//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Usaha Benar ternyata dualitas  (Read 38683 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #60 on: 28 May 2010, 08:05:37 PM »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #61 on: 28 May 2010, 08:08:08 PM »
Quote

Hudoyo Hupodio :

(Usaha Benar): "Kikis pikiran yg tidak baik; kembangkan pikiran yg baik." Apa yg tertulis sebagai bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan itu adalah paradigma pikiran yg berada di dalam dualitas.

Di lain pihak, Buddha berkata: "Setiap kali muncul 'yg dikenal' [baik atau buruk], jangan bereaksi. Kalau kamu bisa berada di situ, itulah akhir dukkha." -- Inilah paradigma orang yg memahami dualitas dan tidak terlibat dalam dualitas.
Ternyata Usaha Benar dalam JMB8 adalah paradigma pikiran di dalam dualitas.

Apa komentar Anda ???

---
"Kikis pikiran yg tidak baik; kembangkan pikiran yg baik." Apa yg tertulis sebagai bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan itu adalah paradigma pikiran yg berada di dalam dualitas.
---

Yang di-bold itu benar gak terjemahannya? Harusnya pake kata baik atau bermanfaat?
« Last Edit: 28 May 2010, 08:10:20 PM by Mr. Wei »

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #62 on: 29 May 2010, 12:41:19 AM »
Kusala tentu saja baik tapi apa yang baik belum tentu kusala. Bermanfaat mungkin interpretasi yang cukup mendekati pengertian kusala, tetapi rasanya masih kurang. Saya lebih prefer tetap kusala aja deh..
appamadena sampadetha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #63 on: 29 May 2010, 08:24:43 AM »
meditasi dulu atau pandangan benar dulu?
Meditasi dulu, baru pandangan benar. Tanpa meditasi, pandangan benar hanya sebatas "iman".

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #64 on: 29 May 2010, 08:36:27 AM »
Memang, fenomena yang terjadi bukan milik "siapa"-"siapa". Sekarang, kira-kira doktrin apa yang ada di sana menurut Bro Kain? Sekalian tolong jelaskan apa definisi doktrin menurut Bro Kain. Thanks :)
Menurut pendapat saya, jika seseorang melakukan Satipatthana dengan benar, di situ tidak ada doktrin apa-apa. Doktrin di sini adalah bentuk pikiran jenis apa pun yang dipegang sebagai kebenaran, apakah itu nibbana, 4KM, bahkan teori Satipatthana itu sendiri.

Jika Satipatthana harus didahului doktrin atau pengetahuan teoritis, maka itu seperti meditasi dengan "gelas penuh". Apalah bedanya dengan sugesti "ini baik, ini tidak baik"?

Offline Hasan Teguh

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 199
  • Reputasi: -3
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #65 on: 29 May 2010, 09:12:58 AM »
meditasi dulu atau pandangan benar dulu?
Meditasi dulu, baru pandangan benar. Tanpa meditasi, pandangan benar hanya sebatas "iman".
Salut dengan penjelasannya : singkat, sederhana, dan tepat, bro !  ;D

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #66 on: 29 May 2010, 09:51:36 AM »
meditasi dulu atau pandangan benar dulu?
Meditasi dulu, baru pandangan benar. Tanpa meditasi, pandangan benar hanya sebatas "iman".

tanpa pandangan benar meditasi menjadi meditasi yang salah, bukankah anda tahu meditasi itu banyak sekali dan dari mana bisa timbul pandangan benar?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #67 on: 29 May 2010, 10:23:54 AM »
tanpa pandangan benar meditasi menjadi meditasi yang salah, bukankah anda tahu meditasi itu banyak sekali dan dari mana bisa timbul pandangan benar?
Pandangan benar dari siapa?
Misalnya ada 10 guru meditasi dengan metode berbeda, semua mengaku berdasarkan pandangan benar, lantas bagaimana menyelidikinya?


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #68 on: 29 May 2010, 10:30:21 AM »
tanpa pandangan benar meditasi menjadi meditasi yang salah, bukankah anda tahu meditasi itu banyak sekali dan dari mana bisa timbul pandangan benar?
Pandangan benar dari siapa?
Misalnya ada 10 guru meditasi dengan metode berbeda, semua mengaku berdasarkan pandangan benar, lantas bagaimana menyelidikinya?


nah itu dia, menurut bro pandangan benar itu dari mana? dari berbagai banyaknya aliran saja belum tentu benar, dalam MAHATANHASANKHAYA SUTTA Buddha menerangkan akibat dari pandangan salah.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #69 on: 29 May 2010, 10:57:12 AM »
nah itu dia, menurut bro pandangan benar itu dari mana? dari berbagai banyaknya aliran saja belum tentu benar, dalam MAHATANHASANKHAYA SUTTA Buddha menerangkan akibat dari pandangan salah.
Untuk saya pribadi, saya selidiki. Oleh karena itu, biarpun tertulis di Tipitaka, atau bahkan jika Buddha sendiri yang ngomong langsung, tetap saya anggap belum tentu benar. Ketika saya selidiki (tentu saja sejauh kemampuan saya saja) dan memang demikian adanya, barulah saya 'percaya'.


N.B.: selama kita belum mencapai kesucian (minimal Sotapanna), pandangan benar yang kita anut hanya sebatas konsep. Kita tidak paham maknanya dalam artian sebenar-benarnya. Itulah sebabnya sebelum Sotapanna, biarpun Buddhist fanatik, hafal semua tipitaka, tetap terombang-ambing dalam Samsara ga jelas arahnya.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #70 on: 29 May 2010, 12:08:57 PM »
nah itu dia, menurut bro pandangan benar itu dari mana? dari berbagai banyaknya aliran saja belum tentu benar, dalam MAHATANHASANKHAYA SUTTA Buddha menerangkan akibat dari pandangan salah.
Untuk saya pribadi, saya selidiki. Oleh karena itu, biarpun tertulis di Tipitaka, atau bahkan jika Buddha sendiri yang ngomong langsung, tetap saya anggap belum tentu benar. Ketika saya selidiki (tentu saja sejauh kemampuan saya saja) dan memang demikian adanya, barulah saya 'percaya'.


N.B.: selama kita belum mencapai kesucian (minimal Sotapanna), pandangan benar yang kita anut hanya sebatas konsep. Kita tidak paham maknanya dalam artian sebenar-benarnya. Itulah sebabnya sebelum Sotapanna, biarpun Buddhist fanatik, hafal semua tipitaka, tetap terombang-ambing dalam Samsara ga jelas arahnya.

ya, intinya sebelum ada pandangan benar pertama2 ada sumbernya dulu dan itu di pegang sebagai iman kebenaran, kemudian ketika sudah dibuktikan di pegang sebagai kebenaran.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #71 on: 29 May 2010, 03:42:30 PM »
ya, intinya sebelum ada pandangan benar pertama2 ada sumbernya dulu dan itu di pegang sebagai iman kebenaran, kemudian ketika sudah dibuktikan di pegang sebagai kebenaran.
Betul, menurut saya, sebelum kita benar2 memahami kebenaran itu, memang ada hal-hal yang kita pegang sebagai "iman". Tetapi dalam proses pembuktian kebenaran (i.e. Satipatthana), "iman/doktrin/konsep" itu harus disingkirkan dahulu. Setelah dibuktikan sepenuhnya, maka itu tidak lagi menjadi iman, tidak lagi menjadi doktrin atau konsep, tetapi sudah menjadi bagian dari kebijaksanaan dalam dirinya yang mengetahui hal tersebut sebagai kebenaran, bukan mengetahui menurut iman/doktrin/konsep bahwa hal tersebut adalah kebenaran. Hal inilah yang membuat puthujjana dan ariya berbeda, walau sama-sama tahu konsep anicca-dukkha-anatta. 


Kembali ke topik, saya melihat usaha benar adalah berhubungan langsung dengan pikiran benar, membawa orang terlahir kembali di alam bahagia, masih dalam dualisme, dan tidak menyebabkan orang mencapai pembebasan. Selain itu juga, esensinya bisa ditemukan di ajaran lain.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #72 on: 29 May 2010, 05:09:40 PM »
ya, intinya sebelum ada pandangan benar pertama2 ada sumbernya dulu dan itu di pegang sebagai iman kebenaran, kemudian ketika sudah dibuktikan di pegang sebagai kebenaran.
Betul, menurut saya, sebelum kita benar2 memahami kebenaran itu, memang ada hal-hal yang kita pegang sebagai "iman". Tetapi dalam proses pembuktian kebenaran (i.e. Satipatthana), "iman/doktrin/konsep" itu harus disingkirkan dahulu. Setelah dibuktikan sepenuhnya, maka itu tidak lagi menjadi iman, tidak lagi menjadi doktrin atau konsep, tetapi sudah menjadi bagian dari kebijaksanaan dalam dirinya yang mengetahui hal tersebut sebagai kebenaran, bukan mengetahui menurut iman/doktrin/konsep bahwa hal tersebut adalah kebenaran. Hal inilah yang membuat puthujjana dan ariya berbeda, walau sama-sama tahu konsep anicca-dukkha-anatta. 


Kembali ke topik, saya melihat usaha benar adalah berhubungan langsung dengan pikiran benar, membawa orang terlahir kembali di alam bahagia, masih dalam dualisme, dan tidak menyebabkan orang mencapai pembebasan. Selain itu juga, esensinya bisa ditemukan di ajaran lain.

Saya melihat Usaha benar mendukung seseorang untuk mencapai pembebasan, kalau ada yang bilang dualisme maka semua juga merupakan dualisme.

cuplikan dari mahatanhasankhaya sutta :
  32. - 33. "Para bhikkhu sekarang Tathagata muncul di dunia Arahat Samma Sambuddha (lihat Culahatthipadopama Sutta 13-21) ia mensucikan pikirannya dari keragu-raguan (vicikiccha)"

  34. - 37. "Setelah melenyapkan lima rintangan (nivarana), kotoran-kotoran batin yang melemahkan pengertian, jauh dari keinginan nafsu, jauh dari akusala dhamma, ia mencapai dan berada dalam Jhana I (seperti dalam Bhayabherava Sutta 23-26) Jhana II, Jhana III, Jhana IV dan telah mensucikan batinnya karena keseimbangan batin."

  38. "Setelah melihat bentuk-bentuk dengan mata, ia tidak bergairah kalau hal itu menyenangkan; ia tidak kesal kalau hal itu tidak menyenangkan; ia berada dalam perhatian tubuh (kayasati) yang terbina dan pikiran berpengertian yang tak terbatas bagaimana mencapai kesucian batin (cetovimutti) dan kesucian kebijaksanaan (pannavimutti) sehingga semua akusala dhamma yang jahat lenyap tanpa sisa. Setelah meninggalkan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, ketika ia merasa suatu perasaan yang apakah menyenangkan, menyedihkan atau bukan menyenangkan maupun bukan menyedihkan, ia tidak menyukai perasaan itu tidak mantap dengan itu dan tidak melekat padanya. Ketika ia berbuat begitu rasa suka pada perasaan-perasaan itu lenyap. Dengan lenyapnya rasa suka maka kemelekatan lenyap; dengan lenyapnya kemelekatan maka 'perwujudan' lenyap dengan lenyapnya perwujudan maka kelahiran lenyap; dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap, juga kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka dan putus asa. Itulah bagaimana semua pendeitaan lenyap.
      Karena mendengar suara dengan telinga .......
      Karena mencium bau dengan hidung ...........
      Karena mengecap rasa dengan lidah .........
      Karena menyentuh sentuhan dengan tubuh ........
      Karena mengetahui objek pikiran (dhamma) dengan pikiran. Itulah bagaimana semua penderitaan lenyap"

  39. "Para bhikkhu, ingatlah kesucian karena pelenyapan total dari keinginan (tanhasankhayavimutti) yang saya uraikan ini. Tetapi bhikkhu Sati Kevattaputta telah terperangkap dalam jaring nafsu yang besar dan terkungkung oleh nafsu."
      Inilah yang dikatakan oleh Sang Tathagata. Para bhikkhu sangat puas dan senang terhadap kata-kata dari Sang Bhagava.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #73 on: 29 May 2010, 05:19:29 PM »
nah itu dia, menurut bro pandangan benar itu dari mana? dari berbagai banyaknya aliran saja belum tentu benar, dalam MAHATANHASANKHAYA SUTTA Buddha menerangkan akibat dari pandangan salah.
Untuk saya pribadi, saya selidiki. Oleh karena itu, biarpun tertulis di Tipitaka, atau bahkan jika Buddha sendiri yang ngomong langsung, tetap saya anggap belum tentu benar. Ketika saya selidiki (tentu saja sejauh kemampuan saya saja) dan memang demikian adanya, barulah saya 'percaya'.


N.B.: selama kita belum mencapai kesucian (minimal Sotapanna), pandangan benar yang kita anut hanya sebatas konsep. Kita tidak paham maknanya dalam artian sebenar-benarnya. Itulah sebabnya sebelum Sotapanna, biarpun Buddhist fanatik, hafal semua tipitaka, tetap terombang-ambing dalam Samsara ga jelas arahnya.


Maap,Senior..Menyela...

Sotapanna memiliki pandangan benar?Disebutkan didalam mana ???

3 belenggu yang dipatahkan seorang sotapanna :

1.Pandangan "salah" mengenai adanya "atta" yang kekal = Sakkyaditthi..

tidak disebutkan "pandangan benar"?

kalau tidak mempunyai pandangan salah = memiliki pandangan benar?

Mohon bantuannya... :)

Regards,

Riky Liau
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #74 on: 29 May 2010, 06:27:11 PM »
Memang, fenomena yang terjadi bukan milik "siapa"-"siapa". Sekarang, kira-kira doktrin apa yang ada di sana menurut Bro Kain? Sekalian tolong jelaskan apa definisi doktrin menurut Bro Kain. Thanks :)
Menurut pendapat saya, jika seseorang melakukan Satipatthana dengan benar, di situ tidak ada doktrin apa-apa. Doktrin di sini adalah bentuk pikiran jenis apa pun yang dipegang sebagai kebenaran, apakah itu nibbana, 4KM, bahkan teori Satipatthana itu sendiri.
Yakin? Saya kutipkan dari kamus aja ya ;)
definisi doktrin: ShowHide

From The Collaborative International Dictionary of English v.0.48 :
doctrine \doc"trine\ (d[o^]k"tr[i^]n), n. [F. doctrine, L. doctrina, fr. doctor. See Doctor.]
1. Teaching; instruction.
2. That which is taught; what is held, put forth as true, and
        supported by a teacher, a school, or a sect; a principle
        or position, or the body of principles, in any branch of
        knowledge; any tenet or dogma; a principle of faith; as,
        the doctrine of atoms; the doctrine of chances. "The
        doctrine of gravitation." --I. Watts.

doc·trine  (dktrn)
n.
1. A principle or body of principles presented for acceptance or belief, as by a religious, political, scientific, or philosophic group; dogma.
2. A rule or principle of law, especially when established by precedent.
3. A statement of official government policy, especially in foreign affairs and military strategy.
4. Archaic Something taught; a teaching.

doc·trine  (dktrn)
n.
1. A principle or body of principles presented for acceptance or belief, as by a religious, political, scientific, or philosophic group; dogma.
2. A rule or principle of law, especially when established by precedent.
3. A statement of official government policy, especially in foreign affairs and military strategy.
4. Archaic Something taught; a teaching.

Singkatnya doktrin adalah pandangan, ajaran, panduan yang Palinya adalah vada. Dan Satipatthana adl ajaran yang memandu agar kita memandang fenomena dalam cara tertentu melalui 4 kerangka utama dengan tujuan utk menghalau penderitaan, mencapai metode yang benar dan merealisasi Nibbana.

Jika Satipatthana harus didahului doktrin atau pengetahuan teoritis, maka itu seperti meditasi dengan "gelas penuh". Apalah bedanya dengan sugesti "ini baik, ini tidak baik"?
Sudah oot makin jauh. FYI, saya akan berusaha sebaik2nya menjawab pertanyaan Bro Kain di atas dlm thread berbeda. Utk sekarang fokus aja pada pembahasan awal. Apakah Bro Kain yakin benar dalam Satipatthana tidak ada sama sekali penilaian kusala/akusala dan unsur usaha benar dalam menyikapi penilaian tsb? Karena pada bagian Dhammanupassana ada bagian yang meski tidak kentara tetapi berbeda dari kebanyakan bagian lain Satipatthana Sutta. Silakan para forumers menilai sendiri apakah Satipatthana yang diajarkan Sang Buddha adalah metode meditasi yang semata-mata pasif belaka terhadap objek apapun (sehingga Usaha tidak diperlukan) atau sebaliknya bertindak dengan mahir & cekatan berdasarkan sifat objek tsb (sehingga Usaha adalah perlu).
perbedaan: ShowHide
Nivarana sebagai akusala:
Quote
[1] "There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? There is the case where, there being sensual desire present within, a monk discerns that 'There is sensual desire present within me.' Or, there being no sensual desire present within, he discerns that 'There is no sensual desire present within me.' He discerns how there is the arising of unarisen sensual desire. And he discerns how there is the abandoning of sensual desire once it has arisen. And he discerns how there is no future arising of sensual desire that has been abandoned. (The same formula is repeated for the remaining hindrances: ill will, sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)

"In this way he remains focused internally on mental qualities in & of themselves, or externally on mental qualities in & of themselves, or both internally & externally on mental qualities in & of themselves. Or he remains focused on the phenomenon of origination with regard to mental qualities, on the phenomenon of passing away with regard to mental qualities, or on the phenomenon of origination & passing away with regard to mental qualities. Or his mindfulness that 'There are mental qualities' is maintained to the extent of knowledge & remembrance. And he remains independent, unsustained by (not clinging to) anything in the world. This is how a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances.

dan Samyojana sebagai akusala:
Quote
[3] "Furthermore, the monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the sixfold internal & external sense media. And how does he remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the sixfold internal & external sense media? There is the case where he discerns the eye, he discerns forms, he discerns the fetter that arises dependent on both. He discerns how there is the arising of an unarisen fetter. And he discerns how there is the abandoning of a fetter once it has arisen. And he discerns how there is no future arising of a fetter that has been abandoned. (The same formula is repeated for the remaining sense media: ear, nose, tongue, body, & intellect.)

"In this way he remains focused internally on the mental qualities in & of themselves, or focused externally... unsustained by anything in the world. This is how a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the sixfold internal & external sense media.

Sebaliknya pada bagian Sambojjhanga sebagai kusala:
Quote
[4] "Furthermore, the monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the seven factors for Awakening. And how does he remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the seven factors for Awakening? There is the case where, there being mindfulness as a factor for Awakening present within, he discerns that 'Mindfulness as a factor for Awakening is present within me.' Or, there being no mindfulness as a factor for Awakening present within, he discerns that 'Mindfulness as a factor for Awakening is not present within me.' He discerns how there is the arising of unarisen mindfulness as a factor for Awakening. And he discerns how there is the culmination of the development of mindfulness as a factor for Awakening once it has arisen. (The same formula is repeated for the remaining factors for Awakening: analysis of qualities, persistence, rapture, serenity, concentration, & equanimity.)

"In this way he remains focused internally on mental qualities in & of themselves, or externally... unsustained by (not clinging to) anything in the world. This is how a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the seven factors for Awakening.


Sukhi hotu,
 _/\_
appamadena sampadetha

 

anything