//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada  (Read 50802 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #45 on: 13 May 2009, 03:13:59 PM »

Informasinya masih diragukan kok sudah dianggap bermanfaat...aneh.. :whistle:

:) saya bilang "informasi" yang bermanfaat, bukan "kebenaran" bermanfaat. Justru ada informasi, maka harus ada penggalian :) Disebut bermanfaat karena informasi ini memang menarik untuk dipelajari
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #46 on: 13 May 2009, 03:17:10 PM »

Informasinya masih diragukan kok sudah dianggap bermanfaat...aneh.. :whistle:

:) saya bilang "informasi" yang bermanfaat, bukan "kebenaran" bermanfaat. Justru ada informasi, maka harus ada penggalian :) Disebut bermanfaat karena informasi ini memang menarik untuk dipelajari

:))

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #47 on: 13 May 2009, 04:38:29 PM »
Info:

saya sudah cek kutipan yang dimaksud. Ternyata memang ada di dalam Biografi Ajahn Mun karya Acahn Maha Boowa. Bukunya dalam Bahasa Inggris bisa didownload di:

http://www.buddhanet.net/pdf_file/acariya-mun-bio.pdf

Lihat ke Bab yang berjudul "Early Years" pada sub-bab yang berjudul "Savaka Arahant", hal. 41.

Meskipun demikian saya belum tahu secara pasti isinya, semirip apa dengan terjemahannya, karena saya hanya membacanya sepintas.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #48 on: 13 May 2009, 04:40:42 PM »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #49 on: 13 May 2009, 04:49:53 PM »
Ehm kalo berdasarkan kutipan ayat diatas, kayaknya yang dimaksud adalah Tubuh Nirmanakaya-nya deh....kalo Tubuh Nirmanakaya ya emang gak mungkin lagi bisa dilihat oleh dewa/manusia....

Yang kedua, mungkin saja Tubuh Sambhogakaya memang ada, alasannya :
 1. Dulu pernah baca, katanya ketika Masa Dhamma berakhir...semua relik Sang Buddha akan berkumpul kembali membentuk tubuh Sang Buddha secara utuh [dan beberapa hari mengajarkan Dhamma namun tidak satupun manusia yang tahu] dan kemudian menghilang. Yang menjadi pertanyaan saya sih, kok bisa ya begitu, jika seandainya Sang Buddha telah mencapai anupadisesa-nibbana???
Ini sumbernya dari mana? Bacaan Theravada atau lainnya?
Menurut saya sih, seandainya pun benar relik-relik itu berkumpul dan muncul Buddha (mungkin seperti kisah Dragon Ball), Buddha tidak akan mengajar jika tidak ada mahluk yang bisa mengambil manfaat dari ajaran Buddha.

Di samping itu, Buddha tidak pernah cerita relik-relik Buddha sebelumnya bisa berkumpul dan invoke/summon Buddha tersebut. Yang ada, Buddha selalu menceritakan kejayaan Buddha masa lampau, dan menceritakan menurun dan "hancurnya" Sangha Buddha yang jaya tersebut di kemudian hari, sehingga membuat para murid selalu menyadari hukum perubahan.



Doktrin tentang Trikaya

Buddha itu pada mazhab Mahayana bukan lagi sekedar gelaran bagi Siddharta
Gautama tetapi telah berobah menjadi suatu pengertian yang lebih dalam dan
mempunyai Wujud tersendiri, la memiliki tiga jenis perwujudan yang disebut
Trikaya, yaitu :

1. Dharmakaya, yaitu Wujud Zat Tunggal.
2. Sam boghakaya, yaitu Wujud Welas Asih.
3. Nirmana kaya, yaitu Wujud Perobahan Ajaib.

Wujud terakhir itulah yang pernah hidup di muka bumi,menjelma dalam bentuk
Siddharta Gautama, merupakan penjelmaan dari Wuiud Welas Asih. Tahadinya
Wujud Welas Asih itu merupakan Bodhisatva, yang merupakan pancaran dari
Wujud Zat Tunggal.

Wujud Zat Tunggal itulah yang disebut Buddha, seperti halnya dengan Brahman
dalarn agarna Hindu, yang menciptakan alam semesta dan meresapi seluruh
alam. Wujud Zat Tunggal itulah Jiwa-Alam (World-Soul). Dengan perkembangan
penapsiran serupa itu, terhadap pengertian Buddha itu, tampak pengaruh
ajaran Upanishads.

Mazhab Mahayana itu mempercayai jumlah Zat Welas Asih (Sambhogakaya) yang
tiaaa terkira banyaknya, menjema dalam bentuk Bodhisat'as. Mereka itu
pancaran Wujud Zat Tunggal, yaitu Buddha, yang meresapi seluruh alam. Oleh
karena Dharmakaya (Wujud Zat Tunggal) itu meresapi seluruh alam maka setiap
orang yang telah mencapai watak-Buddha (Buddhahood) itu, setelah meninggal
dunia, menolak untuk langsung masuk ke dalam Paranirvana. Mereka itu menjadi
Zat Welas Asih dan menje1rna dalam bentuk Bodhisatvas.

Bodhisatvas yang akan menjebna kembali pada masa depan sebagai
Manushi-Buddha, untuk membebaskan manusia dari Dukkha, masih berdiam
sekarang ini pada alam-samawi yang disebut Tushita.

Satu dari Bodhisatvas yang beroleh kedudukan penting kekuasaan besar, karena
menguasai Sukhavati, dipanggil Amithaba. Nama itu bennakna : Terang Tiada
Terbatas.

Di antara badan fisik Anda sendiri,
Temukanlah Diri Sejati
Yang memiliki Trikaya (Tiga Badan Buddha).

Apakah itu Dharmakaya murni ?
Hakekat Diri kita adalah murni adanya,
sehingga semua dharma berada dalam Hakekat Diri.
seperti langit tinggi yang selalu jernih,
dengan matahari dan bulan yang selalu cerah di dalamnya.

Jika dengan menghilangkan kebodohan batin dan khayalan,
maka batin dan penampakan luar kita akan menjadi jernih secara tembus
pandang,
di antara Hakekat Diri kita,
Sepuluh ribu Dharma akan muncul bersama.
Ini dinamakan Dharmakaya murni.

Apakah itu Nirmanakaya yang tak terbatas?
Ketika tidak terdapat pikiran, Hakekat Diri adalah kosong dan tetap,
ketika muncul pikiran, pikiran tersebut menjelma menjadi Hakekat Diri.
Perwujudan dari Hakekat Diri sangatlah banyak,
tetapi manusia yang bodoh tidak menyadarinya.
Jika terdapat satu pikiran spontan yang positif adanya,
kebijaksanaan akan bangkit,
Inilah yang dinamakan Nirmanakaya dari Hakekat Diri.

Apakah itu Sambhogakaya yang sempurna?
Jangan memikirkan tentang masa lalu,
selalu memikirkan masa depan,
menjadikan pikiran masa depan selalu positif,
Inilah yang dinamakan Sambhogakaya.
Ketiga Perwujudan (Badan) Buddha tersebut
muncul dari Hakekat Diri,
dan tidak dapat diperoleh dari luar.

Ketika pikiran sendiri berlindung di dalam Hakekat Diri kita,
maka hal tersebut adalah berlindung di dalam Buddha Sejati

Jika mereka mengatakan bahwa mereka berlindung di dalam Buddha,
Di manakah adanya Buddha?
Jika seseorang tidak berlindung di dalam Hakekat Dirinya,
tiada tempat lagi untuk bergantung.

Pisahkan diri Anda dari pencerahan maupun dari khayalan,
maka biarkan Prajna (Kebijaksanaan) selalu bangkit.
Hilangkan kebenaran maupun kepalsuan,
dan seketika bertemu Buddha Sejati.

Jika seseorang melekat pada kondisi, maka akan muncul kelahiran dan
kemusnahan,
seperti gelombang di atas air.
Jika seseorang terpisah dari kondisi, maka tiada kelahiran ataupun
kemusnahan,
seperti air yang selalu mengalir bersama.

Manusia biasa adalah Buddha,
Kekotoran batin (klesa) adalah Bodhi (pencerahan).
Apabila pikiran masa lalu tercemarkan, itulah seorang manusia biasa,
Apabila pikiran masa depan tercerahkan, itulah seorang Buddha.
Apabila pikiran masa lalu melekat pada kondisi, itulah kekotoran
batin (klesa),
Apabila pikiran masa depan terpisahkan dari kondisi, itulah Bodhi.

