“Putra yang berbudi, saya ingat pada waktu asankhya kalpa yang lalu, ada seorang Brahmacarin *34 bernama Jyotiska.*35 Ia melatih perbuatan suci di dalam sebuah hutan terpencil selama empat milyar dua ratus juta tahun. Ketika keluar dari hutan tersebut, ia memasuki sebuah kota yang bernama Sukhavati.*36 Di sana ia bertemu dengan seorang wanita. Setelah wanita melihat Brahmacarin ini yang berwajah tampan dan agung, dalam hatinya timbul perasaan cinta.
Wanita itu segera menghampiri Brahmacarin ini, lalu tangannya memegang kedua kaki Brahmacarin ini, dan bertiarap di atas tanah.
“Putra yang berbudi, ketika itu Brahmacarin bertanya kepada wanita itu, ‘Apa yang saudari inginkan?’
“Wanita tersebut menjawab, ‘Saya menginginkanmu, Brahmacarin’.
“Brahmacarin berkata, ‘Saya tidak melakukan hal yang berhubungan yang berhubungan dengan nafsu keinginan.’
“Wanita itu berkata, ‘Jika Anda tidak mengabulkan permintaanku, saya akan mati sekarang.’
“Putra yang berbudi, ketika itu, Brahmacarin Jyotiska berpikir: ‘Adalah tidak patut bagiku untuk mengabulkannya, terlebih-lebih pada saat ini. Saya telah melatih perbuatan suci selama empat milyar dua ratus juta tahun. Bagaimana bisa saya hancurkan sekarang?’
“Lalu Brahmacarin itu memaksa dirinya untuk meninggalkan wanita itu. Tetapi setelah ia berjalan tujuh langkah, dalam hatinya timbul rasa kasihan kepada wanita itu dan berpikir, ‘Kendati saya melanggar sila, jatuh ke alam yang jahat, saya mampu menahan penderitaan di neraka, tetapi saya tidak sanggup melihat wanita itu menderita sekali. Saya tidak akan membiarkan dia mati karena saya”.
“Putra yang berbudi, karena pemikiran ini, Brahmacarin tersebut balik ke wanita itu. Brahmacarin ini memegangnya dengan tangan kanannya dan berkata, ‘Silahkan berdiri, Anda boleh berbuat sekehendakmu’.
“Putra yang berbudi, lalu Brahmacarin itu menikah dengan wanita tersebut selama 12 tahun. Setelah itu, ia meninggalkan kehidupan berumah tangga dan dalam waktu singkat memperoleh kembali Empat Tak Terbatas. *37 Setelah meninggal, ia kemudian terlahir di Surga Brahma”.
“Putra yang berbudi, janganlah Anda ragu-ragu. Brahmacarin saat itu adalah diriku [di kehidupan yang lampau].(kutipan sutra upaya kausalya)