//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Berderma ke PENGEMIS.. apakah harus memilih?  (Read 23895 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Berderma ke PENGEMIS.. apakah harus memilih?
« Reply #45 on: 26 May 2012, 10:49:20 PM »
IMO, kalau kita berorientasi pada hasil/buah karma baik, maka kita bisa memilih2 penerima dana yang dilakukan. Kalau berorientasi pada pelepasan/pengorbanan, mungkin gak akan pilih2 penerimanya siapa, seperti yang dilakukan Bodhisatta Vessantara
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline bluppy

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.163
  • Reputasi: 65
  • Gender: Female
Re: Berderma ke PENGEMIS.. apakah harus memilih?
« Reply #46 on: 27 May 2012, 06:58:14 AM »
IMO, kalau kita berorientasi pada hasil/buah karma baik, maka kita bisa memilih2 penerima dana yang dilakukan. Kalau berorientasi pada pelepasan/pengorbanan, mungkin gak akan pilih2 penerimanya siapa, seperti yang dilakukan Bodhisatta Vessantara

at ariyakumara
bisa share kisah Bodhisatta Vessantara?
thank you  _/\_

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Berderma ke PENGEMIS.. apakah harus memilih?
« Reply #47 on: 27 May 2012, 11:45:29 AM »
setuju kata yang diatas share kisah bodisatva vessentara

Offline senbudha

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 209
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Berderma ke PENGEMIS.. apakah harus memilih?
« Reply #48 on: 27 May 2012, 11:55:23 AM »
At hadisantoso, sedikit tambahan dari saya soal berdana,baik berdana secara materi atau nesehat. KEBAIKAN TANPA DISERTAI KEBIJAKSANAAN ADALAH KEBODOHAN,KEBIJAKSANAAN TANPA KEBAIKAN (PELAKSANAAN SILA YANG BAIK) ADALAH KEANGKUHAN. Niat memang jadi awal,niat yang baik di awal harus diakhiri dengan perenungan yang baik,yaitu setelah berdana,"LUPAKANLAH". Bermacam-macam motivasi orang berdana,tapi sebagai seorang buddhist yang telah mengerti,maka latihan yang paling susah adalah LUPAKANLAH KEBAIKAN YANG KITA PERBUAT,TAPI INGATLAH MEMPERBAIKI KELAKUAN KITA YANG BURUK.

Offline Hadisantoso

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 310
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: Berderma ke PENGEMIS.. apakah harus memilih?
« Reply #49 on: 27 May 2012, 04:59:42 PM »
At Senbudha:
Terima kasih pencerahannya.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Berderma ke PENGEMIS.. apakah harus memilih?
« Reply #50 on: 28 May 2012, 07:51:44 PM »
at ariyakumara
bisa share kisah Bodhisatta Vessantara?
thank you  _/\_

Kisahnya ada di Vessantara Jataka (Jataka 547) yg merupakan kisah Jataka yg terakhir. Ringkasannya sbb:

Bodhisatta terlahir sebagai Vessantara, putra dari Raja Sanjava dari kerajaan Sivi dan Ratu Phusati. Dinamakan Vessantara karena ia lahir di sebuah rumah di jalan bernama vessa di kota Jettutara. Bodhisatta dapat berbicara begitu dilahirkan. Pada usia 8 tahun ia berkehendak untuk melakukan mahadana sehingga bumi berguncang. Pada usia 16 tahun ia menikah dengan Maddi dan memiliki anak bernama Jali dan Kanhajina

Suatu ketika terjadi kekeringan di Kalinga dan 8 orang brahmana dari sana mendatangi Vessantara untuk meminta gajah putih miliknya, yang memiliki kemampuan mendatangkan hujan. Bodhisatta memberikan gajah tersebut bersama dengan hiasannya yang berharga. Penduduk kota Jettutara sangat kecewa ketika gajah tersebut diberikan kepada orang lain dan meminta Raja Sanjaya mengasingkan Vessantara ke Vankagiri. Raja mengabulkan permintaan rakyatnya. Sebelum kepergiannya, Bodhisatta mengadakan dana yang disebut "Pemberian Tujuh Ratus" (Sattsataka) di mana ia memberikan tujuh ratus dari setiap jenis barang. Orang-orang datang dari berbagai penjuru Jambudipa untuk menerima pemberiannya dan ini berlangsung sepanjang hari.

