Keadaan dimana orang-orang saling meng-klaim bahwa ajarannya paling benar sebenarnya bukan hanya terjadi sekarang, tetapi juga telah terjadi di masa yang lampau Sang Buddha secara langsung pernah ditanya oleh seorang pengembara yang bingung, oleh karena itu Sang Buddha meng-klarifikasi mengenai ajaran Beliau seperti yang diterjemahkan oleh Bhante Thanissaro dalam link berikut ini.
http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/thanissaro/wings/part2.html#part2-g-passagesSuatu ketika Sang Bhagava berdiam di Saketa, di hutan suaka berburu yang bernama Anjana. Kemudian Kundaliya sang Pengembara datang ke tempat tinggal Sang Bhagava, dan setelah tiba memberi salam , dan setelah saling beramah-tamah, ia duduk di satu sisi.
Waktu duduk demikian ia berkata kepada Sang Bhagava, Yang Mulia Gotama, saya sering menghadiri pertemuan di taman-taman. Sudah merupakan kebiasaan saya di tengah hari, setelah makan pagi, pergi dari satu taman ke taman lain, dari satu kebun bunga ke kebun bunga lain. Disana saya bertemu berbagai pandita dan pertapa berkhotbah mengenai pahala dari mempertahankan keyakinan mereka dalam debat, dan pahala dari mengutuk yang lainnya. Sekarang saya ingin bertanya pengalaman pahala apa yang didapatkan oleh Y.M. Gotama....?
Sang Tathagatha berdiam mengalami buah dari pengetahuan penembusan & pelepasan.’
‘Tetapi apakah kualitas yang, jika di kembangkan dan dilaksanakan, menuju pada munculnya pengetahuan penembusan dan pelepasan..?’
Tujuh faktor pencerahan (Satta Bojjhanga) ‘Dan apakah kualitas yang ...... menuju pada munculnya tujuh faktor pencerahan...?’
‘Empat landasan perhatian (Cattaro Satipatthana)‘Dan apakah kualitas yang... menuju pada munculnya empat landasan perhatian...?
‘Tiga macam perbuatan benar.(pikiran, ucapan dan perbuatan)Dan apakah kualitas yang.... menuju pada munculnya tiga macam perbuatan benar...?
Mengendalikan indria... dan bagaimana pengendalian indria jika dikembangkan dan dilaksanakan, membawa pada kemunculan perbuatan benar?
Jika seorang Bhikkhu, pada saat melihat hal-hal yang menyenangkan dengan mata, tidak terpikat olehnya, tidak menyenanginya, tidak memunculkan nafsu untuk mengejarnya. Tubuhnya tak tergerak, batinnya juga tak tergerak, ia terkendali batinnya dan telah terlepas. Pada waktu melihat bentuk yang tak menyenangkan, ia tidak kecewa, batinnya tak tergoyah, perasaannya tak terluka, batinnya tak merasa kesal. Tubuhnya tak tergerak, batinnya juga tak tergerak, batinnya telah terkendali dan terlepas.
Pada waktu mendengarkan hal-hal yang menyenangkan... hal-hal yang tak menyenangkan dengan telinga... Pada waktu mencium bau yang menyenangkan dengan lidahnya... Pada waktu merasakan hal-hal yang menyenangkan .....mearasakan hal-hal tak menyenangkan pada tubuh....
Pada waktu mengenali ide yang menyenangkan dengan pikiran, ia tak terpikat olehnya, tidak menyenanginya, tidak memunculkan nafsu untuk mengejarnya. Tubuhnya tak tergerak, batinnya juga tak tergerak, terkendali batinnya dan telah terlepas. Pada waktu mengenali pikiran yang tak menyenangkan, ia tidak kecewa, batinnya tak tergoyah, perasaannya tak terluka, batinnya tak merasa kesal. Tubuhnya tak tergerak, batinnya juga tak tergerak, batinnya telah terkendali dan terlepas. Inilah Kundaliya, pengendalian indria, yang jika di kembangkan dan dilaksanakan, menuju pd munculnya tiga macam perbuatan benar.
