//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Humor Buddhis  (Read 48650 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Humor Buddhis
« Reply #60 on: 05 March 2013, 08:06:22 AM »
Dan omong-omong, tidak terpikir oleh saya sebelumnya, bahwa tidak masalah toh seorang bhikkhu menerima persembahan vegetarian?

Yang masalah (yang dulu dikhawatirkan Buddha juga) adalah ketika bhikkhu 'pemilih' (hanya memilih makanan tertentu untuk diterima). Jadi dari sisi pemberi sebenarnya tidak ada masalah yang berarti (jika memberi makanan vegetarian), yang masalah justru bhikkhu yang hanya memilih makanan vegetarian.

Saya kira itu.

Semoga dari humor ini juga membuka cakrawala berpikir kita bersama.

Salam cerdas dan bahagia dalam dharma.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Humor Buddhis
« Reply #61 on: 05 March 2013, 08:23:18 AM »
Salah satu kerabat saya yang berasal dari keluarga misionaris fanatik pernah berkata, "Kitab ribuan tahun itu belum tentu relevan dijadikan patokan dalam bertindak di jaman sekarang. Semua harus kita analisa dan pilih (seleksi) dengan baik."

Kata-kata itu sangat berkesan untuk saya, terutama ketika ia juga menunjukkan banyak ketidaksinkronan dari kitab suci dengan kehidupan jaman sekarang. Uniknya, yang ia kritisi adalah kitab sucinya sendiri.

Lalu saya tanya, "Untuk apa kamu ke gereja kalau begitu?"

Ia jawab, "Saya menyenangkan pasangan saya."

Pembicaraan itu menarik, banyak hal yang tidak disangka bisa diungkapkan oleh seorang keturunan misionaris (orang tuanya bahkan mengabdi dan tinggal di gereja seumur hidup).

Salah satu yang ia ungkapkan, ia menyesal karena orang tuanya banyak berdoa dan kurang berusaha, sehingga hidupnya sulit.

Kini ia sudah mapan, dan ia membuktikan sendiri banyak hal yang harus dianalisa dan disesuaikan dengan kondisi.

Poin saya:
Agama lain saja bisa begitu, masa agama Buddha yang berprinsip ehipassiko malah cenderung doktrinis?

Maaf jika tidak berkenan atau keluar topik.

Saya saran, kepada moderator tolong judulnya diganti saja, menjadi: "Humor dan Logika Buddhis" (tanpa tanda kutip). Pembicaraan berkembang jadi cenderung serius, jadi saya kira judulnya sudah tidak mengakomodir (kurang relevan dan mewakili isi).

Terima kasih sebelum dan sesudahnya.  _/\_

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Humor Buddhis
« Reply #62 on: 05 March 2013, 09:07:32 AM »
Skrg tampaknya bukan humor lg...
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Humor Buddhis
« Reply #63 on: 05 March 2013, 09:08:55 AM »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Humor Buddhis
« Reply #64 on: 05 March 2013, 09:15:54 AM »
Dan omong-omong, tidak terpikir oleh saya sebelumnya, bahwa tidak masalah toh seorang bhikkhu menerima persembahan vegetarian?

Yang masalah (yang dulu dikhawatirkan Buddha juga) adalah ketika bhikkhu 'pemilih' (hanya memilih makanan tertentu untuk diterima). Jadi dari sisi pemberi sebenarnya tidak ada masalah yang berarti (jika memberi makanan vegetarian), yang masalah justru bhikkhu yang hanya memilih makanan vegetarian.

Saya kira itu.

Semoga dari humor ini juga membuka cakrawala berpikir kita bersama.

Salam cerdas dan bahagia dalam dharma.  _/\_

Kalau pendana berpikir bahwa seorang bhikkhu adl vegetarian, maka:

1. Pendana repot mencari atau memasak makanan vege ketika di rumahnya hanya ada masakan daging.

2. Pendana yang berpikir bahwa seorang bhikkhu seharusnya vegetarian, akan mengkritik atau menilai bahwa bhikkhu yang makan daging adalah salah.