Maha Prajna Paramita (Kebijaksanaan Agung untuk mencapai Pantai
Seberang) adalah…
Yang Termulia, Yang Tertinggi, dan Yang Terbaik,
dimana, tiada-menetap, tiada-pergi, ataupun tiada-datang,
seluruh Buddha masa lalu, sekarang, dan yang akan datang berasal
darinya,
dan mengubah tiga racun dunia (keinginan rendah, kebencian, kebodohan
batin) ke dalam Sila, Samadhi dan Prajna.

Gunakan Hakekat Tathata (Kebenaran Sejati) Anda sendiri,
dengan merenungkannya secara penuh kebijaksanaan,
dan ketika di antara semua Dharma,
pada saat bukan menggenggam ataupun menolak,
maka ini dapatlah dikatakan telah menemukan Hakekat Sejati, dan
mencapai Kebuddhaan.
Hakekat Sejati dalam dirinya sendiri memiliki,
Kebijaksanaan yang munculnya dari Prajna.

Sederhanakan dalam pikiran Anda sendiri,
jadikan Hakekat Sejati Anda sendiri,
dan selalu munculkan pandangan-pandangan benar (positif).

Tidak menetap baik di dalam maupun di luar,
bebas untuk datang dan pergi,
maka Anda harus menanggalkan kelekatan pikiran
dan menembus secara keseluruhan tanpa halangan.

Jika tidak tercerahkan,
seorang Buddha adalah suatu makhluk (Sattwa),
jika pikiran seketika adalah tercerahkan,
suatu makhluk adalah seorang Buddha

Seluruh Buddha dari masa lalu, sekarang, dan yang akan datang,
dan Sutra Dua Belas Bagian
terdapat di dalam sifat Sejati Manusia,
yang telah dimilikinya sejak dari awal.

Berpijak pada dasar Hakekat Diri,
merenungkan dengan cara Kebijaksanaan,
sehingga batin dan tampak luar Anda menjadi cerah seluruhnya,
dan Anda akan mengenali sifat sejati pikiran Anda sendiri.

Jika Anda menemukan seluruh Dharma,
tetapi pikiran Anda tidak ternodai ataupun melekat pada Dharma,
sehingga inilah yang dinamakan tiada-pikiran.

Jika Hakekat Diri Anda terjaga secara murni,
maka apabila berada di antara Enam Debu (Enam Obyek Indera),
pikiran Anda tidak akan terpisah ataupun ternodai,
bebas datang dan pergi,
sehingga inilah yang dinamakan berbuat tanpa-pikiran.

Hakekat Diri memiliki pahala,
untuk bertemu Buddha Sejati di dalam batin,
dan di luar memiliki rasa hormat kepada lainnya,
tiada terpisah dari Hakekat Diri adalah merupakan suatu pencapaian,
berbuat tanpa-pikiran dan secara spontan adalah suatu kebajikan.
Mengolah sifat Sejati Diri adalah merupakan suatu pencapaian,
mengolah diri sendiri adalah merupakan suatu kebajikan,
pahala diciptakan dari pikiran sendiri,
berkah berbeda dari pahala.

semoga bermanfaat _/\_

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #50 on: 13 May 2009, 04:53:29 PM »
^
^
^
^
jangan berantem yah karena naruhnya mungkin salah, tapi saya menjelaskan samboghaya dari pemikiran konsep mazhab mahayana. Belum tentu sama dengan pemikiran konsep Vajrayana. Saya kurang ahi soal vajra soalnya buku sulit dicari ;D. Sebaiknya bro sobat dharma sebelum menyimpulkan tulisan gandalf cross cek dulu dengan lainnya. Dia sih berbakat dalam bidang Vajra yana, cuman kelemahannya kadang terlalu sombong, sayang kalau dia mau sedikit rendah hati. Dia sebenarnya orang cukup punya kompenten bagus dalam mempelajari dhamma.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #51 on: 13 May 2009, 05:01:37 PM »
Pendapat spekulatif:

Sangha = sila = nirmanakaya
Dharma = samadhi = dharmakaya
Buddha = prajna = sambhogakaya
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #52 on: 13 May 2009, 05:07:09 PM »
Pendapat spekulatif:

Sangha = sila = nirmanakaya
Dharma = samadhi = dharmakaya
Buddha = prajna = sambhogakaya

Bisa jadi, silakan yang ini sambhokaya versi teravada, yang bisa bahas yang ngerti abidharma mazab Teravada ;D


Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #53 on: 13 May 2009, 05:13:58 PM »
Saya pernah posting, ada dalam kitab komentar yang kurang dikenal bahwa tiga tubuh itu merujuk kepada Sang Buddha, Bhagava, Arahang, Sammasambuddha.

