[at] sumedho:
Para Sotapanna (pemasuk arus) sudah menghancurkan belenggu "kepercayaan akan adanya roh/jiwa yang kekal" (sakkayaditthi), namun kenapa Anattalakkhana Sutta yang berisi ajaran tentang anatta diajarkan kepada 5 bhikkhu pertama (Kondanna dkk) yang sudah mencapai kesucian Sotapanna?
Seperti yang kita ketahui Sang Buddha mengajarkan Dhammacakkappavattana Sutta di Taman Rusa Isipatana kepada 5 orang pertapa yang telah mengikuti Beliau sejak perjuangan Beliau di Hutan Uruvela untuk mencapai Pencerahan. Ajaran pertama ini berisi tentang Jalan Tengah (Jalan Mulia Berunsur Delapan) dan Empat Kesunyataan Mulia yang menyebabkan Kondanna mencapai mata Dhamma (Dhammacakkhu), yaitu mencapai kesucian Sotapanna, sedangkan keempat rekannya mencapai kesucian yang sama pada hari berikutnya. Setelah para bhikkhu pertama tersebut menjadi Sotapanna, Buddha mengajarkan Anattalakkhana Sutta yang kemudian menyebabkan mereka mencapai kesucian Arahat. Padahal kita tahu bahwa para Sotapanna telah memahami anatta dengan membasmi belenggu sakkayaditthi. Dengan demikian untuk apa Sang Buddha mengajarkan ajaran anatta lagi kepada mereka yang sudah membasmi pandangan salah tersebut? Apakah melepaskan sakkayaditthi belum tentu memahami anatta? Mohon penjelasannya. Thx
ikutan nimbrung walaupun tidak ditanya.
IMO, khotbah2 Sang Buddha tidak bisa dilihat sebagai suatu kurikulum yg menentukan grade seseorang, batin pendengar lah yang menentukan pencapaiannya.
misalnya pada kasus Yasa,
Sang Buddha membabarkan khotbah Anupubbikatha, yaitu lima topik penting bertingkat: Dana , Sila , Sagga (alam surga), Kamadinava (cacat dari kenikmatan indria) dan Nekkhammanisansa (Manfaat dari pelepasan yaitu melepaskan kenikmatan indria), kemudian dilanjutkan dengan Khotbah Empat Kebenaran Mulia. dan di akir khotbah itu Yasa mencapai kesucian Sotapanna.
Kemudian datang Sang Ayah yang sedang mencari Yasa, Sang Buddha membabarkan khotbah Anupubbikatha yg sama kepada Ayah Yasa, dan di akhir khotbah Ayah Yasa pun mencapai kesucian Sotapanna, sedangkan Yasa yang ketika itu turut mendengarkan khotbah ulangan itu berhasil mencapai kesucian Arahat.