//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - GandalfTheElder

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 95
61
Sutra Mahayana / Re: [ask] Saddharmma Pundarika Sutra
« on: 09 January 2012, 09:27:19 PM »
1. Soal pencapaian Arhat tertinggi atau bukan, memang dalam Theravada dan Mahayana terdapat perbedaan pendapat. Sangat wajar apabila Theravada menolak konsep SPS (Saddharmapundarika Sutra) ini. Tetapi dalam Mahayana, seperti dijelaskan dalam SPS sendiri, sebenarnya Buddha juga mengajarkan ajaran Shravakayana karena beliau tahu dan terampil apa cara yang terbaik dalam membimbing murid-murid-Nya hingga akhirnya siap bertekad menjadi Samyaksambuddha.

Kalau menurut guru-guru Mahayana, SPS adalah Sutra Pokok pembuka makna sesungguhnya semua ajaran sutra-sutra sebelumnya, termasuk kitab-kitab Agama/Nikaya. Jadi pencapaian Arhat pun dijelaskan secara makna sesungguhnya. Apa itu Hinayana Arhat dan apa itu Mahayana Arhat alias Samyaksambuddha.

2 dan 3. Kalau anda baca SPS, sebenarnya tidak ada yang perlu dipusingkan karena SPS bukan menolak Buddha Parinirvana. Buddha memang terlahir sebagai manusia dan kemudian Parinirvana. Semua manusia juga lahir kemudian mati. Yang dibahas SPS sebenarnya adalah kekekalan Dharmakaya yang sifatnya Nitya (Abadi). Maka gak heran kalau SPS mengatakan kata-kata seperti "Usia Tak Terbatas, Belum Parinirvana, Menempuh Jalan Bodhisattva Sejak Zaman lampau Yang Tak Terhingga".

Buddha berlatih, lahir dan mati atau Parinirvana semuanya adalah kebenaran konvensional. Kita lahir dan mati adalah kebenaran konvensional. Sebenarnya siapa sih yang lahir? Siapa yang mati? Siapa yang berlatih? Siapa yang Parinirvana? Semua adalah Anatman (tanpa aku) dan Anitya (terus berubah sekejap-sekejap). Anatman dan Anitya adalah hukum yang kekal (Nitya), itulah aspek dari Dharmakaya = Nitya.

Jika anda membaca naskah komentar guru-guru agung dari berbagai aliran, berbagai zaman, berbagai negara, seperti Yang Arya Vasubandhu, Mahaguru Tiantai, Patriark Chan Huineng, Dogen dan Hakuin serta guru yang sangat populer di zaman ini, Nichiren semuanya menyatakan dengan jelas bahwa apa yang sedang dibahas dalam SPS adalah konsep kekekalan Dharmakaya, yang merupakan inti ajaran pokok pencapaian Buddha bagi semua makhluk, baik laki-laki maupun perempuan dsb.

Kalau saran saya, kalau mau memahami SPS belajar dari ajaran Nichiren dulu. Beliau menjelaskannya sangat membumi dan langsung merujuk ke makna inti. Baru kalau mau lanjut ke sesepuh Zen Dogen Zenji untuk memahami SPS lewat Koan-koan, di sana anda bisa melihat SPS adalah inti dasar aliran Zen dan telah mempengaruhi Zen di Jepang sampai pada zaman modern ini. Dari sana anda kemudian lihat semua gerakan organisasi agama yang didasarkan pada SPS seperti Tzu Chi dan Soka Gakkai, bagaimana ajaran SPS diimplementasikan dengan cara-cara dan prestasi yang luar biasa.

Jika Zen Jepang berkontribusi penting bagi perkembangan dan inovasi dunia desain modern, baik grafis sampai arsitektur dan menciptakan peradaban baru, maka bisa dikatakan SPS juga telah merubah dunia ini dengan ajarannya yang luar biasa... krn yang mendasari Zen di Jepang adalah SPS.

 _/\_

62
Quote
oh sudah pada tau tho...  kira'in member DC sunyi senyap ttg "ini"
aniwei, baguslah klo emang sdh tau kondisi disana.

