berpikir negatif, positif atau realistis?
‘hey... ngapain sih berpikir negatif seperti itu, ayo berpikirlah positif’
.
saya sering sekali mendengar kata-kata seperti itu
. tapi apakah iya, kita harus berpikiran positif? apakah selalu berpikir positif itu baik?
pernah suatu saat saya mendengar seorang anak sedang dinasihati, ‘dia aja bisa, masa kamu ngak bisa? kalo kamu pikir ngak bisa... ngak bisa... terus, mau sampai kapan kamu akan bisa?’
setelah dinasihati gitu, akhirnya si anak mencoba juga
. sekali coba ngak bisa, dua kali ngak bisa juga, tiga kali ngak bisa lagi dan sampai berkali-kali gak bisa juga
. hingga akhirnya si anak mulai limbung, mulai takut, sampai dia akhirnya menangis dan lari mengurung dirinya di kamar
.
dari sana dapat dilihat kalo berpikiran positif hanya akan menghasilkan penderitaan, sulit untuk kita untuk terus berpikir positif, karena dengan berpikir positif kita hanya tertuju pada yang kita pikirkan saja
. kita berusaha untuk mencapainya dengan berbagai cara, dan ini bisa saja berhasil, tapi tidak jarang juga terjadi kegagalan dan akhirnya harus mencoba dan mencoba lagi, yang tentunya dibutuhkan perjuangan yang penuh derita
.
dalam perjuangannya itu, tidak sedikit yang menjadi kecewa dan menyerah seperti si anak itu
.
tapi hal ini tidak akan terjadi kalo kita mau berpikir realistis
. dengan berpikir realistis, kita tidak lagi terpaku pada tujuan akhir
. tapi kita akan mencoba untuk melihat secara keseluruhan
. dengan melihat secara keseluruhan, kita akan melihat mana yang perlu kita lakukan dan mana yang perlu kita tinggalkan serta mana yang perlu kita kembangkan
.
ini artinya, kita tidak perlu lagi coba-coba lagi dalam melakukan segala sesuatu
. tapi yang kita lakukan adalah mulai mengurainya terlebih dahulu baru kemudian disusun sebagaimana perlunya
.
sama seperti ketika seseorang ingin menjadi atlet, dia mulai mempelajari taktiknya, tekniknya, kemudian mulai melatih otot-ototnya, mengubah gaya hidupnya, dst
. sehingga dia bisa mendapatkan kondisi yang memungkinkan dia menjadi atlet yang baik
.
atau contoh lainnya ketika sang buddha mengurai segala sesuatu yang terkondisi, mengurai tubuh dan batin hingga ditemukan tidak adanya yang menjadi inti di situ
. dengan begitu sang buddha dapat melihat dengan jelas segala sesuatunya sebagaimana adanya
.
nah itulah pentingnya untuk berpikir realistis, agar kita bisa terbebas dari kebingungan yang dapat menyebabkan penderitaan
.