Saya memang ngambil dari biografi, memang keliru? Apa memang perbandingan harus melalui sutta2 aja?
Seperti yang telah saya sampaikan bahwa menggunakan biografi yang kontroversi adalah kurang tepat, tidak mewakili tradisi Theravada secara keseluruhan. Sebagai pertimbangan mungkin ok-ok saja.
Saya tidak pernah menarik kesimpulan kalau memang dikenal Sambhogakaya dalam tradisi Theravada. Di dalam Theravada memang tidak dikenal adanya Sambhogakaya. Ini sudah saya tekankan di postingan kedua malah.
Dalam isi tulisan anda mungkin tidak, tapi dari JUDUL topik ini, mungkin anda secara tidak sadar, telah menyimpulkan. Judul topik: Sambhogakaya dalam Tradisi Theravada. Bagi saya ini adalah kalimat berita, memberitahukan.
Dan seperti yang saya telah sampaikan, topik ini sebenarnya tidak lain merupakan
usaha pencarian pembandingan antara konsep Sambhogakaya dan Buddha yang sudah Parinibbana bisa muncul lagi ala Mahayana dengan konsep di Theravada.
Nimitta-Buddha versi Theravada di sini memang ada kemiripan dengan Sambhogakaya. Tapi sebenarnya adalah dua perwujudan yang berbeda. Maka seperti yang anda bilang, nimitta Buddha akan lenyap setelah Buddha Parinirvana. Namun tidak demikian dengan Sambhogakaya dalam Mahayana.
Seharusnya, menurut saya, judul topik adalah Perbandingan Nimitta dengan Sambhogakaya. Ini yang pertama.
Kedua, saya baru tahu bahwa Sambhogakaya dalam Mahayana tidak padam setelah Parinirvana. Entah saya terlalu banyak baca perbandingan sehingga tercampur atau apa, menurut saya Sambhogakaya dalam Mahayana juga padam, yang tinggal adalah Dharmakaya. Atau mungkin di topik lain (atau di sini juga boleh) anda bisa memberikan saya referensi (sutra lebih ok) mengenai hal ini agar tidak ada kesalahanpahaman. (referensi sutra saya lemah, jadi saya berdasarkan buku lain)
Dan apa yang dialami Acariya Mun ini tampaknya adalah fenomena yang menarik, karena nimitta yang dimaksud beliau ada lebih mirip sama Sambhogakaya dalam Mahayana dan malah agak berbeda dengan pengertian nimitta Buddha di Kanon Pali.
Apalagi dialami oleh seorang bhikkhu Theravada yang bahkan setahu saya merupakan sesepuh banyak bhikkhu Theravada di Indo, termasuk di kalangan STI. Bahkan foto Acariya Mun juga ada di buku Melangkah di Keheningan karya Bhante Uttamo. Maka dari itu saya angkat jadi topik diskusi.
Sehingga saya nulis di awal postingan:
"Tapi sebenarnya apakah yang dialami Acariya Mun Bhuridatta itu Sambhogakaya?"
Menarik sekali kalau melihat bahwa bhikkhu senior Theravada memang ternyata melihat Sambhogakaya para Buddha. Sama seperti mengetahui kalau Ajahn Brahm yang populer itu dan bhikkhu2 tradisi hutan silsilah Ajahn Chah ternyata juga meyakini adanya antara-bhava (Bardo). Tapi ini mesti membutuhkan pembahasan lebih lanjut.
Masih kontroversi. Ada yang bilang ini, itu, dll, lalu mana yang benar?
Menggunakan rujukan yang kontroversi maka akan menghasilkan jawaban diskusi yang tidak pasti juga, bisa ya bisa tidak.
Demikian.