//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: A Story Of Zen : Angin Gunung  (Read 4774 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
A Story Of Zen : Angin Gunung
« on: 04 August 2008, 04:23:15 PM »
Alkisah terdapat seorang petapa yang sangat mahir dalam agama Buddha dan juga bersyair, dia pun bertapa di sebuah puncak gunung yang tinggi. Di atas puncak gunung yang tinggi, angin berhembus sangat kencang dan dingin, semilir angin lembah juga datang menghampirinya setiap waktu dia bermeditasi. Ia pun menuliskan sebuah syair tentang pencapaian Enlightenmentnya atau kita sebut dengan "AHA"

ia menuliskan begini, "Semua angin yang datang merasuk ke tubuhku, tidak satu anginpun yang dapat menggoyahkan batinku, aku begitu tenang dan damai disini, Batinku seimbang laksana gunung kokoh yang berdiri menjulang"

Lalu setelah ia menulis puisi itu dilukiskan gunung dan hembusan angin yang begitu indah dipandang mata. Dikirimkannya lukisan puisi itu kepada gurunya , seorang biarawan yang bertempat di gunung sebelah. SEtelah gurunya melihat, gurunya mencorat coret isi lukisannya dengan sebuah tulisan "KENTUT", dan dikirim balik kepada muridnya itu.

Muridnya ayng mengira gurunya akan memuji pencerahannya begitu terkejut dengan tulisan KENTUT itu, dan segera ia turun gunung menemui gurunya untuk menanyakan hal ini. di hadapan gurunya,ia pun marah-marah. "Guru, kenapa kamu mencoretkan KENTUT di atas lukisan aku? susah payah aku menulis indah sekian tahun ini mengenai pengalaman pencerahan aku dan kamu tulis KENTUT"

Guru setelah mendengar semua keluh kesah muridnya mulai berkata "Lho, tadi katanya tiada angin apapun yang dapat menggoyahkan batinku,kok KENTUT aja bisa membuat kamu marah-marah,ini baru tulisan belum ANGIN KENTUT sebenarnya, kenapa kamu marah?kenapa kamu terpojokkan?"
« Last Edit: 06 August 2008, 08:32:06 AM by nyanadhana »
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: A Story Of Zen : Angin Gunung
« Reply #1 on: 04 August 2008, 05:35:46 PM »
KENTUTTTTT !!!!!!!
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: A Story Of Zen : Angin Gunung
« Reply #2 on: 04 August 2008, 08:04:14 PM »
cerita2 buddhisme untuk pemula
cocok neh..
Samma Vayama

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: A Story Of Zen : Angin Gunung
« Reply #3 on: 06 August 2008, 07:30:56 AM »
 ;D :)) ^-^ :whistle: ^:)^
makna ceritanya dalem, bro nyanadhana. :)


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Pitu Kecil

  • Sebelumnya Lotharguard
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.344
  • Reputasi: 217
  • Gender: Male
Re: A Story Of Zen : Angin Gunung
« Reply #4 on: 06 August 2008, 10:13:53 AM »
=)) =))
Smile Forever :)

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: A Story Of Zen : Angin Gunung
« Reply #5 on: 06 August 2008, 10:17:33 AM »
kok perasaan baru2 ini pernah nonton/baca adegan angin2 ini yah?

settingnya aja beda dikit, bukan pegunungan, tapi perkotaan...



Offline Che Na

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.009
  • Reputasi: 51
  • Gender: Female
  • "Kesaktian tertinggi adalah berjalan diatas bumi "
Re: A Story Of Zen : Angin Gunung
« Reply #6 on: 25 October 2008, 02:42:13 PM »
Kentut aja bisa turun gunung, bagaimana kalo angin topan ? =))
Ketika Melihat Dengan Hati , Mendengar Dengan Mata ..

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: A Story Of Zen : Angin Gunung
« Reply #7 on: 17 November 2008, 12:39:12 AM »
kasihan, muridnya udah cape-cape melukis dan ingin dipuji, eeh malah dihina abis-abisan...

kalo seorang guru yang baik justru memberitahukan yang benar dan jujur, misalnya menulis balasannya begini,
Murid tersayang,

Hi muridku !
Apa kabar? Semoga baik-baik dan sehat-sehat.

Aku sangat senang menerima lukisan dan puisi yang kamu kirimkan kepadaku. Aku menganggapnya sebagai hadiah yang bagus dari kamu sebagai murid yang tahu menghargai. Terima kasih.

Lukisan yang kamu lukis mengingatkan aku akan sebuah pot tanaman di halaman beranda rumahku yang setiap hari aku rawat baik-baik dan aku jaga dengan penuh perhatian dan sayang.

Layaknya seperti tumbuhan lainnya, makin hari tanaman dalam pot itu makin besar, tinggi, akarnya mulai keluar dari pot tempat tinggalnya dan menjalar ke lantai beranda.

Aku berpikiran bahwa tanaman itu akan tetap baik dan apabila ia hidup di dalam pot-nya saja daripada aku keluarkan dan tanam di depan tanah pekarangan yang lebih luas. Maksudnya supaya aku lebih mudah merawat dan mudah aku pandang dekat-dekat di beranda daripada di depan pekarangan.

Tetapi aku khawatir apabila aku memotong akar-akarnya akan membuatnya mati. Atau apabila aku memotong sebagian dahan utamanya pun khawatir tanaman itu akan mati.

Akhirnya aku memutuskan untuk mencarikan sebuah pot yang lebih besar ukurannya, lalu memindahkan kesana supaya tanaman itu dapat tumbuh lebih nyaman dan akarnya bisa masuk ke dalam potnya.

Nah, muridku, kamu sudah mencapai tahap-tahap pencerahan yang makin baik, sebagai gurumu, aku sangat senang melihat perkembangan ini. Sebagai manusia, aku bangga memiliki murid seperti kamu.

Hanya satu nasehat yang ingin aku tambahkan guna makin memajukan tahap-tahap pencerahan kamu,
lakukan jalan-jalan pencerahan dengan makin menyadari arti pencerahan itu sendiri, jangan biarkan pencerahan itu membuat kamu lupa diri, lupa ini, lupa itu. Tetaplah ingat bahwa diri kamu adalah manusia yang terbatas, suatu hari bisa menjadi tua, bisa menjadi buta, pikun, akhirnya malah menjadi sombong.


Salam dari gurumu yang menghargai kamu setulusnya.







 

anything