Dunia ini ibarat panggung sandiwara,
tertawa, menangis, sedih dan gembira.
kadang kita sendiri merupakan pelakon dan aktornya sendiri,
kadang kita bisa tertawa,
kadang kita bisa menangis sedih,
kadang kita bisa bersedih hati,
dan kadang jug bisa merasa gembira bahagia seperti aktor kawakan layaknya,
kita suatu saat tak beda dgn aktor terkenal difilem yg membawakan suatu karakter tertentu dalam menghadapi kondisi yg kita hadapi saat itu,
bukankah hidup kita ini hanyalah suatu panggung sandiwara yg para penontonnya berupa penghuni alam yg berada diluar dunia manusia?
tiap karakter kita dlm melakukan lakonan akan mendapatkan tanggapan dari penonton berupa pujian dan kecaman yg lagi melihat lakonan yg kita bawakan.
kdg mrk tertarik dgn lakonan seseorang aktor yg sdg dipanggung sandiwara,
kadang juga mereka mencemooh dgn tindakan lakonan yg kita bawakan tanpa suara suara yg menginterupsi akan nilai lakonan kita,
kita sebagai aktor dipanggung sandiwara tidak menyadari akan cemoohan dari penonton kita yg mereka catatkan dalam suara hati mereka,
sementara kita luput dari suara kritikan dan cemoohan dan celaan dari para penonton, kegiatan lakonan serupa dari kita berlanjut dan terus berlanjut tanpa dpt disadari oleh kita tlh mendapat suatu predikat celaan dan penilaian jelek dari para penonton terhormat kita,
walau adanya dan seringnya peringatan dan suara serupa ini yg mengingatkan kalian kalian yg berlakon seperti seorang aktor dipanggung sandiwara,
masih saja ada kalangan aktor aktor kawakan yg berupa teman sejawat sesama kita sebagai aktor, yg tidak mengindahkan akan halnya lakonan yg dibawakannya diefek panggung sandiwara yg dibawakan oleh pelakon sejenisnya,
alangkah bahayanya jenis lakonan lakonan yg dibawakannya itu baru akan disadarinya menjelang masa masa pensiunannya sebagai aktor ternama,
suatu hal yg harus dicegah sebelum nasi menjadi bubur, suatu kondisi penyesalan yg datang terakhir dimasa akhir lakonannya adalah tiada berguna,
pencegahan sebelum terlambat adalah suatu tindakan yg efektif.