diberi nama Sunardi. Kedua orang tuanya tentu tidak pernah menyangka kalau putra ke tiga dari enam bersaudara ini bakal menjadi seorang anggota Sangha yang cukup dihormati di Indonesia khususnya di wilayah Rayon I.
Masa kecil Sunardi boleh dibilang tak terlalu dinikmatinya, maklum selain keadaannya sendiri yang sering sakit-sakitan, situasi pada saat itu yang masih dalam suasana perang. Sunardi kecil dan keluarganya harus selalu berpindah-pindah. Kadang ke Timur, kadang ke Barat, Utara, dan Selatan, yang penting menghindar ke arah berlawanan dari suara senapan. Bukan hanya ketakutan yang dirasakan, tapi kelaparan juga kerap kali menghantui warga desa. Pada waktu itu, makan nasi dengan lauk kacang sudah merupakan suatu yang patut disyukuri dan terasa sangat nikmat.
Sepulang sekolah, Sunardi selalu membantu orang tuanya di sawah. Sesekali ia menerima upahan dari para tetangga untuk menggembalakan ternak kerbau dan kambing. Dan sambil menunggui gembalaannya merumput, lagi-lagi Sunardi meneruskan kesukaannya mencari batu atau sesuatu yang bisa digunakan untuk diukir.
Pada masa remaja, Sunardi bersama teman-temannya sering mengunjungi Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang tidak jauh dari rumahnya. Di kedua tempat tersebut banyak sekali gambar relief dan patung yang sangat indah di sepanjang dinding candi. Setelah melihat semua keindahan yang ada di candi tersebut, sejumlah pertanyaan muncul dalam diri Sunardi. Siapa yang membuatnya? Untuk apa bangunan tua itu dan apa manfaatnya? Keinginan mengetahuinya begitu besar, dan mungkin karena kamma Sunardi telah berbuah, melalui seorang rekannya dari Bandung ia mendapat kiriman majalah Lembaran Mutiara Minggu (LMM) yang isinya memuat empat agama besar di Indonesia, yakni Islam, kr****n, Hindu, dan Buddha. Setelah membaca majalah tersebut, mulailah Sunardi mengenal agama Buddha. Akhirnya, jawaban dari setiap pertanyaan yang timbul tentang relief-relief dan patung-patung di Candi Borobudur dan Candi Prambanan terjawab sudah, yang mana relief-relief dan patung-patung tersebut menggambarkan kebesaran agama Buddha di Indonesia pada zaman Sriwijaya dan Majapahit.
Sunardi terus mempelajari agama Buddha melalui majalah LMM yang selalu dikirim kepadanya. Semakin banyak yang dibaca dan dihayati. Sunardi merasa Buddha Dhamma begitu menarik, dapat menentramkan dan membahagiakan dirinya.
Dalam suatu kesempatan di kota kembang, Bandung, Sunardi bertemu dengan Bhikkhu Ashin Jinarakkhita. Dari beliaulah Sunardi mulai mempelajari paritta-paritta suci dan memperdalam Dhamma. Pertemuan dengan Bhikkhu Ashin Jinarakkhita membuat Sunardi semakin aktif mendalami ajaran Buddha Dhamma.
Berkat kemauan dan ketekunan hati yang kuat terhadap Buddha Dhamma, dalam waktu singkat, Sunardi telah menguasai paritta-paritta suci dan mulai memimpin kebaktian. Sejak tahun 1962, mulailah Sunardi mendampingi Bhikkhu Ashin Jinarakkhita dalam mengembangkan agama Buddha baik di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa.
Dan Sunardi terus melanjutkan upayanya mengembangkan agama Buddha sampai saat ini sebagai anggota Sangha. Apa saja yang telah dilakukan Sunardi yang sekarang kita kenal sebagai sosok Bhikkhu Jinadhammo? Apa kesan umat Buddha terhadap dirinya? Semuanya dapat kita baca dan teladani dalam buku yang akan diterbitkan sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan atas 40 vassa pengabdian beliau.
Penerbitan Buku
Buku tersebut akan diterbitkan oleh:
Panitia Perayaan 40 Vassa Bhikkhu Jinadhammo Maha Thera.
d.a. Vihara Buddha Dharma
Jl. Jend. Sudirman No. 8
Bagan Batu-Riau 28992
Telp. (0765) 551889
Sumber Dana
Sumber dana penerbitan buku tersebut:
1. Kas Panitia Perayaan 40 Vassa Bhikkhu Jinadhammo Maha Thera
2. Dana partisipasi umat sebagai wujud penghargaan atas upaya yang telah dilakukan oleh Bhikkhu Jinadhammo Maha Thera.
Bagi Bapak/Ibu/Sdr/i se-Dhamma yang ingin memberikan bantuan dalam upaya penerbitan buku tersebut atau yang memerlukan informasi dapat menghubungi:
Panitia Perayaan 40 Vassa Bhikkhu Jinadhammo Maha Thera
d.a. Vihara Buddha Dharma
Jl. Jend Sudirman No. 8
Bagan Batu-Riau 28992
Telp. (0765) 551889
Dana dapat ditransfer ke:
No. Rekening: 108 000 989 4040,
a.n. Yayasan Buddha Dharma
Bank Mandiri
cabang Bagan Batu – Riau
dengan mencantumkan kode 40 di belakang nominal, cth: Rp. 50.040,-
"Kalau sudah transfer dana harap SMS ke Sentosa (0813 6219 9231) atau Yumi (0811 6024 298)."
atau dapat disampaikan melalui:
- Padang dan sekitarnya (SUMBAR)
UP. Sudharma SL, 0812 6607 252
- Medan dan sekitarnya (SUMUT)
Sentosa S., 0813 6219 9231
- Kepulauan Riau
UP. Budianto 0811 7720 89
- Pekanbaru dan sekitarnya (Riau Daratan)
UP. Suhandi, A.Md. 0761 7014 838
- Baganbatu dan sekitarnya
UP. Merlyna 0813 7805 0440
- Aceh/NAD
UP. Ermawati 0813 6001 1294