Kalau menurut saya, thread ini sebenarnya tidak ada gunanya terus diperpanjang. Entah bagaimana menurut kawan2?
Alasan saya adalah:
1. Sudah jelas DC adalah pemilik copyright untuk Samyutta Nikaya terjemahan Bhikkhu Bodhi, meskipun DC tidak melarang pihak lain memperbanyak jika memang dibutuhkan, so jadi sebenarnya tidak ada masalah meskipun ada penerbit lain yang mencetak ulang ataupun menerbitkan dengan versi terjemahannya sendiri (mohon dikoreksi bro medho, kalau aku salah). Kalau gitu kan masalahnya sudah tuntas? Berarti yang namanya "pembajakan" pada kasus ini sebenarnya tidak ada karena DC memang tidak hendak menuntutnya hingga ke jalur hukum. Apalagi Samyutta Nikaya versi Wisma Sambodhi sudah beredar jauh hari sebelum proyek DC dimulai, kalau sampai ke jalur hukum, maka SN terbitan Wisma Sambodhi pun seharusnya ikut jadi persoalan. Apalagi SN terbitan Wisma Sambodhi memang dijual.
2. Menimbang argumen no.1, tidak ada gunanya mencari tahu apakah Ehipassiko Foundation benar-benar menerbitkan SN atau tidak kalau alasannya hanya soal "pembajakan". Walaupun ada, toh sebenarnya DC harus menyambutnya dengan lapang sebagai bagian dari usaha melestarikan dan menyebarkan Buddhadhamma. Jika DC menerbitkan 2.000 set SN dan kalau seandainya EF menerbitkan juga, misalnya kalau memang iya, 2.000 set SN, ditambah dengan SN Wisma Sambodhi, bisa-bisa ada 4.000 ribu set SN lebih yang beredar di Indonesia. Bukankah hal ini justru kabar baik untuk Umat Buddhis! Logikanya, 4.000 set kan pasti hasilnya lebih optimal daripada 2.000 set.
3. Sebenarnya, sepengalaman saya, Ehipassiko Foundation cukup ketat meminta pengurusan ijin copyright pada setiap naskah yang diterima mereka. Saya pernah berbicara dengan Sdr.Handaka via email, beliau sangat menekankan perlunya ijin copyright pada naskah terjemahan yang akan mereka terbitkan. Oleh karena itu, saya sebenarnya kurang percaya jika EF akhirnya menerbitkan SN tanpa copyright sama sekali. Dalam hal ini, DC dan EF jangan sampai mau diadu domba. Sebagai sesama lembaga yang bekerja untuk pelestarian dan perkembangan Buddhadhamma di Indonesia, sudah selayaknya kita bersatu karena satu tujuan.Cukup sudah pertikaian sia-sia yang terjadi di organisasi senior "payung" Buddhis tingkat nasional. Kita yang bergerak dengan cita-cita yang lebih ideal dan suci, jangan mau diperkeruhkan oleh hal remeh-temeh seperti "siapa yang paling benar?"
Untuk sdr. nickname bangtoyib, jika ada keberatan, kata-kata yang diplomatis akan lebih berpengaruh daripada kata-kata penuh emosi. Mungkin anda merasa sedang membela suatu kebenaran, atau juga tidak, namun kata-kata kasar seringkali justru banyak melahirkan permusuhan. Mungkin sdr.menghendaki pertikaian, namun sebenarnya kemenangan tidak akan memuaskan anda.
Begitu juga kawan-kawan yang lain, mohon lebih baik sudahi aksi ramai-ramai mengadili bangtoyib, dan marilah justru membangun kesadaran untuk memahami kegelisahan di balik sebuah keluhan atau kemarahan, yang walaupun betapa provokatif kedengarannya, mungkin dilandasi oleh suatu kebutuhan dan keinginan pribadi yang mendesaknya.
Jadi, menurutku sih sebenarnya thread ini sudah tidak banyak berfungsi dengan baik. Mohon teman-teman janagn menjadi thread ini sebagai ajang maki-memaki. Cuma saran dari orang yang tidak berkuasa sama sekali untuk mengatur