//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Humor Buddhis  (Read 48646 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: Humor Buddhis
« Reply #90 on: 05 March 2013, 01:44:20 PM »
Maitreya ? kapan ada makan gratis, tlong infokan ya..  ;D ;D
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Humor Buddhis
« Reply #91 on: 05 March 2013, 02:04:28 PM »
[...]
Dalam aturan 227 PATIMOKKHA SIKKHAPADA – PERATURAN KE-BHIKKHUAN
bagian Patticiya, sang Buddha bahkan melarang Bhikku untuk merusak tanaman :Dan Buddha juga melarang Bhikku berpindapatta saat musim hujan karena takut merusak tanaman.
Bagaimana mungkin seorang Buddha yang bahkan melarang Bhikku memetik tanaman tapi mengizinkan untuk makan daging. Sudah jelas dalam airan theravada Buddha mengatakan mengizinkan makan daging dengan 3 kondisi, yaitu jika tidak mengetahui-nya. Namun zaman sekarang di restoran-restoran sudah jelas kita tahu asal daging itu dari mana kita bisa melihat jelas mayat daging babi dan daging bebek digantung , tapi kita mencari alasan untuk pemuasan nafsu mulut kita, tidak hanya sekedar kenyang. Toh kita bayar dengan uang, dengan demikian pilihan ada di tangan kita.

Kalo di restoran, misalnya ada jual ikan segar. Nah, nanti ikan itu kita pilih, lalu dibunuh dan dimasak untuk kita. Itu keliatan jelas, kita beli makanya ikan itu dibunuh.

Tapi ada juga restoran yang sediakan ikan yang memang sudah dalam keadaan mati. Kita beli atau ga beli, ga ada efeknya buat ikan itu karena ikan itu memang sudah mati.

Lalu saya mau bahas yang dibold. Maksudmu, mencari-cari alasan gimana? kalo misalnya saya datang ke restoran pertama, lalu saya mengatakan bahwa saya tidak bersalah, karena toh saya hanya pilih ikannya. Si tukang masaknya yang ketok kepala si ikan sampe mati.. Nah itu baru namanya cari alasan.

Quote
Sutra Surangama:

Tujuan mempraktekkan Dhyana dan upaya mencapai Samadhi adalah membebaskan diri dari penderitaan. Tetapi dalam perjuangan melepaskan diri dari penderitaan kita sendiri, bagaimana kita telah menjadi penyebab penderitaan bagi makhluk lain? Jika engkau tidak mengontrol pikiranmu hingga pikiran tentang hal-hal tak baik dan pembunuhan menjadi menjijikkan, maka engkau tak akan pernah terbebas dari belenggu dunia... Setelah aku mencapai Parinirvana maka dalam kalpa terakhir berbagai setan iblis akan bermunculan menipu orang dan mengajarkan bahwa mereka boleh makan daging dan masih dapat mencapai pencerahan... Bagaimana o seorang bikhu yang mendamba menyelamatkan makhluk yang tak terbatas jumlahnya menjadikan dirinya pemakan daging makhluk hidup lainnnya?


Kutipan tersebut menunjukkan bahwa makan daging sama dengan membunuh makhluk hidup. Ini yang kurang pas. Seperti contoh saya di atas, tidak ada proses membunuh saat saya makan ikan yang sudah jadi bangkai di restoran. Saya beli atau tidak beli, ikan itu sudah memang mati.

Quote
Tidak ada yang melarang anda memakan bangkai ayam. Saya memiliki pendapat sama seperti seorang ibu hamil yang janin-nya keguguran, bolehkan janin yang sudah mati itu dimakan?
Jika melihat seorang tertabrak mobil, saya tidak berpikir ataupun ingin untuk memasak-nya, sama juga dengan ayam yang tertabrak mobil.
Jawab : Saya tidak akan memakan-nya.