Biarlah waktu yg menentukan..

Haha.. mas Tidar tinggal di Batam? Kalau saya lihat Theravada mulai maju di sana, bagus sekali. Hubungan Theravada dengan Mahayana juga baik di sana. Buddhayana juga berkembang di sana, meski katanya agak eksklusif dari kalangan Theravada ataupun Mahayana di sana.

Yahhh daripada kecewa, tetep bersyukur saja banyak yang Mi Le Da Dao karena mereka bisa jalin hubungan karma sama Buddha, meskipun jelas-jelas bukan Buddha Dharma yang sejati... daripada agama K semua....hahaha kan tambah susah jodoh karmanya.

Optimis saja. Aliran keselamatan Xian Tian Dao yang lebih tua dari Mi Le Da Dao di Indonesia saja sekarang sudah condong pada Buddha Dharma yang sejati, bahkan sepuh-sepuhnya berguru pada seorang Rinpoche Gelugpa, bahkan sempat berkiprah pada perkembangan Buddha Dharma di Jawa Timur sini, baik Theravada maupun Vajrayana Gelug. Yang diajarkan bukan ajaran keselamatan mereka, malah ajaran Buddha Dharma yang diajarkan.  :))

Semoga Buddha Dharma yang sejati berkembang di sana. Sadhu.

 _/\_

63
Hehehe... pernah ke sini kok... gede banget pastinya.. kmrn waktu aku ke sini makan di kantin vegetariannya.. wah rame bangett (enak2 juga sih).

Yang pasti klo cuma di lantai 1, maka altarnya Mahayana banget. Kalau sudah naik ke lantai 2, nah keliatan altar Mi Le Da Dao.

Kmrn sempet sharing2 dengan salah satu tokoh Buddhis yang tahu keadaan di sana, yah di Batam Mi Le Da Dao sangat populer, kemajuannya pesat sekali. Buddha Dharma walaupun juga berkembang di sana, tapi Mi Le Da Dao jauh lebih pesat.

Sebenarnya menilik sejarah agama Mi Le Da Dao ini menarik juga, karena asalnya agama ini berasal dari umat-umat  Buddhis tulen yang "downgrade" ke sinkretisme dan penyelamatan instan karena pengaruh lingkungan sosial dan politik pada masa itu.

Quote
bendera Buddhist dipajang disono...ckckckck...

Bener juga ya... konyol banget  :))

 _/\_

64
Sutra Mahayana / Re: [ask] Saddharmma Pundarika Sutra
« on: 07 January 2012, 07:45:15 AM »
Menurut Mahayana Asia Timur (Tiongkok, Jepang dan Korea), Saddharmapundarika Sutra adalah Raja dari semua Sutra, ini diakui oleh semua aliran Mahayana Asia Timur... Sutra tersebut merupakan maklumat inti ajaran Pokok Sang Buddha... Di Jepang sutra ini menjadi fondasi aliran Rinzai Zen, Soto Zen, Tendai dan Nichiren.

Menurut penelitian, Saddharmapundarika Sutra sama tuanya dengan Kanon Pali, dilihat dari temuan naskah-naskah asli Sanskritnya. Para sejarawan juga melihat kedekatan bahasa yang dipakai Saddharmapundarika Sutra dengan bahasa yang dipakai Buddha Gautama sendiri, bahasa Magadhi...

Inti sutra tersebut adalah semua makhluk memiliki potensi Buddha dan dijelaskan menegenai Sebab dan Akibat Pokok menjadi Samyaksambuddha, yang didasarkan pada semangat Ekayana / Buddhayana.

 _/\_
The Siddha Wanderer

65
Sutta Vinaya / Re: Ramayana dan Jataka
« on: 23 December 2011, 06:10:57 AM »
Di Kamboja atau Burma, ada Jataka lagi yang dinamakan Rama Jataka. Rama adalah kelahiran lampau Pangeran Siddharta..... ini sudah diyakini oleh para Buddhis Asia Tenggara spt Thai, Kamboja, Burma dsb. Di dalam sendratari mereka, Rama digambarkan sebagai sosok Bodhisattva. Mungkin negara Asia Tenggara yang tidak menyebutkan demikian hanyalah Indonesia, yang masih emnganggap Rama adalah titisan Wisnu.

Di Indonesia, tokoh pangeran Bodhisattva yang terkenal adalah Sutasoma, bukan Rama. Dikatakan dalam Kakawin Sutasoma, bahwa sosok fisik pangeran Sutasoma lebih sempurna daripada Rama dan Krishna yang titisan Wisnu.

 _/\_

66
Hahahahah entah kenapa kok para umat K "kalap" tahu kalau Steve Jobs itu Buddhis. Lihat di komen-komen dari temen-temen agama-agama lain di Yahoo News ttg agama Steve Jobs sungguh lucu-lucu. Mereka "tidak terima" kok bisa ya si genius Steve Jobs itu Buddhis? Karena mereka menganggap "kegeniusan" adalah hanya berkat dari Tuhan. La Steve Jobs Buddhis kok diberkati?  :)) :))

Baik profesor di atas maupun semua theologian Kristiani ya argumennya selalu seperti itu gak berubah (alias mentok sampai di sana saja). Mereka hanya berkutat dalam "Shunyata" versi menurut mereka sendiri (yang cenderung mengarah pada nihilisme). Padahal "Shunyata" dalam Buddhisme adalah Tathagatagarbha, yang pada hakikatnya adalah KEBAHAGIAAN dan CINTA KASIH. Ini adalah dasar moral etika yang jelas dan suatu konsep hidup yang menjanjikan penuh kehangatan.

 _/\_
The Siddha Wanderer

67
Zen Buddhism and Steve Jobs
by: Dr Jim Eckman

James P. Eckman (Jim) is President and Professor in Bible and History at Grace University in Omaha, Nebraska. He has been at Grace since 1983.

http://graceuniversity.edu/iip/2011/11/11-11-26-2/

Dia (Prof. Eckman) beragumentasi:

Third, how could one possibly reach someone like Steve Jobs, who was so influenced by Zen Buddhism?  The ultimate reason for seeking an intelligent understanding of Zen Buddhism is to find bridges we can build to reach the Zen Buddhist with the gospel.   did this constantly, as He regularly adapted His message to His hearers.

Bridge #1: First and foremost, consistency in what we believe is crucial.  Our doctrinal convictions must be matched by the reality of the Christ-like life.  Because Zen Buddhism is fundamentally an ethical faith with no real emphasis on the supernatural, the authentic life of Christ speaks volumes to the Zen Buddhist.  Authenticity will get the Zen Buddhist’s attention.  This is what Steve Jobs was seeking and what he failed to attain.

Bridge #2 is the issue of suffering.  For the Zen Buddhist, suffering encompasses all of life from birth to death.  Clinging to the pleasures of life is considered foolishness and vain to the Zen Buddhist.  The Christian worldview harmonizes with Zen Buddhism on this point.  Christianity recognizes the reality of suffering and ties it to the consequence of human sin (Genesis 3).  For that reason the book of Ecclesiastes may be the best starting point, for it declares the futility of life “under the sun” (1:1-11).  This book points out that life is unfair, futile, confusing, and transitory.  It is only belief in a Sovereign, personal God that brings sense to all of this, declares the author.  For that reason, life is seen, for the Christian, as a good gift from a good God, who ultimately makes sense even out of suffering.  Perhaps books like Phillip Yancey’s Where is God When It Hurts? or C.S. Lewis’s The Problem of Pain, both of which deal with suffering, can be of help to the Buddhist.

Bridge #3:  When the Zen Buddhist asks the question, “what is life all about?”, he turns inward and answers that it can be found within.  When the Christian asks the same question, he turns outward and upward towards God for the answer.  For that reason, the Zen Buddhist will focus so much on inward issues.  The Zen Buddhist seeks to dwell on and master self in an effort to eradicate self.  The haunting question for the Zen Buddhist is how does one achieve satori through occupation with self?  It is a paradox.   gave the solution to the paradox of Zen Buddhism:  “He who has found his life shall lose it and he who has lost his life for my sake shall find it” (Matthew 10:39; Mark 8:35 and Luke 9:24).  We find our true identity by losing ourselves in the One who created us, namely  Christ.

Bridge #4: Zen Buddhism claims that all humans should be treated well.  But why?  There is no absolute standard in Zen Buddhism.  Zen Buddhists practice respect and dignity for all life to gain personal peace, to live in harmony with the world.  But perhaps a person could easily do evil to get ahead and attain personal peace.  Why is that wrong?  We must press the Zen Buddhist:  “What is goodness?  How do we know what is good?”  Moral law points to a moral Lawgiver, namely the true God.

Bridge #5:  For the Zen Buddhist, ultimate reality is within the human self.  Self is the ultimate.  But for the Christian, ultimate reality is in the absolute truth of a God who is outside of man and man knows that truth through revelation.  For the Zen Buddhist, reality is thoroughly subjective and inner; for the Christian it is objective and God-centered.  Ultimate reality is knowable only through  Christ, Who said, “I am the way, the truth and the life; no one comes to the Father but through Me” (John 14:6).  This is ultimately the choice the Zen Buddhist must make–is it self or is it Christ?

Reaching a Zen Buddhist, such as Steve Jobs, with the gospel of  Christ is difficult and problematic.  These suggested bridges can be used by the Holy Spirit to pierce the heart of the Zen Buddhist.   ::) ::) ::) Fundamentally, both the Zen Buddhist and the Christian focus on the metaphor of light as being the path to truth.  As the Zen Buddhist journeys into himself and as he learns to negate himself more and more, he is thereby enlightened.   :-? :-? :-? The Christian journeys into  Christ, who is the light of the world.  To find  is to find true enlightenment.  That is the message we must take to the Zen Buddhist.

==================================================================================

Bagaimana tanggapan temen2? Kalau menurutku, sekalipun dia Profesor Theologian Kristiani-pun, pemahamannya akan Buddhisme masih saja minim. =_="

 _/\_
The Siddha Wanderer

68
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« on: 02 December 2011, 07:22:49 AM »
Quote
Banyak orang akan berbuat jahat jika mereka menambahkan tafsiran lain seperti ajaran anatta dan tummibal lahir. Setelah mati maka kesadaran org yg mati berpindah ke tubuh yg baru, enak ya, si A yg berbuat, orang lain yg menanggungnya........kasihan dech mereka yg tak tahu apa2 harus menjalankan semua perbuatan orang lain......ckckckckck.........

Singkat menanggapi ttg Anatta.

Anatta / Anatman menunjukkan bahwa tidak ada hakekat diri yang kekal. Diri sendiri selalu berubah. Bahkan ketika dewasa pun kepribadian diri tidaklah sema dengan kepribadian diri waktu kecil, bahkan ada juga yang berkembang kontras. Tapi toh namanya tetap si Ayu atau Rudi misalnya, walaupun kepribadiannya sangat sangat berbeda.

Tidak usah kehidupan lampau, waktu kita masih balita kita pernah mengalami penderitaan A, B, C aja kita bisa tidak ingat, padahal nantinya berdampak ketika kita dewasa tanpa kita sadari. Sama dengan kelahiran lampau. Kita tidak ingat tentang kelahiran lampau, tetapi dampaknya terasa dalam kehidupan kali ini. Dan tetap kita harus bertanggung jawab atas akibat yang ditimbulkan diri kita ketika balita atau dalam kehidupan lampau.

Apa anda ingin mengatakan bahwa ketika anda balita anda adalah orang lain? wkwkwkw.. apakah anda ketika balita adalah si Acong, sekarang ketika dewasa bernama si Acuan?

Meskipun kehidupan dan kepribadian tiap kelahiran berbeda-beda karena sifat dari Anatman, ARUS KESADARANNYA TETAP ARUS KESADARAN YANG SAMA yaitu ALAYA-VIJNANA. Dari sejak kelahiran anda yang lampau sekali tak terbatas, arus kesadaran anda dari sejak dulu tetap sama. Alaya Vijnana anda tetap sama. Para Buddhis aliran Pudgalavadin, Sammitiya dan Vatsiputriya menyebutnya sebagai "PUDGALA (person)" yang sama. Jadi walau anda menjadi orang yang berbeda tiap kehidupan, anda tetap memiliki kesadaran diri yang berkelana dari satu kehidupan ke kehidupan lain yaitu ALAYA-VIJNANA (storehouse-vijnana) yang juga merupakan gudang karma kita. Aliran Shravakayana seperti Pudgalavadin, Sammitiya dan Vatsiputriya menyebutnya sebagai "Pudgala".

Jadi yang menanggung bukan murni orang lain. Yang menanggung adalah orang lain yang tak lain adalah arus kesadaranmu sendiri.

Dan sekedar tambahan:

Every life has its own unique beautiful story. The Buddha explained it with Jataka stories. And then after Samyaksambodhi has achieved, his many lives since eons ago become a big wonderful stories that linked each other, story about Buddha, he who WINS.

Ini yang tidak dipahami oleh misonaris Kristiani, karena menganggap ajaran tumibal lahir mengancam keunikan kelahiran diri kita. Padahal, di dalam kitab Jataka Sang Buddha menjabarkan bahwa tiap kehidupan itu unik, dan masing-masing kehidupan seseorang membuat satu cerita hidup yang indah. Dan ketika menjadi Buddha, keseluruhan cerita itu terkait satu sama lain dan menjadi satu cerita bersambung yang MAHA UNIK tentang perjuangan seorang Bodhisattva menjadi Samyaksambuddha. Dan kisah ini terjadi dalam arus kesadaran yang sama / ALAYA-VIJNANA yang SAMA.

 _/\_
The Siddha Wanderer

69
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: The Philosophers (2012)
« on: 30 November 2011, 07:08:18 AM »
At an international school in Jakarta, a philosophy teacher challenges his class of twenty graduating seniors to choose which ten of them would take shelter underground and reboot the human race in the event of a nuclear apocalypse.







 _/\_
The Siddha Wanderer

70
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / The Philosophers (2012)
« on: 29 November 2011, 11:03:34 PM »


Ini film Hollywood yang lagi heboh2nya karena lokasi syutingnya di Indonesia feat. Cinta Laura....

Dilihat dari video di atas salah satu lokasinya di salah satu Candi Buddha yaitu Candi Sewu...

Salah satu aktrisnya, Bonnie Wright (pemeran Ginny Weasley dalam film Harry Potter) berkata bahwa mereka banyak berkeliling di candi-candi Buddha! James D'arcy aktor film ini juga bilang kalau mereka juga ke Borobudur (yang dengar2 juga jadi lokasi syuting)

Wah.. gak sabar!

 _/\_
The Siddha Wanderer

71
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: Tolong : Cari Novel
« on: 29 November 2011, 10:59:07 PM »
Quote
BTW, dari dulu sampe sekarang selalu nyari2 novel LOTR, tapi ga ketemu2...
mungkin enggak dicetak lagi kali yah??
ada yang tahu jualnya dimana kalau masih ada??

Loh bukannya di gramed banyak ya...

Kayanya barusan liat yang satu set dijual dari FOTR sampai ROTK yang ketiga

 _/\_
The Siddha Wanderer

72
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« on: 28 November 2011, 06:15:25 AM »
Quote
Saya masih tahap belajar......... oleh sebab itu maafkan saya jika ada kata2 yg telah saya lontarkan yg tidak berkenan dihati Anda semuanya....
Khusus keterbelakang, saya tidak menambahkan kata "Mental", dan saya tidak bermaksud mengatakan umat Buddhis memiliki "Keterbelakang Mental"

Baik ditambahkan mental ataupun tidak, maknanya tetap saja sama: "Keterbelakangan".

Ketika anda sudah menuliskannya, maka bagaimanapun juga anda telah bermaksud / berniat. Kalau gak ada maksud / niat gimana sebuah tulisan muncul? Tapi yah sudahlah mungkin anda lagi emosi sehingga yang keluar ya kata-kata waktu emosi.

 _/\_
The Siddha Wanderer

73
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« on: 27 November 2011, 11:36:26 PM »
Let's make clear about Amrapali (Ambapali).

Sebenarnya penjelasan yang sudah dato, saya dan seniya berikan semuanya sudah menjawab pertanyaan anda dan sudah terjawab. Masalahnya adalah anda sendiri yang memang tidak mau menerimanya dan terus bertanya dengan tanpa dasar yang jelas.

Oke akan saya jelaskan segala tentang prostitusi dan Amrapali.

Basically menurut kitab-kitab Buddhis seperti Milinda Panha, Mahaprajnaparamita Upadesha, Brahmajala Sutra, Upasaka Sutra, Mahasukhavativyuha Sutra, Kotikarna-avadana, Maharatnakuta Sutra, naskah suci Tibetan 'Kayu Emas' semuanya menyatakan dengan jelas bahwa berhubungan badan dengan pelacur maupun bekerja dalam dunia pelacuran (menjadi pelacur, germo) keduanya dapat membuahkan karma buruk. Pelacuran adalah tindakan yang menyimpang dari Dharma. Di satu sutra bernama Karma Sutra, profesi pelacur didapat karena karma buruk yang dilakukan di kehidupan lampau.

Sekarang kita masuk ke dalam kisah Amrapali yang dikisahkan lewat Therigatha dan Theri Apadana.

Pada masa Buddha Phussa, dia adalah adik perempuan Buddha. Dia mempersembahkan makanan kepada Sang Buddha dan Sangha dan bertekad semoga dia menjadi cantik luar biasa di setiap kelahirannya yang akan datang.Inilah karma yang menjadikan Ambapali sangat cantik.
 
Pada masa Buddha Sikhi, dia adalah seorang bhikkhuni muda. Suatu malam dia mengikuti bhikkhuni lainnya ke stupa dan mereka berjalan mengelilingi stupa tersebut. Dia menginjak ludah berdahak.Seketika dia berkata: “Pelacur manakah yang meludah ini?” Tidak seorangpun yang memperhatikan ucapannya. Jadi seolah-olah dia tidak menyakiti siapapun. Tapi adalah seorang Arahat tua yang meludah dengan dahak tersebut. Karena sang Arahat sudah tua, dia tidak sadar telah mengeluarkan dahak ketika bersin.
 
Jadi Ambapali telah melakukan pelanggaran serius terhadap seorang Arahat dengan mengatainya pelacur.Karena karma buruk yang keji ini, ketika meninggal dunia dia terlahir kembali di neraka, meskipun banyak karma baik yang telah dilakukannya di kehidupannya pada masa itu. Setelah disiksa di neraka selama beribu-ribu tahun, dia menjadi pelacur kelas *nagarasobhini selama sepuluh ribu kehidupan.

Pada masa Buddha Kassapa kembali dia menjadi bhikkhuni. Dia menjalankan Tiga Rangkaian Latihan Mulia dan membuat pengharapan untuk dilahirkan dengan kelahiran secara spontan.Demikianlah dia lahir kembali dengan kelahiran secara spontan dalam kehidupan terakhirnya sebagai Ambapali, karena beliau mencapai pembebasan dari samsara pada masa sasana Buddha Gotama, semua kesengsaraannya berakhir. (Their Apadana, 2, 295-296)

Lalu sekarang kita buat kerangkanya:

Di kehidupan lampaunya, Amrapali melakukan dua jenis karma: a) Karma Buruk  b ) Karma Baik

A. Karma Buruk
- Sebab: Menyumpahi Bhikkhuni Arhat (Theri) dengan mengatainya prostitusi
- Akibat: Terlahir di alam neraka dan menjadi pelacur selama banyak kehidupan, suatu perbuatan yang tercela

B. Karma Baik A
- Sebab: Mempersembahkan dana makanan pada Buddha dan anggota Sangha
- Akibat: Cantik Luar Biasa di berbagai kehidupan

Berdana makanan pada Buddha dan anggota Sangha adalah salah satu bentuk dana paramita, yaitu salah satu dari 10 paramita yang dapat membawa pencerahan seorang Arahat atau Buddha.

Di dalam Nidhikanda Sutta Buddha menjelaskan manfaat dari berdana: "Wajah cantik, suara merdu, kemolekkan dan kejelitaan, kekuasaan serta mempunyai banyak pengikut, semua itu dapat diperoleh dari pahala perbuatan baik, yaitu berdana".

Sehingga meskipun karma buruknya berbuah sehingga ia menjadi pelacur, ia bukan menjadi pelacur kelas rendah seperti *vesiya yang penuh penderitaan, tetapi pelacur kelas istana yang sangat dihormati yang disebut sebagai *nagarasobhini / ganika. Karma buruk mendorongnya menjadi pelacur, tetapi karma baik membantunya sehingga ia tidak sampai jadi pelacur kelas rendah seperti *vesiya yang sangat menderita.

*Vesiya: dipaksa masuk ke dalam dunia prostitusi oleh karena kemiskinan, dipandang rendah
*Nagarasobhini: pelacur dengan status sangat tinggi sekelas putri kerajaan dan harganya setengah harga kota

B. Karma Baik B
- Sebab: mengelilingi Stupa Buddha bersama para bhikkhuni pada masa Buddha Sikhi
- Akibat: marilah kita kutip akibat perbuatan bajik  yang timbul dari penghormatan pada Stupa Buddha seperti yang tertulis dalam Caitya-pradaksina-gatha Sutra:

"You will obtain the six superknowledges, unstained, having cast off all the emotional fetters, and you will become a wonder-working Arhat.
 (Caitya-pradaksina-gatha Sutra)

Inilah sebab kedua Ambapali menjadi seorang Arahat: karena kebajikannya menghormat caitya / stupa

B. Karma Baik C
- Sebab: menjadi Bhikkhuni di masa Buddha Kassapa dan melatih Tiga Rangkaian Latihan Mulia (Sila, Samadhi, Prajna)*
- Akibat: kelahiran sebagai Amrapali, yang menjadi bhikkhuni Arahat

Pengembangan Sila Samadhi Prajna adalah faktor utama yang mendukung pencerahan Arahat terjadi.

Dari kisah-kisah di atas, Amrapali memiliki 3 faktor karma baik yang mampu membuatnya menjadi Arahat:
1. Berdana makanan pada masa Buddha Phussa
2. Menghormati stupa pada masa Buddha Sikhi
3. Mempraktikkan Sila Samadhi Prajna pada masa Buddha Kassapa


Ambapali terkenal sering memberikan dana dalam jumlah besar dalam setiap kegiatan amal. Menunjukkan bahwa dalam banyak kehidupan ia melakukan praktik dana, termasuk kepada anggota Sangha. Meskipun dalam banyak kehidupan ia menimbun karma buruk dengan bekerja sebagai pelacur, ia juga MENIMBUN BANYAK KARMA BAJIK dengan BERDANA di berbagai kehidupan.

Kekuatan karma buruknya dipatahkan oleh kekuatan karma kebajikannya.

Karma buruk tidak menyebabkan Amrapali terperangkap dalam samsara selamanya. Ia sendiri yang MEMILIH untuk tetap berprofesi sebagai pelacur selama banyak kehidupan. Di masa Buddha Gotama pun ia pada awalnya MEMILIH untuk menjadi pelacur. Ia MEMILIH untuk mengikuti karma masa lampaunya atau dalam bahasa awam mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang sudah dipupuk sejak zaman dulu.

Tetapi ketika bertemu Buddha Gautama, Amrapali MEMILIH untuk MENGUBAH jalan karmanya dan di sanalah KARMA BAIKNYA secara PENUH berbuah. Menurut Mahaparinirvana Sutra, ketika Amrapali bertemu Sang Buddha Shakyamuni ia langsung membangkitkan BODHICITTA bertekad mencapai ANUTTARA SAMYAKSAMBODHI.

Bad karma is extremely stubborn and strong. Nevertheless, it can be reduced gradually till extinction by merits accumulated from the practice of BODHICITTA and bodhisattva conducts. In other words, your previous karma are samsaric karma and BODHICITTA is the guide to the opposite of this, that is purified karma. Therefore, bad karma can be transformed and purified.
(Shamar Rinpoche)

Jadi semuanya adalah PILIHAN dari Amrapali sendiri. PILIHAN dalam hidup adalah 70%, pengaruh karma masa lampau hanya 30% saja. Maka dari itu ketika Amrapali MEMILIH untuk bertekad secara penuh mengakhiri klesha-nya, ia menjadi Arahat. Agama Buddha dalah tentang PILIHAN DAN KEPUTUSAN tuk mengubah karma, bukan menjadi budak karma atau determinasi. Dan pilihan Amrapali adalah bukan pilihan biasa, pilihannya adalah PILIHAN YANG DISERTAI BODHICITTA, yang sanggup MEMPURIFIKASI KARMA BURUK SEBERAT APAPUN, yang termausk mempurifikasi karma buruk yang menyebabkan kelahiran menjadi seorang pelacur.

Dalam Buddhacaritra karya Ashvagosha, disebutkan bahwa Amrapali adalah wanita yang sangat cantik dengan banyak kebajikan, dengan perilaku yang ditata dan tidak sembarangan. Ia kemudian pergi mengunjungi dan bertemud engan Buddha Shakyamuni, yang kemudian membabarkan Dharma kepadanya. Kebijaksanaan Amrapali tumbuh dan ia menjaid tercerahkan, NAFSU KEINGINAN dilepaskannya dan TIDAK LAGI MELEKAT pada kecantikan serta kemolekan tubuhnya. Amrapali sangat gembira.

Ketika tua, Amrapali kemudian mengucapkan sebuah gatha, yang tercatat dalam Therigatha:

Rambutku hitam,
Bagai warna kumbang,
Diujungnya berikal
Karena usia tua,
Sekarang bagai serat kulit kayu rami
Ucapan Pembabaran Kebenaran
Tidaklah salah.

Demikianlah tubuh ini, sekarang
Berkeriput, tempat berbagai rasa sakit
Bersemayam, rumah tua dengan
Plesteran dinding yang mengelupas
Ucapan Pembabar Kebenaran
Tidaklah salah.

KEMELEKATAN pada NAFSU KEINGINAN dan KECANTIKAN telah dipatahkannya, sebab kelahiran sebagai pelacur telah dipatahkan. Pencerahan Arahat berbuah dengan sempurna.

 _/\_
The Siddha Wanderer

74
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« on: 27 November 2011, 05:42:31 PM »
Quote
Maaf, kebetulan saya beberapa hari "lewat" di thread ini, agak "risih" bagi saya rasanya memperdebatkan ajaran kedua agama, krn ajaran itu sepatutnya utk dipraktekkan, bukan untuk dibandingkan atau pun diperbandingkan. Tidak akan titik temu dari perdebatan semacam ini, krn masing2 memiliki cara pandang dan pola pikirnya sendiri yang dianggap paling benar.....

Saya jadi teringat perkataan Ajahn Maha Boowa:

"Every true religion teaches people to be good people. I (Acharn) do not dare to set up J*esus and the Lord Buddha to have a boxing match in the ring to see who is champion, because the religions do not have anything to argue and fight about. But we people who are variously Christians and Buddhists like to quarrel and fight with words, because being stubborn we do not practice the way of either religion. The manner of teaching of the Founder of each religion was as if He gave a path for us to walk rightly with Metta and we ought to contemplate the virtue of the Founder."
(Acariya Maha Boowa Nanasampanno)

 _/\_
The Siddha Wanderer

The Lord Buddha saw clearly into Dhamma and he also saw clearly into the method by which he had trained himself. Therefore it was never in vain that Buddhists turned to him, and he was ready to help the world to enable it to get free from various dangers with methods which were full of Metta.
(Acariya Maha Boowa Nanasampanno)

75
Agaknya di atas bukan pandangan resmi Vatikan, tetapi pandangan salah satu pastor Vatikan.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 95
anything