3. Orang mulai berpikir bahwa jika seorang bhikkhu vegetarian, maka sang Buddha tentu menganjurkannya. Muncullah pemikiran salah bahwa Agama Buddha adalah pendukung vegetarisme.
« Last Edit: 05 March 2013, 09:21:34 AM by dhammadinna »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Humor Buddhis
« Reply #65 on: 05 March 2013, 10:07:14 AM »
Dan omong-omong, tidak terpikir oleh saya sebelumnya, bahwa tidak masalah toh seorang bhikkhu menerima persembahan vegetarian?

Yang masalah (yang dulu dikhawatirkan Buddha juga) adalah ketika bhikkhu 'pemilih' (hanya memilih makanan tertentu untuk diterima). Jadi dari sisi pemberi sebenarnya tidak ada masalah yang berarti (jika memberi makanan vegetarian), yang masalah justru bhikkhu yang hanya memilih makanan vegetarian.

Saya kira itu.

Semoga dari humor ini juga membuka cakrawala berpikir kita bersama.

Salam cerdas dan bahagia dalam dharma.  _/\_

bagaimana cara anda mengetahui apa yg dikhawatirkan Buddha? apakah anda memang bisa membaca pikiran Buddha? tapi kenapa beberapa kali anda salah membaca pikiran saya?

Offline Top1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 429
  • Reputasi: 10
  • Hanya Sebuah Fenomena
Re: Humor Buddhis
« Reply #66 on: 05 March 2013, 10:10:33 AM »
Beberapa aliran Buddhisme tidak berpendapat bahwa apa yang dimakan merupakan syarat mutlak untuk mencapai Pencerahan,
dimana yang lebih dipentingkan adalah pikiran, ucapan dan perbuatan.
Para bhikkhu dalam Buddhisme Theravada (khususnya di negara-negara Thailand, Myanmar, Sri Lanka, Kamboja, Laos) melakukan permintaan dana makanan dari rumah ke rumah [pindapatta] memakan apa saja yang diberikan,
dan lebih mementingkan menahan keinginan makan dengan makan hanya satu kali sehari sebelum lewat jam siang.
Namun perlu juga kita sadari,  bahwa umat awam yang mengenal baik cara berdana apalagi kepada anggota Sangha,
tentunya akan menghindari memberikan dana dari hasil penyiksaan ataupun pembunuhan makhluk hidup [savajja dana]
karena jenis dana seperti ini tidaklah akan menghasilkan pahala yang baik malah sebaliknya,
kalaupun berbuah akan menyebabkan malapetaka bagi si pemberi dana.

Pendapat yang mengatakan bahwa apabila kita tidak mendengar,
tidak melihat, dan tidak mengetahui bahwa daging binatang yang kita makan itu telah disembelih untuk kita makan,
adalah merupakan suatu pendapat yang sangat tidak beralasan.
Coba kita bayangkan apabila ada seseorang tiba-tiba mati dan tentunya sanak keluarganya akan menanyakan kenapa orang tersebut mati sehingga akan dilakukan visum untuk mengetahui kematiannya tersebut.
Tentunya lain kalau kita sedang memakan daging,
jelas sekali kita ataupun orang lain tidak perlu menanyakan darimana daging ini berasal,
karena secara logika umum sudah jelas daging tersebut berasal dari hasil penyembelihan hewan yang masih hidup sebelumnya.
Sehingga semua orang juga maklum bahwa terdapat satu makhluk hidup yang telah dibunuh beberapa waktu yang lalu,
dan jelas sekali disadari oleh mereka bahwa makhluk hidup tersebut pasti menjerit, meronta, dan menangis pada saat mengetahui ajalnya sudah akan berakhir.

