80. Kotbah tentang Kain untuk Jubah
Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, tinggal di Hutan Jeva, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Yang Mulia Anuruddha juga sedang berada di Sāvatthī, berdiam di sebuah tebing gunung dengan pepohonan
sāla. Kemudian, ketika malam berlalu, saat fajar, Yang Mulia Anuruddha mengenakan jubahnya, membawa mangkuknya, dan memasuki Sāvatthī untuk mengumpulkan dana makanan. Saat fajar Yang Mulia Ānanda juga mengenakan jubahnya, membawa mangkuknya, dan memasuki Sāvatthī untuk mengumpulkan dana makanan.
Yang Mulia Anuruddha melihat bahwa Yang Mulia Ānanda juga pergi mengumpulkan dana makanan. Setelah melihatnya, ia berkata, “Yang Mulia Ānanda, engkau seharusnya mengetahui bahwa tiga helai jubahku telah menjadi kasar, luntur, dan usang. Teman yang mulia, sekarang apakah engkau dapat mengundang para bhikkhu untuk membuat jubah untukku?” Yang Mulia Ānanda menerima permintaan Yang Mulia Anuruddha dengan tetap berdiam diri.
Kemudian, ketika Yang Mulia Ānanda telah selesai mengumpulkan dana makanan dan setelah ia menyantap makan siang, ia menyimpan jubah dan mangkuknya serta mencuci tangannya. Dengan alas duduk di atas bahunya dan membawa kunci pintu di tangannya, ia pergi dari gubuk ke gubuk dan berkata kepada setiap bhikkhu yang ia kunjungi, “Yang mulia, datanglah ke tebing gunung dengan pepohonan
sāla untuk membuat jubah untuk Yang Mulia Anuruddha.”
Kemudian para bhikkhu, setelah mendengar apa yang dikatakan Yang Mulia Ānanda, semuanya pergi ke tebing gunung dengan pepohonan
sāla untuk membuat jubah untuk Yang Mulia Anuruddha.
Kemudian Sang Bhagavā melihat Yang Mulia Ānanda pergi dari gubuk ke gubuk dengan kunci pintu di tangannya. Setelah melihatnya, beliau bertanya, “Ānanda, sehubungan dengan hal apakah engkau pergi dari gubuk ke gubuk dengan kunci pintu pada tanganmu?”
Yang Mulia Ānanda berkata, “Sang Bhagavā, aku baru saja meminta para bhikkhu untuk membuat jubah untuk Yang Mulia Anuruddha.”
Sang Bhagavā berkata, “Ānanda, mengapakah engkau tidak meminta Sang Tathāgata untuk [membantu] membuat jubah untuk bhikkhu Anuruddha?”
Kemudian Yang Mulia Ānanda merentangkan tangannya dengan telapak tangan disatukan terhadap Sang Buddha dan berkata, “Semoga Sang Bhagavā datang ke tebing gunung dengan pepohonan
sāla untuk membuat jubah untuk Yang Mulia Anuruddha.” Sang Bhagavā menerima undangan Yang Mulia Ānanda dengan tetap berdiam diri.
Kemudian, Sang Bhagavā, ditemani oleh Yang Mulia Ānanda, pergi ke tebing gunung dengan pepohonan
sāla. Membentangkan alas duduknya, beliau duduk di hadapan perkumpulan para bhikkhu. Pada waktu itu, di tebing gunung dengan pepohonan sāla terdapat delapan ratus orang bhikkhu duduk bersama-sama dengan Sang Bhagavā untuk membuat jubah untuk Yang Mulia Anuruddha.
Pada waktu itu Yang Mulia Mahāmoggallāna juga terdapat di antara perkumpulan itu. Kemudian Sang Bhagavā berkata, “Moggallāna, aku dapat membentangkan kain dan memotongnya sesuai ukuran untuk Anuruddha, kemudian memotongnya menjadi potongan-potongan, menambalnya bersama, dan menjahitnya.”
Pada waktu itu Yang Mulia Mahāmoggallāna bangkit dari tempat duduknya, mengatur jubahnya sehingga memperlihatkan satu bahu, dan, dengan merentangkan tangannya dengan telapak tangan disatukan terhadap Sang Buddha, berkata kepada Sang Bhagavā, “Semoga Sang Bhagavā membentangkan kain dan memotongnya sesuai ukuran untuk Yang Mulia Anuruddha. Para bhikkhu kemudian akan memotongnya menjadi potongan-potongan, menambalnya bersama, dan menjahitnya.”
Kemudian Sang Bhagavā membentangkan kain dan memotongnya sesuai ukuran untuk Yang Mulia Anuruddha. Para bhikkhu bersama-sama memotongnya menjadi potongan-potongan, menambalnya bersama, dan menjahitnya. Dalam satu hari mereka menyelesaikan tiga helai jubah untuk Yang Mulia Anuruddha.
Pada waktu itu, ketika Sang Bhagavā mengetahui bahwa tiga helai jubah untuk Yang Mulia Anuruddha telah diselesaikan, beliau berkata, “Anuruddha, kotbahkanlah kepada para bhikkhu tentang sifat kain untuk jubah (
kaṭhina) [dan tentang seseorang yang akan memakainya]. Aku mengalami sakit punggung sekarang dan ingin beristirahat sejenak.”
Yang Mulia Anuruddha menjawab, “Baik, Sang Bhagavā.”
Kemudian Sang Bhagavā melipat jubah luarnya menjadi empat dan menaruhnya di atas tempat tidur, melipat jubah dalamnya untuk digunakan sebagai bantal, dan berbaring pada sisi kanan, satu kaki di atas kaki lainnya, dengan membangkitkan persepsi cahaya, mengembangkan perhatian benar dan pemahaman benar, selalu mengingat pemikiran untuk bangkit kembali.
Pada waktu itu Yang Mulia Anuruddha berkata kepada para bhikkhu:
Teman-teman yang mulia, ketika aku belum pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih dalam sang jalan, aku [telah] menjadi bosan terhadap kelahiran, usia tua, penyakit, kematian, dukacita dan kesedihan, tangisan dan ratapan, dan aku bertekad untuk meninggalkan kumpulan besar
dukkha ini. Teman-teman yang mulia, setelah menjadi bosan, aku merenungkan demikian: “Kehidupan berumah tangga adalah terpenjara, suatu tempat yang berdebu; pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih dalam sang jalan [bagaikan] keluar ke ruang terbuka yang luas. Sekarang bagiku di rumah, terbelenggu oleh belenggu demikian, adalah tidak mungkin untuk sepenuhnya mencurahkan kehidupanku pada latihan kehidupan suci. Biarlah aku meninggalkan kekayaanku, sedikit atau banyak, meninggalkan sanak keluargaku, sedikit atau banyak, mencukur janggut dan rambutku, mengenakan jubah kuning dan, demi keyakinan, meninggalkan kehidupan rumah dan memasuki [keadaan] tanpa rumah untuk berlatih dalam sang jalan.”
Teman-teman yang mulia, pada waktu belakangan aku meninggalkan kekayaanku, sedikit atau banyak, meninggalkan sanak keluargaku, sedikit atau banyak, mencukur janggut dan rambutku, mengenakan jubah kuning dan, demi keyakinan, meninggalkan kehidupan rumah dan memasuki keadaan tanpa rumah untuk berlatih dalam sang jalan. Teman-teman yang mulia, setelah pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih dalam sang jalan, setelah meninggalkan kehidupan keluarga, aku menerima pelatihan kebhikkhuan. Aku berlatih aturan-aturan latihan dan menjaga [terhadap pelanggaran] aturan disiplin. Aku juga dengan hati-hati mempertahankan sikap dan etika yang seharusnya, selalu takut akan kesalahan sekecil apa pun, menjunjung tinggi pelatihan dalam aturan-aturan latihan.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari membunuh, telah meninggalkan pembunuhan. Aku telah meninggalkan pedang dan tongkat pemukul, aku memiliki rasa malu dan takut [berbuat jahat], dan pikiran cinta kasih dan belas kasih, [dengan mengharapkan] memberi manfaat kepada semua [makhluk], termasuk serangga. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan pembunuhan makhluk hidup.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari mengambil apa yang tidak diberikan, telah meninggalkan pengambilan apa yang tidak diberikan. Aku mengambil [hanya] apa yang diberikan, bergembira dalam mengambil [hanya] apa yang diberikan. Aku selalu menyukai memberi secara murah hati, bergembira dalam ketidak-kikiran dan tidak mengharapkan imbalan apa pun. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan pengambilan apa yang tidak diberikan.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari aktivitas seksual, telah meninggalkan aktivitas seksual. Aku dengan tekun menjalankan latihan [hidup] selibat, dan dengan penuh semangat [mempertahankan] perbuatan suci [ini], murni, tanpa kekotoran, bebas dari keinginan indria, setelah meninggalkan keinginan seksual. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan aktivitas seksual.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari ucapan salah, telah meninggalkan ucapan salah. Aku mengucapkan kebenaran, bergembira dalam kebenaran, dengan tak tergoyahkan berkembang dalam kebenaran, sepenuhnya dapat dipercaya, tidak menipu [siapa pun di] dunia. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan ucapan salah.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari ucapan yang memecah belah, telah meninggalkan ucapan yang memecah belah. Aku tidak terlibat dalam ucapan yang memecah belah dan yang akan mencelakai orang lain. Mendengar sesuatu dari orang ini, aku tidak mengatakannya kepada orang itu untuk mencelakai orang ini; mendengar sesuatu dari orang itu, aku tidak mengatakannya kepada orang ini untuk mencelakai orang itu. Aku berharap untuk menyatukan mereka yang terpecah belah, bergembira dalam persatuan mereka. Aku tidak membuat golongan-golongan, tidak bergembira dalam atau memuji golongan-golongan. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan ucapan yang memecah belah.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari ucapan kasar, telah meninggalkan ucapan kasar. Apa pun ucapan di sana yang kasar dan keras dalam nada, yang terdengar menyakitkan hati dan menjengkelkan bagi telinga, di mana orang-orang tidak menikmati ataupun menginginkannya, yang menyebabkan penderitaan dan kekesalan orang lain, dan tidak membawa pada ketenangan – ucapan demikian telah kutinggalkan. Apa pun ucapan di sana yang murni, penuh kedamaian, lembut, dan bermanfaat, yang menyenangkan bagi telinga dan [dengan mudah] memasuki pikiran, yang menggembirakan dan diinginkan, yang memberikan orang lain kebahagiaan, ucapan yang memiliki makna, yang tidak membuat orang lain ketakutan, dan yang membawa pada ketenangan dalam diri orang lain – [jenis] ucapan demikian kuucapkan. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan ucapan kasar.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari ucapan omong kosong, telah meninggalkan ucapan omong kosong. Aku berbicara pada waktu [yang tepat], aku mengucapkan apa yang benar, apa yang merupakan Dharma, apa yang penuh makna, apa yang penuh kedamaian. Bergembira dalam ucapan yang penuh kedamaian dan berjenis pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat, aku akan mengajar dengan baik dan menasihati dengan baik. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan ucapan omong kosong.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari mencari keuntungan, telah meninggalkan pencarian keuntungan. Aku telah meninggalkan timbangan dan pengukuran serta tidak menerima barang-barang [dalam komisi], aku tidak mengikat orang-orang [dengan hutang], aku tidak berusaha berbuat curang dengan pengukuran, ataupun aku tidak menipu orang lain demi tujuan beberapa keuntungan kecil. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan pencarian keuntungan.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari menerima para janda atau gadis, telah meninggalkan menerima para janda dan gadis. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan menerima para janda dan gadis.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari menerima budak laki-laki atau perempuan, telah meninggalkan menerima para budak laki-laki atau perempuan. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan menerima budak laki-laki atau perempuan.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari menerima gajah, kuda, hewan ternak, atau domba, telah meninggalkan menerima gajah, kuda, hewan ternak, atau domba. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan menerima gajah, kuda, hewan ternak, atau domba.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari menerima ayam atau babi, telah meninggalkan menerima ayam atau babi. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan menerima ayam atau babi.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari menerima tanah pertanian atau tempat pemasaran, telah meninggalkan menerima tanah pertanian atau tempat pemasaran. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan menerima tanah pertanian atau tempat pemasaran.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari menerima beras, gandum, atau kacang polong yang belum dimasak, telah meninggalkan menerima beras, gandum, atau kacang polong yang belum dimasak. Aku memurnikan pikiranku sehubungan menerima beras, gandum, atau kacang polong yang belum dimasak.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari minuman keras, telah meninggalkan minuman keras. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan minuman keras.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari [berbaring pada] tempat tidur yang tinggi dan lebar, telah meninggalkan [berbaring pada] tempat tidur yang tinggi dan lebar. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan tempat tidur yang tinggi dan lebar.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari [menggunakan] kalungan bunga, kalung, wewangian, dan riasan, telah meninggalkan [penggunaan] kalungan bunga, kalung, wewangian, dan riasan. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan kalungan bunga, kalung, wewangian, dan riasan.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari menyanyi, menari, dan bersandiwara, serta pergi untuk melihat atau mendengar [nyanyian, tarian, dan sandiwara]; aku telah meninggalkan nyanyian, tarian, dan sandiwara, dan [meninggalkan] pergi untuk melihat atau mendengar [nyanyian, tarian, dan sandiwara]. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan nyanyian, tarian, dan sandiwara, dan [sehubungan dengan] pergi untuk melihat atau mendengar [nyanyian, tarian, dan sandiwara].
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari menerima emas dan perak, telah meninggalkan menerima emas dan perak. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan menerima emas dan perak.
Teman-teman yang mulia, aku menghindari diri dari makan setelah tengah hari, telah meninggalkan makan setelah tengah hari. Aku makan satu kali [setiap hari], tidak makan pada malam hari, berlatih dalam makan [hanya] pada waktu [yang tepat]. Aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan makan setelah tengah hari.
Teman-teman yang mulia, setelah menyempurnakan kelompok moralitas mulia ini, aku lebih lanjut berlatih dalam kepuasan tertinggi, dengan memakai jubah [hanya] untuk menutupi tubuhku, memakan [hanya secukupnya] makanan untuk menunjang tubuh jasmani. Kapan pun aku pergi, aku membawa [hanya] jubah dan mangkuk bersamaku, tanpa kekhawatiran atau keinginan. Seperti halnya seekor angsa liar terbang melalui udara dengan [hanya] dua sayapnya, teman-teman yang mulia, aku seperti demikian, ke mana pun aku pergi, membawa [hanya] jubah dan mangkuk bersamaku, tanpa kekhawatiran atau keinginan.
Teman-teman yang mulia, setelah menyempurnakan kelompok moralitas mulia ini dan kepuasan tertinggi ini, aku lebih lanjut berlatih dalam menjaga indria-indria. Selalu memperhatikan berhentinya pemikiran-pemikiran dengan keinginan, dengan pemahaman jernih, dengan berhasil menjaga pikiran melalui perhatian penuh, aku selalu membangkitkan pemahaman benar. Ketika melihat bentuk dengan mataku, aku tidak menggenggam wujudnya, ataupun aku tidak menikmati bentuk itu. Yaitu, demi tujuan pengendalian diri aku menjaga indria mata sehingga tidak ada ketamakan atau dukacita, keadaan-keadaan jahat dan tidak bermanfaat, yang akan muncul dalam pikiran. Sampai akhir itu aku menjaga indria mata.
Dengan cara yang sama, ketika [mendengar suara] dengan telinga, ... [mencium bau] dengan hidung, ... [mengecap rasa] dengan lidah, ... [merasakan sentuhan] dengan badan, ... mengetahui suatu objek pikiran dengan pikiran; aku tidak menggenggam wujudnya ataupun aku tidak menikmati objek pikiran itu. Yaitu, demi tujuan pengendalian diri aku menjaga indria pikiran sehingga tidak ada ketamakan atau dukacita, keadaan-keadaan jahat dan tidak bermanfaat, yang akan muncul dalam pikiran. Sampai akhir itu aku menjaga indria pikiran.
Teman-teman yang mulia, setelah menyempurnakan kelompok moralitas mulia ini, kepuasan tertinggi ini, dan penjagaan indria-indria ini, aku lebih lanjut berlatih dalam pemahaman benar ketika pergi dan datang, dengan merenungkan dan membedakan dengan baik ketika membengkokkan atau meluruskan [lenganku], ketika menundukkan atau mengangkat [kepalaku]; dengan perilaku dan penampilan yang teratur, aku dengan benar membawa jubah luar, jubah lainnya, dan mangkuk; ketika berjalan, berdiri, duduk, dan berbaring, ketika pergi tidur atau bangun, ketika berbicara atau berdiam diri, aku selalu memiliki pemahaman benar.