Vessantara memberikan salam perpisahan kepada orang tuanya, tetapi Maddi bersikeras untuk ikut bersama dengan kedua anaknya. Mereka berangkat dengan sebuah kereta yang indah yang ditarik dengan empat ekor kuda, namun di luar kota Vessantara berjumpa dengan 4 orang brahmana yang meminta 4 ekor kudanya. Kemudian 4 dewa menarik keretanya, tetapi brahmana yang lain muncul dan meminta kereta tersebut. Maka mereka pun berjalan kaki melalui Sunnagiritala, menyeberangi sungai Kantimara, melewati gunung Aranjaragiri dan Dunnivittha, ke kota tempat pamannya, di kerajaan Ceta. Para dewa memperpendek jalan untuk merela dan pepohonan merendahkan buahnya sehingga mereka dapat makan. Enam puluh ribu khattiya datang menyambut Vessantara dan menawarkan kerajaan mereka yang kemudian ditolak Bodhisatta. Ia tidak memasuki kota, tetapi tetap berada di luar pintu gerbang dan ketika ia meninggalkan kota pagi-pagi keesokan harinya, orang-orang Ceta yang dipimpin oleh Cetaputta mengikuti mereka sepanjang 15 yojana, sampai mereka tiba di jalan masuk ke hutan. Vessantara dan keluarganya lalu melanjutkan perjalanan ke Gandhamadana, ke arah utara tiba di kaki Gunung Vipula menuju sungai Ketumati di mana seorang penebang hutan melayani mereka dan memberikan makanan. Kemudian mereka menyeberangi sungai itu melewati Nalika, sepanjang tepi danau Mucalinda, menuju sisi timur lautnya, kemudian sepanjang jalan setapak yang sempit menuju sebuah hutan rimba, ke Vankagiri. Di sana Sakka telah memerintahkan Vissakamma mendirikan dua pertapaan, satu untuk Vessantara dan satu lahi untuk Maddi dan anak-anaknya. Di sanalah mereka tinggal. Oleh sebab kekuatan Vessantara, hewan-hewan liar sampai dengan jarak tiga yojana menjadi jinak. Maddi bangun setiap sehari saat subuh dan setelah mengambil air untuk mencuci, masuk ke dalam hutan untuk mencari umbi-umbian dan buah-buahan. Pada sore harinya ia kembali, memandikan anak-anak, dan keluarga itu duduk bersama untuk makan. Demikianlah hal ini terjadi selama empat bulan.

Kemudian dari Dunnivittha datanglah seorang brahmana tua bernama Jujaka ke tempat pertapaan mereka. Brahmana ini dikirimkan oleh istri mudanya, Amittatapana, untuk mencarikan budak untuknya karena ketika sang istri pergi mengambil air di sumur para wanita lain menertawainya dengan menyebutnya "kesayangan laki-laki tua". Istrinya memberi tahu Jujaka bahwa ia dapat dengan mudah mendapatkan anak-anak Vessantara sebagai budak, maka sang brahmana datang ke Vankagiri. Setelah menanyakan jalan kepada berbagai orang, termasuk pertapa Accuta, Jujaka tiba di Vankagiri pada sore hari dan menghabiskan malam di puncak bukit. Malam itu Maddi bermimpi dan karena takut ia mencari Vessantara. Bodhisatta mengetahui pertanda buruk dari mimpi itu, tetapi ia menghibur istrinya dan menyuruhnya pergi keesokan harinya untuk mencari makanan. Selama kepergian istrinya, Jujaka datang dan mengajukan permintaannya. Tanpa menunggu kepulangan Maddi, Vessantara memberikan kedua anaknya. Tetapi anak-anak itu melarikan diri dan bersembunyi di sebuah kolam sampai akhirnya dibujuk oleh ayah mereka untuk pergi bersama Jujaka. Ketika Vessantara menuangkan air pada tangan Jujak sebagai lambang pemberiannya, bumi berguncang. Sekali lagi anak-anak itu melarikan diri dan kembali ke ayahnya, tetapi Bodhisatta menguatkan tekadnya dengan air mata, Jujaka membawa pergi anak-anak itu, memukuli mereka sepanjang jalan sampai darah mengalir.

Pada sore harinya barulah Maddi kembali karena para dewa dengan menyamar sebagai hewan-hewan buas menghalangi kepulangannya, jika tidak ia akan menghalangi dana yang dilakukan Vessantara. Ketika ditanya, Vessantara tidak berkata apa pun dan istrinya menghabiskan malam mencari anak-anaknya. Pada pagi harinya ia kembali ke pertapaannya dan jatuh pingsan. Vessantara menyadarkan istrinya dan mengatakan apa yang telah terjadi pada anak-anak mereka, dengan menjelaskan mengapa ia tidak mengatakannya lebih awal. Ketika sang istri mendengar kisah itu, ia mengekspresikan kegembiraannya, menegaskan bahwa suaminya telah memberikan mahadana untuk kepentingan pencapaian pencerahan.

