Lingkaran yang tiada berhenti bisa dilihat dari avijja manusia terhadap Fangshen
1. Penjual menangkap burung dan menjualnya
2. Pembeli membeli burung dan melepasnya.
3. Penjual melihat potensi pasar disini.
4. Pembeli beragumen bahwa dia ga peduli soal binatang itu mau ditangkap lagi yang penting dari batin dia sudah melihat burung itu klepas maka batinnya juga senang.
5. Penjual menangkap pernyataan pembeli dan kemudian menangkap lebih banyak burung lagi.
Lingkaran tiada berhenti ini akan sampai pada proses tumimbal lahir dari ketidaktahuan ini yaitu lakon peran PEMBELI,PENJUAL dan BURUNG.proses reinkarnasi yang ga akan keluar lagi.
Apa yang sama dari pembicaraan ini adalah TOPIK Menjadi Vegetarian atau tidak.bisa dilihat argumen penjual dan pembeli daging yang berputar2.
Fangshen di vihara saat ini telah menjadi salah praktek dari arti cinta kasih itu sendiri. Ego manusia menciptakan kondisi dimana yang penting saya puas ,saya tidak peduli binatang itu mau diterusin apa lagi nantinya yah lihat karma binatang itu jago melarikan diri atau tertangkap lagi. ini adalah pernyataan ego dan sekali lagi pihak vihara jarang meluruskan hal ini melainkan sengaja memuat acara2 Fangshen (yang berkedok cinta kasih) memasuki kantong2 dana vihara.
Praktek yang lari dari Buddhisme ini sangat meresahkan dan menjerumus ke avijja. Saya sering melihat teman saya yang kecanduan Fangshen suatu hari menangis keras karena selama ini binatang yang dia Fangshen berujung pada kematian binatang itu sendiri baik ditangkap kembali, dimakan oleh binatang yang lebih besar atau mendapat penganiayaan dari manusia kembali. dan ketika itu Bhante memberikan masukan bahwa tindakan telah menjerumus kepada tidak bijaksananya sebuah tindakan.
Lakukan secara spontan adalah hal terbaik dan tidak mengindikasikan penjual untuk merasa bahwa ada lahan bisnis baru lagi.contoh, Kamu ke Carrefour lihat ada ikan aquarium,sesuai dompet kamu ,kamu bisa membeli ikan itu dan melepasnya di danau. tindakan spontan itu adalah tindakan welas asih. sedangkan tindakan beli burung di vihara adalah tindakan terencana/pura-pura yang tidak membawa manfaat selain menambah kebatilan ego.
saya kasih contoh, ada penjual dan peternak lobster ,selama 40tahun ia hidup,ia meneruskan bisnis keluarga ini,ketika ia mendengar Dhamma,ia mengetahui bahwa makluk lain adalah juga sama menderitanya dengan dia,maka ia menutup usaha menjual lobster dan lobster itu dia buatkan danau dan dilepas disana serta ia menjaga danau itu agar tidak ada campur tangan manusia yang akan mengambil lobster dan kemudian dijadikan prospek bisnis.
Jadi lingkaran setan itu berakhir di dirinya sebgai tindakan welas asih.
So,liaht kembali praktek welas asih anda apakah sebuah kepuasan ego atau welas asih sesungguhnya tanpa noda.
Semoga membantu.