Dan bagaimanakah tiga macam perbuatan benar dikembangkan dan dilaksanakan menuju pada munculnya empat landasan perhatian..? Ada Bhikkhu yang telah meninggalkan perbuatan tidak benar dalam perbuatan dan mengembangkan perbuatan benar, meninggalkan perbuatan tidak benar yang dilakukan dengan ucapan dan mengembangkan perbuatan benar dengan ucapan, meninggalkan perbuatan tidak benar dengan pikiran dan mengembangkan perbuatan benar dengan pikiran.
Inilah Kundaliya tiga macam perbuatan benar, jika dikembangkan dan dilaksanakan, menuju pada munculnya empat landasan perhatian (cattaro satipatthana).Dan bagaimanakah jika empat landasan perhatian jika dilaksanakan dan dikembangkan menuju pada munculnya tujuh faktor penerangan..?
{[1] Bila seorang bhikkhu, memusatkan perhatian pada badan jasmani, dengan semangat pantang menyerah, penuh perhatian dan waspada – melepaskan keserakahan dan kebencian berkenaan duniawi, dengan demikian perhatiannya menjadi mantap dan tak terputus. Jika perhatiannya mantap dan tak terputus maka perhatian murni
(sati) sebagai salah satu faktor pencerahan menjadi muncul. Jika ia melatih dan mengembangkannya, maka akan mencapai puncak perkembangannya.
[2] Tetap penuh perhatian seperti ini
ia menganalisa, menyelidiki, dan akan sampai pada faktor batin tersebut dengan pengertian. Ketika ia tetap penuh perhatian dengan cara ini, menyelidiki, menganalisa dan mencapai pengetahuan dan pengertian berkenaan dengan hal itu, maka penyedikan terhadap faktor batin
(Dhamma vicayo) sebagai faktor pencerahan menjadi muncul. Jika ia melatih dan mengembangkannya, maka akan mencapai puncak perkembangannya.
[3] Bagi mereka yang menyelidiki, menganalisa & timbul pengetahuan dan pengertian maka muncullah semangat
(viriya). Jika semangat muncul pada mereka yang menyelidiki, menganalisa dan tiba pada pengetahuan dan pengertian, maka semangat pantang menyerah sebagai faktor pencerahan akan muncul. Jika ia melatih dan mengembangkannya, maka akan mencapai puncak perkembangannya.
[4] bagi mereka yang semangatnya telah timbul, gairah
(piti) yang bukan berasal dari daging timbul. Jika gairah bukan-daging ini timbul pada mereka yang semangatnya telah timbul, maka gairah sebagai salah satu faktor pencerahan muncul. Jika ia melatih dan mengembangkannya, maka akan mencapai puncak perkembangannya.
[5] Bagi mereka yang gairahnya telah timbul, tubuhnya menjadi tenang dan batinnya juga menjadi tenang. Jika gairah telah muncul pada batin dan jasmani bhikkhu tersebut, maka ketenangan
(passadhi) sebagai faktor pencerahan akan muncul. Jika ia melatih dan mengembangkannya, maka akan mencapai puncak perkembangannya.
[6] Bagi mereka yang tanpa beban, tubuhnya menjadi tenang, dan pikiran menjadi terkonsentrasi
(samadhi). Jika seseorang batinnya tanpa beban, maka tubuhnya menjadi tenang, dan menjadi terkonsentrasi, lalu konsentrasi sebagai faktor pencerahan menjadi muncul Jika ia melatih dan mengembangkannya, maka akan mencapai puncak perkembangannya.
[7] Ia melihat batin yang terkonsentrasi tersebut dengan keseimbangan batin. Ketika ia melihat batin yang terkonsentrasi dengan keseimbangan, maka keseimbangan batin
(upekkha) sebagai faktor pencerahan menjadi muncul. Jika ia melatih dan mengembangkannya, maka akan mencapai puncak perkembangannya.
(hal yang sama berlaku juga untuk tiga landasan perhatian yang lain: perasaan, pikiran dan fenomena-fenomena batin lainnya/Dhamma)
Inilah Kundaliya, empat landasan perhatian
(cattaro satipatthana), jika dilaksanakan dan dikembangkan, membawa pada puncak ketujuh faktor pencerahan.
Dan bagaimanakah ketujuh faktor pencerahan jika dilatih dan dikembangkan akan membawa pada pengetahuan penembusan dan kebebasan? Jika seorang bhikkhu mengembangkan perhatian murni sebagai salah satu faktor pencerahan, bergantung pada menjauhkan diri dari... pelepasan nafsu... penghentian, berakibat pada melepas
(letting go).
Ia mengembangkan penyelidikan terhadap faktor batin
(Dhammavicayo) sebagai faktor pencerahan.... semangat pantang menyerah
(viriya) sebagai faktor pencerahan... gairah
(piti) sebagai faktor pencerahan... ketenangan
(passadhi) sebagai faktor pencerahan... konsentrasi
(samadhi) sebagai faktor pencerahan.... keseimbangan batin
(upekkha) sebagai faktor pencerahan... yang bergantung pada menjauhkan diri, pelepasan nafsu, penghentian, berakhir pada pelepasan
(letting go)... Inilah Kundaliya, tujuh faktor pencerahan, yang jika dilatih dan dikembangkan, akan menuju pada puncak penembusan dan kebebasan...
Ketika telah diterangkan demikian, Kundaliya sang pengembara berkata kepada Sang Bhagava: ‘Luar biasa, Yang Mulia Gotama, luar biasa. Bagai seorang yang menegakkan kembali apa yang telah terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi mereka yang tersesat, atau membawakan pelita di dalam kegelapan sehingga mereka yang punya mata dapat melihat bentuk-bentuk, dengan cara yang sama Yang Mulia Gotama melalui berbagai cara – telah membuat Dhamma menjadi jelas.
Saya berlindung kepada Yang Mulia Gotama, kepada Dhamma dan kepada Sangha. Semoga Yang Mulia Gotama menganggap saya sebagai pengikut yang berlindung sejak hari ini hingga akhir hayat.’
- SN 46.6 {+ MN 118}
disini juga saya sertakan naskah aslinya dari access to insight sebagai referensi.'§ 92. Once the Blessed One was staying at Saketa, in the Añjana Forest Game Refuge. Then Kundaliya the Wanderer came to where the Blessed One was staying and on arrival greeted him courteously and, after engaging in pleasant conversation, sat to one side. As he was sitting there he said to the Blessed One, 'Ven. Gotama, I like to frequent gatherings in parks. It is my habit at midday, after my morning meal, to go from park to park, from garden to garden. There I encounter various priests & contemplatives discoursing on the rewards of defending their own tenets in debate, and the rewards of condemning those of others.
Now in the experience of what reward does Ven. Gotama dwell?'
The Tathagata dwells experiencing the reward of the fruits of clear knowing & release.'
'But what are the qualities that, when developed & pursued, lead to the culmination of clear knowing & release?'
'The seven factors for Awakening...'
'And what are the qualities that... lead to the culmination of the seven factors for Awakening?'
'The four frames of reference...'
'And what are the qualities that... lead to the culmination of the four frames of reference?'
'The three courses of right conduct...'
'And what are the qualities that... lead to the culmination of the three courses of right conduct?'
'Restraint of the senses... And how does restraint of the senses, when developed & pursued, lead to the culmination of the three courses of right conduct? There is the case where a monk, on seeing a pleasant form with the eye, does not hanker after it, does not delight in it, does not give rise to passion for it. Unmoved in body & unmoved in mind, he is inwardly well composed & well released. On seeing an unpleasant form with the eye, he is not upset, his mind is not unsettled, his feelings are not wounded, his mind does not become resentful.
Unmoved in body & unmoved in mind, he is inwardly well composed & well released.
On hearing a pleasant... unpleasant sound with the ear... On smelling a pleasant... unpleasant smell with the nose... On tasting a pleasant... unpleasant taste with the tongue... On feeling a pleasant... unpleasant tactile sensation with the body...