Kemudian, agar para makhluk jahat tidak datang dan meminta Maddi, Sakka dengan menyamar sebagai seorang brahmana, muncul dan meminta Maddi. Vessantara melihat pada Maddi dan ia mengungkapkan persetujuannya. Maka ia memberikan Maddi kepada sang brahmana, dan bumi berguncang. Sakka mengungkapkan identitasnya, memberikan kembali Maddi kepada Vessantara, memberikannya 8 permintaan untuk dikabulkan. Vessantara meminta agar:

1. Ia dipanggil kembali ke kota ayahnya.
2. Ia tidak menghukum mati orang
3. Ia menjadi seorang penolong bagi semua
4. Ia tidak melakukan perbuatan seksual yang salah.
6. Anaknya berumur panjang.
7. Pemberian yang ia lakukan tidak pernah gagal.
8. Setelah kematiannya ia akan terlahir kembali di surga.

Sementara itu, Jujaka telah berjalan sejauh 60 yojana bersama anak-anak itu yang dilindungi para dewa. Dipandu oleh para dewa tersebut, mereka tiba dalam 15 hari di Jetuttara, walaupun Jujaka bermaksud untuk pergi ke Kalinga. Sanjaya membeli anak-anak itu dari Jujaka dengan membayar dengan harga tinggi, termasuk memberikan istana bertingkat tujuh. Tetapi Jujaka meninggal karena kebanyakan makan dan karena tidak ada hubungan keluarganya yang dapat ditelusuri, harta miliknya dikembalikan kepada raja. Sanjaya memerintahkan para prajuritnya untuk bersiap-siap dan sebuah jalan akan dibangun dari Jetuttara ke Vankagiri, 8 usabha lebarnya. Tujuh hari kemudian, dipimpin oleh Jali, Sanjaya dan Phusati memulai perjalanan menuju Vankagiri.

Di antara bala prajurit itu terdapat gajah putih, yang telah dikembalikan karena penduduk Kalinga tidak dapat memeliharanya. Terdapat kegembiraan yang besar saat keluarga itu kembali berkumpul dan enam tokoh penting kerajaan jatuh pingsan sampai mereka disadarkan oleh hujan yang dikirimkan Sakka, hujan tersebut hanya membasahi mereka yang menginginkannya. Vessantara dimahkotai sebagai raja Sivi dengan Maddi sebagai istrinya. Setelah satu bulan berpesta ria di dalam hutan, mereka kembali ke Jetuttara. Pada hari Vessantara memasuki kota, ia membebaskan semua tahanan, bahkan termasuk kucing. Pada malam hari ketika ia berbaring sambil berpikir bagaimana ia memuaskan para pelamarnya pada keesokan harinya, tahta Sakka menjadi panas, dan ia mengirimkan hujan tujuh jenis barang berharga sampai lantai istana dipenuhi setinggi pinggang. Demikianlah Vessantara dapat menjalankan kedermawanannya sampai akhir hayatnya. Setelah meninggal ia terlahir di Tusita.

Kisah ini diceritakan pada peristiwa kunjungan pertama Sang Buddha ke Kapilavatthu. Sanak keluarga Sang Buddha menemani Beliau menuju Nigrodharama, tetapi duduk di sekeliling Sang Buddha tanpa memberikan penghormatan karena kesombongan mereka. Sang Buddha kemudian melakukan Keajaiban Ganda dan para Sakya dipimpin oleh Suddhodana menghormati Beliau. Kemudian turunlah hujan yang menyegarkan semuanya dan membasahi hanya mereka yang menginginkannya. Ketika orang-orang menyatakan keheranannya, Sang Buddha mengisahkan Jataka ini, untuk menunjukkan bahwa di masa lampau hujan ini juga telah mengguyur para sanak keluarga Beliau untuk menyegarkan kembali mereka. Pada kelahiran sebagai Vessantara ini:

1. Devadatta terlahir sebagai Jujaka.
2. Cinca sebagai Amitthatapana
3. Channa sebagai Cetaputta.
4. Sariputta sebagai Accuta.
5. Anuruddha sebagai Sakka.
6. Suddhodana sebagai Sanjaya.
7. Mahamaya sebagai Phusati.
8. Rahulamata (Yasodhara) sebagai Maddi.
9. Rahula sebagai Jali.
10. Uppalavanna sebagai Kanhajina

Ringkasannya ada di http://www.palikanon.com/english/pali_names/vy/vessantara_jat_547.htm. Kalau kisah lengkapnya ada di http://www.sacred-texts.com/bud/j6/j6013.htm
« Last Edit: 28 May 2012, 07:55:14 PM by ariyakumara »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa