http://dhammacitta.org/dcpedia/Pertanyaan_Baik_Jawaban_Baik_(Dhammika)#Vegetarianisme
Umat Buddhis seharusnya vegetarian, bukan?Tidak harus demikian. Sang Buddha bukanlah seorang vegetarian, beliau tidak mengajarkan murid-Nya untuk menjadi vegetarian dan bahkan sekarang ini banyak umat Buddhis yang baik tetapi bukan seorang vegetarian. Dalam kitab Buddhis tertulis;
"Menjadi orang yang kasar, kejam, pemfitnah, menyakiti teman-temannya, tidak berperasaan, arogan dan serakah –
inilah yang membuat seseorang tidak suci, bukan dengan tidak makan daging.
Melakukan hal yang tidak bermoral, menolak membayar hutang,
curang dalam pekerjaan, mengakibatkan perpecahan –
Inilah yang membuat seseorang tidak suci, bukan dengan tidak makan daging." Sn.246-7
Tetapi jika anda memakan daging maka anda bertanggung jawab atas binatang-binatang yang terbunuh. Bukankah itu melanggar sila pertama?Memang benar bahwa ketika anda memakan daging, bertanggung jawab atas pembunuhan makhluk hidup secara secara tidak langsung atau sebagian namun demikian juga ketika anda memakan sayur-sayuran. Petani harus menyemprotkan insektisida dan racun pada sayurannya sehingga sayuran itu bisa tiba di piring makan anda tanpa berlubang. Dan sekali lagi, hewan-hewan telah dibunuh untuk diambil kulitnya untuk ikat pinggang atau tas jinjing anda, minyak untuk sabun yang anda gunakan dan ribuan produk lainnya juga. Adalah tidak mungkin untuk hidup tanpa, dengan cara tertentu, secara tidak langsung bertanggung jawab atas kematian makhluk lain. Inilah contoh lain tentang Kebenaran Mulia Pertama, segala keberadaan merupakan penderitaan dan tidak memuaskan. Ketika anda mengambil sila pertama, anda mencoba untuk menghindari pembunuhan secara langsung.
Buddhisme Mahayana tidak memakan daging.Itu tidak benar. Buddhisme Mahayana di Cina menetapkan aturan ketat untuk bervegetarian tetapi para bhikkhu dan umat awam tradisi Mahayana di Jepang, Mongolia, dan Tibet biasanya memakan daging.
Tetapi saya masih berpikir umat Buddhis harusnya bervegetarian.
Jika ada seseorang yang merupakan vegetarian yang sangat ketat tetapi egois, tidak jujur, dan kejam, dan seorang lainnya yang bukan vegetarian tetapi perhatian kepada orang lain, jujur, dermawan dan baik hati, yang mana diantara keduanya yang lebih baik?
Orang yang jujur dan baik hati tersebut.Mengapa?
Karena orang tersebut tentunya mempunyai hati yang baik.Tepat sekali. Orang yang memakan daging bisa memiliki hati yang baik dan demikian juga orang yang tidak memakan daging bisa memiliki hati yang tidak baik. Dalam ajaran Buddha, hal yang penting adalah kualitas hati anda, bukan menu makanan anda. Banyak orang menaruh perhatian besar agar tidak memakan daging tetapi mereka mungkin tidak terlalu mempedulikan sifat egois, tidak jujur, kejam atau keirihatian mereka. Mereka mengubah menu makan mereka yang merupakan hal yang mudah dilakukan sementara menolak mengubah hati mereka yang merupakan hal yang sulit dilakukan. Jadi, apakah anda seorang vegetarian atau bukan, ingatlah bahwa kemurnian dari pikiran adalah yang paling penting dalam Buddhisme.
Tetapi menurut sudut pandang Buddhis, apakah orang yang memiliki hati yang baik dan vegetarian lebih baik dibandingkan orang yang memiliki hati yang baik tetapi pemakan daging?Jika tujuan dari seorang vegetarian yang baik hati menghindari makan daging dikarenakan perhatiannya pada hewan-hewan dan tidak ingin terlibat dalam kekejaman industri peternakan modern, maka ia tentunya telah mengembangkan welas kasihnya dan perhatiannya pada makhluk lain lebih tinggi tingkatnya dibandingkan dengan pemakan daging. Banyak orang menyadari bahwa sementara mereka mengembangkan Dhamma, mereka memiliki kecenderungan untuk menjadi vegetarian.
Seseorang memberitahu saya bahwa Sang Buddha meninggal karena memakan daging babi busuk. Apakah itu benar?Tidak, itu tidak benar. Teks mengatakan bahwa makanan terakhir Sang Buddha merupakan hidangan yang disebut sukkara madava. Arti dari istilah ini tidak lagi dipahami tetapi kata sukkara berarti daging babi, jadi mungkin saja berarti olahan dari daging babi meskipun mungkin saja dengan mudah merujuk pada jenis sayuran tertentu, kue-kue, dan lainnya. Apapun itu, pembahasan mengenai makanan ini telah membuat beberapa orang berpikir bahwa memakan itu telah mengakibatkan kematian Sang Buddha. Sang Buddha telah berusia 80 ketika Beliau wafat dan ia telah mengalami sakit untuk beberapa waktu. Kenyataannya adalah Beliau wafat dikarenakan usia tua.