Itu karena ga tega aja. Kamu berpikir: "daging ini (misalnya ikan), dulu adalah makhluk hidup yang menderita karena dibunuh". Karena berpikir begitu, makanya kamu ga tega memakannya.

Kalo kamu memutuskan untuk ga makan karena ga tega, ya sah-sah aja.

Tapi ada orang yang tidak berpikir seperti yang kamu pikirkan. Atau ia kepikiran tapi ia tau bahwa ia tidak memiliki cela dalam memakan makanan ini, lalu ia makan tanpa beban. Dan, apakah orang ini salah hanya karena ga ada perasaan "ga tega"? Nggak kan?
« Last Edit: 05 March 2013, 02:09:09 PM by dhammadinna »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Humor Buddhis
« Reply #92 on: 05 March 2013, 02:10:28 PM »
Tidak ada yang melarang anda memakan bangkai ayam. Saya memiliki pendapat sama seperti seorang ibu hamil yang janin-nya keguguran, bolehkan janin yang sudah mati itu dimakan?
Jika melihat seorang tertabrak mobil, saya tidak berpikir ataupun ingin untuk memasak-nya, sama juga dengan ayam yang tertabrak mobil.
Jawab : Saya tidak akan memakan-nya.


jika ada orang lewat yg mengambil bangkai itu dan memakannya, apakah ia bersalah? apakah ia terlibat dalam pembunuhan itu? fokus pada kasus bangkai ayam saja, tidak perlu didramatisir dengan janin manusia

Offline Landy Chua

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 678
  • Reputasi: 29
  • Gender: Female
  • Berkelana untuk belajar Dhamma ^^
Re: Humor Buddhis
« Reply #93 on: 05 March 2013, 03:03:43 PM »
judul thread humor buddhis... tapi kok perasaan nggak ada lucu2nya yah...  :P

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Humor Buddhis
« Reply #94 on: 05 March 2013, 04:40:26 PM »
Kalau pendana berpikir bahwa seorang bhikkhu adl vegetarian, maka:

1. Pendana repot mencari atau memasak makanan vege ketika di rumahnya hanya ada masakan daging.

2. Pendana yang berpikir bahwa seorang bhikkhu seharusnya vegetarian, akan mengkritik atau menilai bahwa bhikkhu yang makan daging adalah salah.

3. Orang mulai berpikir bahwa jika seorang bhikkhu vegetarian, maka sang Buddha tentu menganjurkannya. Muncullah pemikiran salah bahwa Agama Buddha adalah pendukung vegetarisme.

Kerepotan itu hanya akan berlangsung sekali, sebab setelah diklarifikasi oleh bhikkhu yang bersangkutan, maka kali berikutnya akan mendapat kembali persembahan daging hasil sembelihan.

Agama Buddha aliran tertentu memang pendukung vegetarisme, biasanya aliran-aliran berbasiskan Mahayana.

Mohon bimbingannya.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Humor Buddhis
« Reply #95 on: 05 March 2013, 04:45:46 PM »
bagaimana cara anda mengetahui apa yg dikhawatirkan Buddha? apakah anda memang bisa membaca pikiran Buddha? tapi kenapa beberapa kali anda salah membaca pikiran saya?

Bila saya jawab lewat kemampuan batin pun Anda tidak percaya. Yang jelas apa yang terkandung dalam sejarah sudah cukup jelas, yakni kekhawatiran Buddha bahwa siswa-Nya sulit mendapatkan derma/dana makanan, serta fokus pelatihan pada hilangnya kekotoran batin, bukan persoalan makanan.

Namun bila seseorang fokus pada perkembangan batin, tapi juga bervegetarian, toh tidak ada salahnya?

Silakan berargumen sehat, bantah bila ada kekeliruan.

Salam diskusi dan semoga berbahagia.  _/\_

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Humor Buddhis
« Reply #96 on: 05 March 2013, 06:53:29 PM »
bagaimana cara anda mengetahui apa yg dikhawatirkan Buddha? apakah anda memang bisa membaca pikiran Buddha? tapi kenapa beberapa kali anda salah membaca pikiran saya?