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Humor Buddhis
« Reply #67 on: 05 March 2013, 10:16:16 AM »
Salah satu kerabat saya yang berasal dari keluarga misionaris fanatik pernah berkata, "Kitab ribuan tahun itu belum tentu relevan dijadikan patokan dalam bertindak di jaman sekarang. Semua harus kita analisa dan pilih (seleksi) dengan baik."

Kata-kata itu sangat berkesan untuk saya, terutama ketika ia juga menunjukkan banyak ketidaksinkronan dari kitab suci dengan kehidupan jaman sekarang. Uniknya, yang ia kritisi adalah kitab sucinya sendiri.

Lalu saya tanya, "Untuk apa kamu ke gereja kalau begitu?"

Ia jawab, "Saya menyenangkan pasangan saya."

Pembicaraan itu menarik, banyak hal yang tidak disangka bisa diungkapkan oleh seorang keturunan misionaris (orang tuanya bahkan mengabdi dan tinggal di gereja seumur hidup).

Salah satu yang ia ungkapkan, ia menyesal karena orang tuanya banyak berdoa dan kurang berusaha, sehingga hidupnya sulit.

Kini ia sudah mapan, dan ia membuktikan sendiri banyak hal yang harus dianalisa dan disesuaikan dengan kondisi.

Poin saya:
Agama lain saja bisa begitu, masa agama Buddha yang berprinsip ehipassiko malah cenderung doktrinis?

Maaf jika tidak berkenan atau keluar topik.

Saya saran, kepada moderator tolong judulnya diganti saja, menjadi: "Humor dan Logika Buddhis" (tanpa tanda kutip). Pembicaraan berkembang jadi cenderung serius, jadi saya kira judulnya sudah tidak mengakomodir (kurang relevan dan mewakili isi).

Terima kasih sebelum dan sesudahnya.  _/\_

contoh agama Buddha yang cenderung doktrinis gmn kk?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Humor Buddhis
« Reply #68 on: 05 March 2013, 10:19:51 AM »
Beberapa aliran Buddhisme tidak berpendapat bahwa apa yang dimakan merupakan syarat mutlak untuk mencapai Pencerahan,
dimana yang lebih dipentingkan adalah pikiran, ucapan dan perbuatan.
Para bhikkhu dalam Buddhisme Theravada (khususnya di negara-negara Thailand, Myanmar, Sri Lanka, Kamboja, Laos) melakukan permintaan dana makanan dari rumah ke rumah [pindapatta] memakan apa saja yang diberikan,
dan lebih mementingkan menahan keinginan makan dengan makan hanya satu kali sehari sebelum lewat jam siang.
Namun perlu juga kita sadari,  bahwa umat awam yang mengenal baik cara berdana apalagi kepada anggota Sangha,
tentunya akan menghindari memberikan dana dari hasil penyiksaan ataupun pembunuhan makhluk hidup [savajja dana]
karena jenis dana seperti ini tidaklah akan menghasilkan pahala yang baik malah sebaliknya,
kalaupun berbuah akan menyebabkan malapetaka bagi si pemberi dana.

Pendapat yang mengatakan bahwa apabila kita tidak mendengar,
tidak melihat, dan tidak mengetahui bahwa daging binatang yang kita makan itu telah disembelih untuk kita makan,
adalah merupakan suatu pendapat yang sangat tidak beralasan.
Coba kita bayangkan apabila ada seseorang tiba-tiba mati dan tentunya sanak keluarganya akan menanyakan kenapa orang tersebut mati sehingga akan dilakukan visum untuk mengetahui kematiannya tersebut.
Tentunya lain kalau kita sedang memakan daging,
jelas sekali kita ataupun orang lain tidak perlu menanyakan darimana daging ini berasal,
karena secara logika umum sudah jelas daging tersebut berasal dari hasil penyembelihan hewan yang masih hidup sebelumnya.
Sehingga semua orang juga maklum bahwa terdapat satu makhluk hidup yang telah dibunuh beberapa waktu yang lalu,
dan jelas sekali disadari oleh mereka bahwa makhluk hidup tersebut pasti menjerit, meronta, dan menangis pada saat mengetahui ajalnya sudah akan berakhir.

yg anda katakan pendapat itu sebenarnya adalah ajaran Sang Buddha sendiri seperti tercatat pada MN 55 Jivaka Sutta, apakah anda membantah ajaran Buddha itu di sini? kalau anda membantah ajaran Buddha, lalu ajaran siapakah yg anda ikuti?