Silahkan cari posting saya.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #54 on: 13 May 2009, 05:21:01 PM »
Sebenernya judulnya ini "Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada" atau "Sambhogakaya dalam Tradisi Vajrayana" yah??

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #55 on: 13 May 2009, 07:11:39 PM »
Banyak kasus dimana suatu topik pembahasan dilatarbelakangi oleh sumber yang tidak jelas, ataupun penerjemahan yang salah, mungkin topik ini salah satunya. Karena dari apa yang saya baca dalam A Spiritual Biography. Acariya Mun Bhuridatta by  Acariya Maha Boowa Nanasampanno , saya tidak menemukan beberapa hal yang ditulis oleh Sdr. Gandalf, seperti sekelompok Buddha, diikuti oleh para pengikut Arahanta mengucapkan selamat, kemudian mengenai penjelasan Sang Buddha kepada Acariya Mun.

Mungkin saya yang tidak teliti, jadi tolong ada yang bisa mengkonfirmasikan lebih lanjut apakah benar-benar ada tulisan seperti itu dalam biografi Acariya Mun oleh Acaria Maha Booa, jika ada pada halaman berapa, bab berapa. o ya tambahan lagi, jika dalam bahasa indonesia, siapa penerjemahnya, penerbitnya

http://www.buddhanet.net/pdf_file/acariya-mun-bio.pdf


Ini info utk Bro kelana dan lainnya ttg tulisan bro Gandalf.

http://www.buddhanet.net/pdf_file/acariya-mun-bio.pdf    ----- mulai hal 245 -254 , The Most Exalted Appreciation.

« Last Edit: 13 May 2009, 07:13:35 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #56 on: 13 May 2009, 07:22:56 PM »
Teman-teman yang baik,

Seorang Buddhis belum tentu pandangannya Buddhistic. entah itu umat awam, bhikkhu, bhikkhuni. Bila ingin tahu pandangan benar suatu agama pelajarilah kitab sucinya dan kitab suci adalah otoritas tertinggi dalam agama.

Kontroversi yang timbul, tentu bisa kita telusuri dan kita bandingkan dengan kitab suci bila bertentangan maka kitab suci yang harus kita anggap lebih tepat.

Saya rasa Luangta  Maha Boowa mungkin telah lupa, bagaimana persisnya penuturan Acharn Mun, mungkin pada waktu penuturan tidak dicatat...

Di Thailand sendiri ada kelompok yang kontroversial (sekte Dharmakaya), yang pandangannya ada yang berbeda dengan Tipitaka.


sukhi hotu
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #57 on: 14 May 2009, 09:15:35 AM »
Sebenernya judulnya ini "Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada" atau "Sambhogakaya dalam Tradisi Vajrayana" yah??

Dari judul kan jelas bos pembahasan dari versi teravada, justru menurut pandangan saya, wajar kita baca dari segi pemikiran praktisi teravada. Namanya juga diskusi. tukar pikiran ;D

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #58 on: 14 May 2009, 09:27:43 AM »
Sebenernya judulnya ini "Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada" atau "Sambhogakaya dalam Tradisi Vajrayana" yah??

Dari judul kan jelas bos pembahasan dari versi teravada, justru menurut pandangan saya, wajar kita baca dari segi pemikiran praktisi teravada. Namanya juga diskusi. tukar pikiran ;D

Lalu kok postingnya malahan dari sisi Mahayana? Segi pemikiran praktisi Theravada-nya, ada di mana?

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada
« Reply #59 on: 14 May 2009, 12:06:48 PM »
Teman-teman yang baik,

Seorang Buddhis belum tentu pandangannya Buddhistic.

Saya rasa pandangannya cukup Buddhistic. Bahkan saya belum melihat adanya ketidaksesuaian dengan sutta pali. Mungkin lebih tepat dikatakan tidak sesuai dengan asumsi umat Theravada umumnya,karena apa yang disebut sebagai Buddhism itu luas dan Mahayana tentu termasuk di dalamnya.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek