//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Usaha Benar ternyata dualitas  (Read 38674 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #30 on: 27 May 2010, 02:14:56 PM »
dalam hal ini tidak bereaksi, dia tidak memandang pembunuhan sebagai hal yang buruk dan baik (istilahnya masa bodo) ;D
Tergantung konteks. Dalam konteks satipatthana, memang pembunuhan atau penyelamatan jiwa, semua hanyalah fenomena. Dalam konteks dunia, tentu saja pembunuhan adalah buruk dan penyelamatan jiwa adalah baik. Buddha mengajarkan dua-duanya agar seseorang tidak terjebak dalam dualisme dunia yang tidak akan membawa pada pembebasan, juga agar tidak menjadi orang aneh tak bermanfaat di masyarakat. Kalau saya lihat di sini, satu pihak meremehkan 1 aspek, pihak lain meremehkan aspek lainnya pula. Dari dulu begitu.

dalam konteks disini adalah USAHA BENAR dan DUALITAS dan PEMBEBASAN DARI DUKHA, jadi? diam saja atau ada reaksi?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #31 on: 27 May 2010, 02:26:13 PM »
Ada banyak pandangan HH (termasuk topik diatas ,yg kebanyakan adalah gema dari JK)
yang menurut pandangan saya adalah:

Benar secara intelektual namun jauh dari praktis.
Sejujurnya, saya tidak tahu dan tidak tertarik dengan ajaran JK, jadi no comment.


Quote
Sebuah kutipan:

At one time I went to see a teacher who said that we don't need the discipline or the Vinaya rules: "All you have to do is be mindful. Mindfulness is enough." So I went back and told Ajahn Chah, and he said: "True but not right, right but not true!" Because, ultimately, we don't need rules, just being mindful is the Way. But most of us don't start from the enlightened experience, we more or less have to use expedient means to contemplate and to develop mindfulness. So the meditation techniques, disciplinary rules and so on are tools for reflection and mindfulness.

Sumber: http://www.abhayagiri.org/main/article/216/
Ya, saya setuju. Saya tidak pernah mengatakan praktik baik yang masih terkungkung dalam dualitas itu tidak perlu. Yang saya katakan adalah bukan praktik baik tersebut yang bisa membawa pada pencerahan. Pandangan terang tidak sama dengan pikiran benar. Menurut saya begitu. Kalau rekan-rekan DC punya pandangan berbeda, silahkan dijelaskan. Atau kalau memang semata-mata terpengaruh karena kebencian di masa lampau, tentu saya tidak bisa apa-apa.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #32 on: 27 May 2010, 02:35:16 PM »
dalam hal ini tidak bereaksi, dia tidak memandang pembunuhan sebagai hal yang buruk dan baik (istilahnya masa bodo) ;D
Tergantung konteks. Dalam konteks satipatthana, memang pembunuhan atau penyelamatan jiwa, semua hanyalah fenomena. Dalam konteks dunia, tentu saja pembunuhan adalah buruk dan penyelamatan jiwa adalah baik. Buddha mengajarkan dua-duanya agar seseorang tidak terjebak dalam dualisme dunia yang tidak akan membawa pada pembebasan, juga agar tidak menjadi orang aneh tak bermanfaat di masyarakat. Kalau saya lihat di sini, satu pihak meremehkan 1 aspek, pihak lain meremehkan aspek lainnya pula. Dari dulu begitu.

dalam konteks disini adalah USAHA BENAR dan DUALITAS dan PEMBEBASAN DARI DUKHA, jadi? diam saja atau ada reaksi?
Menurut saya, dalam hal ini, kita tidak bisa mengendalikan kita bereaksi atau tidak. Sama halnya ketika kita kehilangan orang yang dikasihi, kita tidak bisa menentukan untuk "diam" atau "bereaksi". Reaksi timbul karena suatu sebab. Dalam hal ini, kemelekatan. Bagi orang yang telah mengikis kemelekatan, menyadari ketidak-kekalan, jika dia ditinggal orang yang dikasihi, tidak timbul kesedihan dalam bathinnya. Lalu apakah kita katakan dia "ga peduli"? Ataukah dia harus menangis meraung-raung atau sedikitnya menunjukkan muka sedih agar kita bisa menerimanya sebagai "normal"?


