aku juga tau, banyak orang yang tidak menyukai Roy Suryo karena roy suryo dianggap angkuh. karena perasaan tidak suka itu, sebagian orang akhirnya membuat opini yang sejelek-jeleknya tentang Roy Suryo, meragukan keahliannya, bahkan tak sedikit yang mengatakan bahwa Roy Suryo itu bodoh. itulah masayarakat kita. suka iri sama kelebihan orang lain. dan benci terhadap dengan kekurangan orang lain. tidak selaras dengan ajaran sang Buddha.
Kekotoran bathin kita yang terberat, adalah batu loncatan terkuat.
Kalimat tersebut adalah pemikiran mentah saya. Siapapun boleh koreksi kalau dirasa kurang tepat. Saya berpikir demikian setelah mengingat kisah tentang Ratu Khema yang melihat wujud ciptaan sang Buddha yang berupa seorang gadis cantik yang perlahan menjadi tua dan akhirnya menjadi tengkorak. Lalu setelah Sang Buddha membabarkan dhamma tentang hal tersebut, Ratu Khema menjadi seorang Arahat.
IMHO, wujud gadis cantik yang akhirnya menjadi tengkorak tersebut mungkin tidak akan banyak berpengaruh bagi wanita lain yang tidak terlalu memuja/melekat pada kecantikan.
Makanya saya berpikir bahwa kekotoran bathin kita yang terberat adalah batu loncatan terkuat. Bagaimana menjadikan kekotoran bathin sebagai batu loncatan? Pertama-tama kita harus tau bahwa kekotoran bathin adalah sesuatu yang harus dikikis, selanjutnya kita akan membekali diri dengan usaha dan pengetahuan akan Dhamma.
Sama halnya seperti keangkuhan dan kebodohan. Pertama-tama kita harus mengakui bahwa kita memiliki kekotoran bathin seperti itu.
Kita harus berbesar hati MENERIMA bahwa kita tidak sempurna. Jangan selalu mengasihani diri, membela diri, menyatakan bahwa keangkuhan adalah tanda kehebatan. IMHO, keangkuhan adalah tanda kelemahan karena keangkuhan adalah tanda-tanda bahwa seseorang sangat butuh dihargai.
Kebodohan adalah sesuatu yang lebih berbahaya. Tapi tidak tertutup kemungkinan bahwa orang bodoh tahu bahwa dirinya bodoh. Saya pernah baca di majalah, Sang Buddha mengatakan bahwa “orang bodoh yang menyadari bahwa dirinya bodoh, adalah orang bijaksana.”
Setelah tau dirinya bodoh dan MENERIMAnya, dia akan berusaha mengatasi kebodohan itu. Demikianlah seseorang disebut bijaksana.
Intinya, tidak apa menjadi tidak hebat. Ambisi menjadi sosok yang hebat, malah membuat kita "buta" (kita "menutup mata" sehingga tidak melihat apa yang perlu diubah dalam diri kita, kita kehilangan batu loncatan terkuat).