On cognizing a pleasant idea with the intellect, he does not hanker after it, does not delight in it, does not give rise to passion for it. Unmoved in body & unmoved in mind, he is inwardly well composed & well released. On cognizing an unpleasant idea with the intellect, he is not upset, his mind is not unsettled, his feelings are not wounded, his mind does not become resentful. Unmoved in body & unmoved in mind, he is inwardly well composed & well released. This is how, Kundaliya, restraint of the senses, when developed & pursued, leads to the culmination of the three courses of right conduct.
And how are the three courses of right conduct developed & pursued so as to lead to the culmination of the four frames of reference? There is the case where a monk abandons wrong conduct in terms of his deeds and develops right conduct in terms of his deeds; abandons wrong conduct in terms of his speech and develops right conduct in terms of his speech; abandons wrong conduct in terms of his thoughts and develops right conduct in terms of his thoughts. This is how, Kundaliya, the three courses of right conduct, when developed & pursued, lead to the culmination of the four frames of reference.
And how are the four frames of reference developed & pursued so that the seven factors for Awakening come to completion?
{[1] On whatever occasion the monk remains focused on the body in & of itself — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world, on that occasion his mindfulness is steady & without lapse. When his mindfulness is steady & without lapse, then mindfulness as a factor for Awakening becomes aroused. He develops it, and for him it goes to the culmination of its development.
[2] Remaining mindful in this way, he examines, analyzes, & comes to a comprehension of that quality with discernment. When he remains mindful in this way, examining, analyzing, & coming to a comprehension of that quality with discernment, then analysis of qualities as a factor for Awakening becomes aroused. He develops it, and for him it goes to the culmination of its development.
[3] In one who examines, analyzes, & comes to a comprehension of that quality with discernment, unflagging persistence is aroused. When unflagging persistence is aroused in one who examines, analyzes, & comes to a comprehension of that quality with discernment, then persistence as a factor for Awakening becomes aroused. He develops it, and for him it goes to the culmination of its development.
[4] In one whose persistence is aroused, a rapture not-of-the-flesh arises. When a rapture not-of-the-flesh arises in one whose persistence is aroused, then rapture as a factor for Awakening becomes aroused. He develops it, and for him it goes to the culmination of its development.
[5] For one who is enraptured, the body grows calm and the mind grows calm. When the body & mind of an enraptured monk grow calm, then serenity as a factor for Awakening becomes aroused. He develops it, and for him it goes to the culmination of its development.
[6] For one who is at ease — his body calmed — the mind becomes concentrated. When the mind of one who is at ease — his body calmed — becomes concentrated, then concentration as a factor for Awakening becomes aroused. He develops it, and for him it goes to the culmination of its development.
[7] He oversees the mind thus concentrated with equanimity. When he oversees the mind thus concentrated with equanimity, equanimity as a factor for Awakening becomes aroused. He develops it, and for him it goes to the culmination of its development.
(Similarly with the other three frames of reference: feelings, mind, & mental qualities.)}
This is how, Kundaliya, the four frames of reference, when developed & pursued, lead to the culmination of the seven factors for Awakening.
And how are the seven factors for Awakening developed & pursued so as to lead to the culmination of clear knowing & release? There is the case where a monk develops mindfulness as a factor for Awakening dependent on seclusion... dispassion... cessation, resulting in letting go. He develops analysis of qualities as a factor for Awakening...persistence as a factor for Awakening...rapture as a factor for Awakening...serenity as a factor for
Awakening...concentration as a factor for Awakening...equanimity as a factor for Awakening dependent on seclusion... dispassion... cessation, resulting in letting go. This is how, Kundaliya, the seven factors for Awakening, when developed & pursued, lead to the culmination of clear knowing & release.'
When this had been said, Kundaliya the Wanderer said to the Blessed One: 'Magnificent, Ven. Gotama, magnificent. Just as if he were to place upright what was overturned, to reveal what was hidden, to show the way to one who was lost, or to carry a lamp into the dark so that those with eyes could see forms, in the same way has Ven. Gotama — through many lines of reasoning — made the Dhamma clear.I go to Ven. Gotama for refuge, to the Dhamma, & to the community of monks. May Ven. Gotama regard me as a lay follower gone for refuge from this day forth as long as life shall last.'
— SN 46.6 { + MN 118}