Teman-teman yang mulia, setelah menyempurnakan kelompok moralitas mulia ini, kepuasan tertinggi ini, penjagaan indria-indria ini, dan pemahaman benar ketika pergi dan datang ini, aku lebih lanjut berlatih dengan berdiam sendirian dalam keterasingan. Aku berdiam di suatu wilayah hutan, atau di bawah sebatang pohon di tempat yang kosong dan tenang, di dalam gua gunung, di atas tumpukan jerami di tempat terbuka, di tengah-tengah hutan, atau di pekuburan.
Teman-teman yang mulia, dengan berdiam di dalam hutan, atau pergi ke bawah sebatang pohon di tempat yang kosong dan tenang, aku membentangkan alas dudukku dan duduk bersila, [dengan] tubuh tegak. Dengan tekad batin yang benar dan perhatian yang tidak terbagi, aku meninggalkan dan melenyapkan ketamakan. Dengan pikiranku bebas dari kecemasan, ketika melihat harta dan kebutuhan hidup orang lain, aku tidak memunculkan ketamakan, tidak berharap “Semoga aku mendapatkannya!” Aku memurnikan diriku sehubungan dengan ketamakan. Dengan cara yang sama aku meninggalkan permusuhan, ... kelambanan dan ketumpulan, ... kegelisahan dan kekhawatiran, ... keragu-raguan, mengatasi delusi, bebas dari kebimbangan sehubungan dengan keadaan-keadaan bermanfaat, aku memurnikan pikiranku sehubungan dengan keragu-raguan.
Teman-teman yang mulia, ketika aku telah meninggalkan lima rintangan ini, yang mengotori pikiran dan melemahkan kebijaksanaan, terasing dari keinginan indria, terasing dari keadaan-keadaan jahat dan tidak bermanfaat, ... sampai dengan ... berdiam setelah mencapai jhāna keempat.
Teman-teman yang mulia, setelah mencapai konsentrasi demikian, dengan pikiran yang dimurnikan dan tanpa kekotoran, tanpa noda, lunak, ditenangkan dengan baik, dengan pikiran yang telah mencapai ketanpa-gangguan, aku berlatih dalam realisasi kekuatan-kekuatan batin.
Teman-teman yang mulia, aku mencapai tak terhitung kekuatan batin – yaitu, [dari] satu, aku menjadi banyak; [dari] banyak, aku menjadi satu [lagi]. Satu, aku tetap satu, memiliki pengetahuan dan penglihatan. Aku tanpa terhalangi melewati tembok batu seakan-akan melewati ruang kosong. Aku menyelam ke dalam tanah seakan-akan ia adalah air; aku berhalan di atas air seakan-akan ia adalah tanah. Duduk bersila, aku naik ke angkasa bagaikan seekor burung. Dengan tangan aku menyentuh dan membelai matahari dan bulan, yang memiliki kekuatan batin yang besar demikian, kebajikan yang besar dan hebat demikian, jasa yang besar demikian, kekuatan dewa yang besar demikian. Dengan tubuh [batin]-ku aku mencapai sejauh alam Brahmā.
Teman-teman yang mulia, setelah mencapai konsentrasi dengan cara ini, dengan pikiran yang dimurnikan dan tanpa kekotoran, tanpa noda, lunak, ditenangkan dengan baik, pikiran yang telah mencapai ketanpa-gangguan, aku melatih dan merealisasi pengetahuan luar biasa telinga dewa. Teman-teman yang mulia, dengan telinga dewa aku mendengar suara-suara yang dibuat oleh para manusia dan bukan-manusia, dekat dan jauh, halus dan tidak halus.
Teman-teman yang mulia, setelah mencapai konsentrasi dengan cara ini, dengan pikiran yang dimurnikan dan tanpa kekotoran, tanpa noda, lunak, ditenangkan dengan baik, dengan pikiran yang telah mencapai ketanpa-gangguan, aku melatih dan merealisasi pengetahuan luar biasa atas pikiran orang lain.