Boro2, membaca gender gw yang sudah jelas ada di bagian sebelah kiri tulisan saja om Sunya ini mengalami kesulitan.  :>-
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Humor Buddhis
« Reply #97 on: 05 March 2013, 07:10:19 PM »
wah, terlanjur udah bikin statement, ya sudahlah ...

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Humor Buddhis
« Reply #98 on: 06 March 2013, 05:29:35 AM »
Boro2, membaca gender gw yang sudah jelas ada di bagian sebelah kiri tulisan saja om Sunya ini mengalami kesulitan.  :>-

Darimana Anda mengetahui saya kesulitan? Saya memang tidak menjadikan keterangan gender di dunia maya sebagai acuan. Apapun di dunia maya bisa saja kamuflase atau rekayasa, ini tentu bukan hal baru yang tidak Anda sadari.

Demikian, semoga dipahami.

Salam.  _/\_

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Humor Buddhis
« Reply #99 on: 06 March 2013, 12:21:53 PM »
Darimana Anda mengetahui saya kesulitan? Saya memang tidak menjadikan keterangan gender di dunia maya sebagai acuan. Apapun di dunia maya bisa saja kamuflase atau rekayasa, ini tentu bukan hal baru yang tidak Anda sadari.

Demikian, semoga dipahami.

Salam.  _/\_

tinggal akui klo keliru aja susah, masih aja berkelit n bersillat lidah... ini lah yg di katakan sebagai belut oleh rekan2 disini...

haiyahhh...

hanya satu kata "kasihan"

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Humor Buddhis
« Reply #100 on: 06 March 2013, 12:44:54 PM »
Darimana Anda mengetahui saya kesulitan?

Dari sini om:
--------------------------
Jangan terbebani... santai saja, Sdr/Sdri. Sanjiva.
dan ini:
Terbebani pun tidak apa-apa, Pak/Bu.

Dalam spiritual itu yang penting kejujuran, ini fondasi dasar.

Dalam diskusi ini juga bukan tentang kalah dan menang, tapi hanya berbagi paradigma dan perspektif.
---------------------------


Quote
Saya memang tidak menjadikan keterangan gender di dunia maya sebagai acuan. Apapun di dunia maya bisa saja kamuflase atau rekayasa, ini tentu bukan hal baru yang tidak Anda sadari.

Tinggal ngaku keliru aja koq susah banget, inilah yang dikatakan jurus belut itu. 

Atau justru Anda menganggap cuma Anda sendiri yang (merasa) jujur di sini dan yang lain tidak jujur meski itu cuma identitas gender?  Tak heran kalau Anda juga merasa suci sedangkan orang lain tidak suci.  ^-^ :whistle:

Kasihan......  ::)
« Last Edit: 06 March 2013, 12:47:20 PM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Humor Buddhis
« Reply #101 on: 06 March 2013, 01:38:39 PM »
Dari sini om:
--------------------------dan ini:---------------------------


Tinggal ngaku keliru aja koq susah banget, inilah yang dikatakan jurus belut itu. 

Atau justru Anda menganggap cuma Anda sendiri yang (merasa) jujur di sini dan yang lain tidak jujur meski itu cuma identitas gender?  Tak heran kalau Anda juga merasa suci sedangkan orang lain tidak suci.  ^-^ :whistle:

Kasihan......  ::)

Saya kira saya sama sekali tidak merasa kesulitan. :)

Isu gender bagi saya tidak urgen, yang urgen selain substansi adalah etika dalam berkomunikasi. Kata Sdr/Sdri. selain ditujukan untuk pengganti kata orang jamak, juga berfungsi sebagai pengganti individu tunggal, dalam hal ini adalah Anda sebagai lawan bicara saya. Fungsi garis miring dalam Sdr/Sdri. sudah jelas, dapat dipilih sesuai gender yang Anda miliki. Bila tata bahasa ini juga ditanggapi secara tendensius, orang lain menulis apapun selalu salah.

Argumen saya yang nyata-nyata saja (logis), sesuai dengan pengetahuan umum khususnya tentang bahasa dan etikanya.

Bila Anda merasa ada indikasi tertentu, silakan sampaikan tanpa disertai subyektivitas penilaian.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Humor Buddhis
« Reply #102 on: 06 March 2013, 01:39:54 PM »
Ternyata anggota forum ini sudah terbiasa memanggil lawan bicara dengan sebutan hewan. Apa ini ajaran Buddha? Atau dipelajari dari orang tua?

Bila ada yang berkenan menjelaskan, saya sangat berterima kasih.  _/\_

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Humor Buddhis
« Reply #103 on: 06 March 2013, 02:04:28 PM »
Darimana Anda mengetahui saya kesulitan? Saya memang tidak menjadikan keterangan gender di dunia maya sebagai acuan. Apapun di dunia maya bisa saja kamuflase atau rekayasa, ini tentu bukan hal baru yang tidak Anda sadari.

Demikian, semoga dipahami.

Salam.  _/\_
sudah -5 ya

terlalu licin sih.. :P
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Humor Buddhis
« Reply #104 on: 06 March 2013, 02:20:00 PM »
Ternyata anggota forum ini sudah terbiasa memanggil lawan bicara dengan sebutan hewan. Apa ini ajaran Buddha? Atau dipelajari dari orang tua?

Bila ada yang berkenan menjelaskan, saya sangat berterima kasih.  _/\_

Bukan hal yang aneh di forum ini utk mengolok olok orang lain sebagai hewan.
Ini lebih disebabkan frustasi menunjukkan ketidak mampuan seseorang  dalam berdebat atau kalah dalam berdebat.

dharma yang dipelajari hanya sebatas pengetahuan. pengetahuan bersifat mengumpul dan terakumulasi dalam otak seseorang. makin banyak pengetahuan makin berat kepalanya seperti padi yang berisi, makin berisi makin merunduk. Makin berat kotoran yang dibawa. Pengetahuan yang dipelajari dan diakumulasi digunakan sebagai untuk menilai bukan untuk mendapatkan pengertian, sebagai gagasan utk melihat orang lain.  seperti analogi kumbang yang mengumpulkan kotoran. prestasi apapun yg diperoleh hanyalah akumulasi, mengumpulkan bukan pengertian. padi yang berisi hanyalah padi yang gemuk, berat oleh kotoran yg dikumpulkan dan tidak bisa mengambil manfaat dari kotoran tersebut.

jika dharma yang dipelajari telah menjadi pengertian, maka yg terjadi adalah pelepasan bukan mengumpulkan kotoran. Pengertian menjadi proses komposisasi terhadap kotoran, bukan mengumpulkan kotoran.

tetapi bukan berarti kita juga harus menjelek jelekan orang lain. kita harus melihatnya sebagai apel yang mentah. kita tidak bisa memaksakan apel yang mentah matang sebelum waktunya. sama seperti kita tidak bisa mencegah lalat makan kotoran. itu hanya menunjukkan sifat alamiah mereka. mereka berada dalam tahapan tersebut. kita tidak bisa menjelek atau mengolok lalat karena makan kotoran. Adalah lucu dan tidak masuk akal karena mengolok lalat makan kotoran. hanya yang kita bisa lakukan adalah membiarkannya sampai mereka merasa cukup ddan kenyang dengan kotoran. jika sudah sampai tahap tersebut maka transformasi akan terjadi dalam lalat tersebut.

dengan kata lain terjadi pengertian bukan akumulasi kotoran/pengetahuan.

mencegah lalat makan kotoran hanya akan menyiksa lalat itu sendiri. karena kotoran adalah sifat alamiah mereka. mereka berada dalam tahapan tersebut.
« Last Edit: 06 March 2013, 02:26:23 PM by djoe »