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #33 on: 27 May 2010, 03:57:24 PM »
dalam hal ini tidak bereaksi, dia tidak memandang pembunuhan sebagai hal yang buruk dan baik (istilahnya masa bodo) ;D
Tergantung konteks. Dalam konteks satipatthana, memang pembunuhan atau penyelamatan jiwa, semua hanyalah fenomena. Dalam konteks dunia, tentu saja pembunuhan adalah buruk dan penyelamatan jiwa adalah baik. Buddha mengajarkan dua-duanya agar seseorang tidak terjebak dalam dualisme dunia yang tidak akan membawa pada pembebasan, juga agar tidak menjadi orang aneh tak bermanfaat di masyarakat. Kalau saya lihat di sini, satu pihak meremehkan 1 aspek, pihak lain meremehkan aspek lainnya pula. Dari dulu begitu.

dalam konteks disini adalah USAHA BENAR dan DUALITAS dan PEMBEBASAN DARI DUKHA, jadi? diam saja atau ada reaksi?
Menurut saya, dalam hal ini, kita tidak bisa mengendalikan kita bereaksi atau tidak. Sama halnya ketika kita kehilangan orang yang dikasihi, kita tidak bisa menentukan untuk "diam" atau "bereaksi". Reaksi timbul karena suatu sebab. Dalam hal ini, kemelekatan. Bagi orang yang telah mengikis kemelekatan, menyadari ketidak-kekalan, jika dia ditinggal orang yang dikasihi, tidak timbul kesedihan dalam bathinnya. Lalu apakah kita katakan dia "ga peduli"? Ataukah dia harus menangis meraung-raung atau sedikitnya menunjukkan muka sedih agar kita bisa menerimanya sebagai "normal"?


mari kita lihat konteks seorang Buddha yang sudah lepas dari dukkha, apakah Buddha melakukan penilaian ini salah atau betul. atau hanya menyadari saja.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #34 on: 27 May 2010, 04:24:02 PM »
mari kita lihat konteks seorang Buddha yang sudah lepas dari dukkha, apakah Buddha melakukan penilaian ini salah atau betul. atau hanya menyadari saja.
Saya ke contoh yang paling gampang. Ketika Pilinda Vaccha memanggil orang "vasala" apakah ia melihat ucapan sebagai ucapan, ataukah ia melakukan penilaian "vasala baik/buruk"?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #35 on: 27 May 2010, 04:29:28 PM »
mari kita lihat konteks seorang Buddha yang sudah lepas dari dukkha, apakah Buddha melakukan penilaian ini salah atau betul. atau hanya menyadari saja.
Saya ke contoh yang paling gampang. Ketika Pilinda Vaccha memanggil orang "vasala" apakah ia melihat ucapan sebagai ucapan, ataukah ia melakukan penilaian "vasala baik/buruk"?
saya memberi contoh melihat dalam hal Buddha berusaha memberikan penjelasan kepada muridnya, dimana itu hal dualitas diajarkan oleh Buddha, dan bagaimanakan cara pandang Buddha terhadap dualitas itu, apakah buddha menilai baik dan buruk hal yang sama atau tidak?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #36 on: 27 May 2010, 04:42:08 PM »
saya memberi contoh melihat dalam hal Buddha berusaha memberikan penjelasan kepada muridnya, dimana itu hal dualitas diajarkan oleh Buddha, dan bagaimanakan cara pandang Buddha terhadap dualitas itu, apakah buddha menilai baik dan buruk hal yang sama atau tidak?
Kembali lagi, jika Buddha mengajarkan dalam konteks duniawi, maka perbuatan yang disetujui Buddha adalah yang baik/bermanfaat. Namun ketika Buddha mengajarkan dalam konteks Satipatthana, tidak ada penilaian baik/buruk di sana. Coba dilihat lagi dalam Bahiya Sutta, apakah ada dikatakan baik/buruk? Kalau alergi karena ada pihak tertentu sering menggunakan Bahiya Sutta, coba ke Dhatuvibhanga Sutta (MN 140) tentang elemen. Apakah Buddha mengajarkan elemen menjadi baik jika demikian, menjadi buruk jika demikian, ataukah sebatas mengenali elemen sebagaimana adanya tanpa dikekang dualisme pikiran?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #37 on: 27 May 2010, 04:53:15 PM »
saya memberi contoh melihat dalam hal Buddha berusaha memberikan penjelasan kepada muridnya, dimana itu hal dualitas diajarkan oleh Buddha, dan bagaimanakan cara pandang Buddha terhadap dualitas itu, apakah buddha menilai baik dan buruk hal yang sama atau tidak?
Kembali lagi, jika Buddha mengajarkan dalam konteks duniawi, maka perbuatan yang disetujui Buddha adalah yang baik/bermanfaat. Namun ketika Buddha mengajarkan dalam konteks Satipatthana, tidak ada penilaian baik/buruk di sana. Coba dilihat lagi dalam Bahiya Sutta, apakah ada dikatakan baik/buruk? Kalau alergi karena ada pihak tertentu sering menggunakan Bahiya Sutta, coba ke Dhatuvibhanga Sutta (MN 140) tentang elemen. Apakah Buddha mengajarkan elemen menjadi baik jika demikian, menjadi buruk jika demikian, ataukah sebatas mengenali elemen sebagaimana adanya tanpa dikekang dualisme pikiran?

apakah disini sedang membahas satipathana? disini sedang membahas usaha benar dualitas dan dilain pihak Setiap kali muncul 'yg dikenal' [baik atau buruk], jangan bereaksi. Kalau kamu bisa berada di situ, itulah akhir dukkha.
mari kita lihat orang yang sudah lepas dari dukkha, itu saja, Buddha tidak pernah bereaksi terhadap hal2 yang dualitas?

*)nb : sebaiknya pikiran alergi terhadap yang alergi dihilangkan ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #38 on: 27 May 2010, 05:06:23 PM »
apakah disini sedang membahas satipathana? disini sedang membahas usaha benar dualitas dan dilain pihak Setiap kali muncul 'yg dikenal' [baik atau buruk], jangan bereaksi. Kalau kamu bisa berada di situ, itulah akhir dukkha.
mari kita lihat orang yang sudah lepas dari dukkha, itu saja, Buddha tidak pernah bereaksi terhadap hal2 yang dualitas?
Jika membahas "di atas dualisme", itu berarti berkenaan dengan pencapaian kesucian, yang berarti berkenaan dengan Satipatthana. Saya pun berani bertaruh Pak Hudoyo sedang membicarakan dalam konteks Satipatthana, bukan konteks umum.

"Bereaksi" di sini maksudnya adalah ketika mencerap sesuatu, seseorang memikirkan objek begini-begitu, termasuk "objek ini membawa pada nibbana, objek ini tidak", namun sebatas mengetahui objek tersebut apa adanya, timbul ketika kondisi ada dan tenggelam ketika kondisi berhenti.

Kalau soal reaksi dalam konteks duniawi, tentu saja semua Arahat bereaksi (ketika tidak sedang meditasi) terhadap semua kontak indriah. Mereka bukan benda mati.


Quote
*)nb : sebaiknya pikiran alergi terhadap yang alergi dihilangkan ;D
Just in case aja kok. Karena itu memang manusiawi. 

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #39 on: 27 May 2010, 05:17:33 PM »
apakah disini sedang membahas satipathana? disini sedang membahas usaha benar dualitas dan dilain pihak Setiap kali muncul 'yg dikenal' [baik atau buruk], jangan bereaksi. Kalau kamu bisa berada di situ, itulah akhir dukkha.
mari kita lihat orang yang sudah lepas dari dukkha, itu saja, Buddha tidak pernah bereaksi terhadap hal2 yang dualitas?
Jika membahas "di atas dualisme", itu berarti berkenaan dengan pencapaian kesucian, yang berarti berkenaan dengan Satipatthana. Saya pun berani bertaruh Pak Hudoyo sedang membicarakan dalam konteks Satipatthana, bukan konteks umum.

"Bereaksi" di sini maksudnya adalah ketika mencerap sesuatu, seseorang memikirkan objek begini-begitu, termasuk "objek ini membawa pada nibbana, objek ini tidak", namun sebatas mengetahui objek tersebut apa adanya, timbul ketika kondisi ada dan tenggelam ketika kondisi berhenti.

Kalau soal reaksi dalam konteks duniawi, tentu saja semua Arahat bereaksi (ketika tidak sedang meditasi) terhadap semua kontak indriah. Mereka bukan benda mati.


Quote
*)nb : sebaiknya pikiran alergi terhadap yang alergi dihilangkan ;D
Just in case aja kok. Karena itu memang manusiawi. 

okelah, dalam meditasi ya, melihat apa adanya apakah membutuhkan pengertian benar (salah 1 JMB8)?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #40 on: 27 May 2010, 05:24:52 PM »
okelah, dalam meditasi ya, melihat apa adanya apakah membutuhkan pengertian benar (salah 1 JMB8)?
Dalam meditasinya? Tidak.
Dari meditasi yang benar itulah, maka pandangan benar seseorang berkembang.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #41 on: 27 May 2010, 05:32:25 PM »
_/\_ Kalau boleh menjawab ya Bro Kain,

Dalam Satipatthana Sutta dapat kita katakan ADA dualisme. Lebih tepatnya penilaian kusala atau akusala, bukan sekadar baik/buruk. Kalau kita membaca lebih teliti, maka terhadap dhamma yang bukan kusala atau akusala, katakanlah bersifat netral -- yang muncul-berkembang-lenyap -- Sang Buddha mengajarkan agar melihat dhamma itu sebagaimana adanya. Namun ketika muncul dhamma yang bersifat akusala maka Sang Buddha menginput USAHA BENAR dalam formula Satipatthana yaitu menghentikan dan menghilangkannya secara permanen. Sebaliknya jika dhamma tersebut bersifat kusala, maka USAHA yang benar adalah memunculkan dan mengembangkan hingga ke titik puncaknya. Ini semua sejalan dengan rumusan dasar ajaran seorang Buddha dalam Dhammapada 183.

Sedangkan dalam Dhatuvibhanga Sutta, mengenai dhatu memang tidak ada dikotomi karena elemen bersifat netral. Tetapi di bagian akhir, lagi-lagi ada rumusan USAHA BENAR untuk dikotomi kusala dan akusala yang diinput:
Quote
"Whereas formerly he foolishly had taken on mental acquisitions and brought them to completion, he has now abandoned them, their root destroyed, made like a palmyra stump, deprived of the conditions of development, not destined for future arising. Thus a monk so endowed is endowed with the highest determination for relinquishment, for this — the renunciation of all mental acquisitions — is the highest noble relinquishment.

"Whereas formerly he foolishly had greed — as well as desire & infatuation — he has now abandoned them, their root destroyed made like a palmyra stump, deprived of the conditions of development, not destined for future arising. Whereas formerly he foolishly had malice — as well as ill-will & hatred — he has now abandoned them... Whereas formerly he foolishly had ignorance — as well as delusion & confusion — he has now abandoned them, their root destroyed made like a palmyra stump, deprived of the conditions of development, not destined for future arising. Thus a monk so endowed is endowed with the highest determination for calm, for this — the calming of passions, aversions, & delusions — is the highest noble calm. 'One should not be negligent of discernment, should guard the truth, be devoted to relinquishment, and train only for calm.' Thus was it said, and in reference to this was it said.
KETERANGAN: ShowHide
Ket:
Bold dng underline merah utk akusala.
Bold dng underline biru utk kusala.
Bold tanpa underline utk usaha benar yang bersifat pro-aktif yaitu "MENINGGALKAN" akusala menuju kusala.


Tidak ada masalah dengan ajaran Buddha termasuk dualisme atau tidak. Jika pun ada, maka dualisme ini merupakan jalan yang menuntun kita untuk mengatasi dan  melampaui dualisme. Saya berpendapat lebih baik kaum buddhis tidak perlu alergi dengan "dualisme" atau "dualitas" dan terjebak dalam pola pikir demikian.

Sukhi hotu,
_/\_
appamadena sampadetha

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #42 on: 27 May 2010, 05:38:39 PM »
Tidak sepanjang waktu kita bermeditasi selalu dalam keadaan yang tenang seimbang memperhatikan objek (mis: nafas) tanpa munculnya hal2 akusala dan kusala. Lebih sering malah kita dipengaruhi oleh salah satu, umumnya akusala. Karena itu USAHA BENAR diperlukan dalam pengembangan batin menuju nibbana. Jika tidak, tidak mungkin Sang Buddha memasukkan dalam JMB8. Tapi ini lagi-lagi kembali lagi pada dasar pandangan seseorang, apakah JMB8 itu berasal dari Sang Buddha atau tidak? Jika pandangannya berawal dari JMB8 bukan berasal dari Sang Buddha maka sudah wajar apa pun itu yang memuat ruas-ruas JMB8 seperti USAHA BENAR akan dikesampingkan olehnya.

Tambahan, selain berawal dari pandangan dasar, bisa juga berasal dari kesimpulan pemikirannya yang dijadikan dasar bagi pandangan selanjutnya.

_/\_
« Last Edit: 27 May 2010, 05:40:20 PM by Jerry »
appamadena sampadetha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #43 on: 27 May 2010, 05:47:07 PM »
 [at]  Jerry

Apakah dalam Satipatthana seseorang mengenali kebencian sebagai "akusala", "penghalang menuju nibbana", "kontra JMB8", atau mengetahui kebencian sebagai kebencian saja?

Ketika kebenciannya hilang, ia melihat itu sebagai "kusala", "jalan menuju nibbana", "sesuai JMB8" atau ia hanya mengetahui fenomena tersebut sebagai "tenggelamnya kebencian" saja?


Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #44 on: 27 May 2010, 06:35:34 PM »
 [at] Bro Kain,

Tentu saja kalau Bro Kain mencari bukti eksplisit hingga sedetil itu, tidak akan ditemukan. Kalau demikian memang tidak ada disinggung secara jelas tentang penilaian baik/buruk juga. Sekarang ada hal2 eksplisit (tatha) dan yang implisit (yatha). Jika saya menyebut Kainyn Kutho dengan sebutan Bro, haruskah saya menjelaskan bahwa Kainyn Kutho adalah seorang cowo? Tidak perlu mempermasalahkan hal demikian. Sekarang kita melihat saja apakah dalam Sutta2 lain Sang Buddha menggolongkan panca-nivarana sebagai akusala atau kusala? Apakah Sang Buddha menggolongkan LDM sbg akusala atau kusala? Apakah Sang Buddha menggolongkan satta-sambojjhanga sebagai akusala atau kusala? Jika demikian, apa salahnya dilakukan penyederhanaan semua fenomena itu dalam dikotomi kusala-akusala?

Tidak hanya sebatas tenggelamnya kebencian, tetapi Bro Kain dapat melihat bahwa dikatakan:

"There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? (sensual desire)....... There is the case where, there being ill-will present within, a monk discerns that 'There is ill-will present within me.' Or, there being no ill-will present within, he discerns that 'There is no ill-will present within me.' He discerns HOW there is the arising of unarisen ill-will. And he discerns HOW there is the abandoning of ill-will once it has arisen. And he discerns HOW there is no future arising of ill-will that has been abandoned. (The same formula is repeated for the remaining hindrances: sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)

Sekarang jika hanya melihat tenggelamnya kebencian. Berarti Satipatthana Sutta akan berbentuk seperti di bawah ini tanpa bagian yang saya bold biru:
"There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? (sensual desire)....... There is the case where, there being ill-will present within, a monk discerns that 'There is ill-will present within me.' Or, there being no ill-will present within, he discerns that 'There is no ill-will present within me.' (The same formula is repeated for the remaining hindrances: sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)

Bagian yang saya bold biru sangat jelas kaitannya dengan Usaha Benar yang diajarkan oleh Sang Buddha. Yaitu Empat Pengupayaan Benar yang sudah ditulis oleh Bro Upasaka sebelumnya di halaman 2, atau lengkapnya:
There is the case where a monk generates desire, endeavors, arouses persistence, upholds & exerts his intent:
    * for the sake of the non-arising of evil, unskillful qualities that have not yet arisen...
    * for the sake of the abandoning of evil, unskillful qualities that have arisen...

    * for the sake of the arising of skillful qualities that have not yet arisen...
    * for the maintenance, non-confusion, increase, plenitude, development, & culmination of skillful qualities that have arisen.
Jelas antara dua bagian yang saya bold biru di atas saling terkait, terutama tentang HOW. Jadi Satipatthana Sutta bukan sebuah formula mengenai meditasi pasif belaka.

Sukhi hotu
_/\_
appamadena sampadetha

 

anything