Offline Top1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 429
  • Reputasi: 10
  • Hanya Sebuah Fenomena
Re: Humor Buddhis
« Reply #69 on: 05 March 2013, 10:23:36 AM »
Ada beberapa pertimbangan yang saya ingin mulai dengan. Kita hidup di dunia yang sangat berbeda hari ini daripada zaman Sang Buddha tinggal, dan etika Buddha, apa pun itu, harus selalu menjadi respon pragmatis terhadap kondisi dunia nyata saat ini

Binatang jauh lebih menderita saat ini daripada 2500 tahun lalu. Zaman sang Buddha, Pada masa Sang Buddha, dan memang di mana-mana sampai penemuan peternakan modern, hewan memiliki kehidupan yang jauh lebih baik. Ayam akan berjalan-jalan sepanjang desa, atau disimpan dalam kandang. Sapi berkeliaran di ladang. Penemuan peternakan mengubah semua ini. Hari ini, kehidupan daging hewan yang paling memiliki penderitaan yang tak terbayangkan. Aku tidak akan masuk ke hal ini secara rinci karena sudah banyak buktinya, tetapi jika Anda tidak menyadari kondisi di pabrik peternakan, Anda harus lihat. Peternakan lolos begitu saja, bukan karena mereka benar-benar manusiawi, tetapi karena mereka begitu mengerikan sehingga kebanyakan orang hanya tidak ingin tahu.

Jika sang Buddha saat ini masih hidup dan melihat betapa besarnya penderitaan hewan2 ternak yang dipotong itu tentu dia akan menganjurkan orang menghindari daging. Di Zaman sang Buddha, seorang bhikkhu memetik dari bagian manapun dari suatu tumbuh-tumbuhan hingga lepas dari tempat tumbuh maka ia melakukan Pacittiya.

Apalagi zaman sekarang di mana kondisi hewan ternak hidup sangat memprihatikan.

Quote
Wahai, suku Kalama.
Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan,
ajaran turun-temurun,
kata orang,
koleksi kitab suci,
penalaran logis,
penalaran lewat kesimpulan,
perenungan tentang alasan,
penerimaan pandangan setelah memikirkannya,
pembicara yang kelihatannya meyakinkan,
atau karena kalian berpikir,
‘Petapa itu adalah guru kami’(²).

Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri,
‘ hal-hal ini adalah tidak bermanfaat,
hal-hal ini dapat dicela;
hal-hal ini dihindari oleh para bijaksana;
hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan,
akan menyebabkan kerugian dan penderitaan’,
maka kalian harus meninggalkannya.”

Pemahaman versi saya :
Makan daging dapat dicela.
Makan daging dihindari para Bijaksana;
Yang Pasti Makan daging, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, akan menyebabkan kerugian dan penderitaan hewan,
maka kalian harus meninggalkannya

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Humor Buddhis
« Reply #70 on: 05 March 2013, 10:24:32 AM »
Beberapa aliran Buddhisme tidak berpendapat bahwa apa yang dimakan merupakan syarat mutlak untuk mencapai Pencerahan,
dimana yang lebih dipentingkan adalah pikiran, ucapan dan perbuatan.
Para bhikkhu dalam Buddhisme Theravada (khususnya di negara-negara Thailand, Myanmar, Sri Lanka, Kamboja, Laos) melakukan permintaan dana makanan dari rumah ke rumah [pindapatta] memakan apa saja yang diberikan,
dan lebih mementingkan menahan keinginan makan dengan makan hanya satu kali sehari sebelum lewat jam siang.
Namun perlu juga kita sadari,  bahwa umat awam yang mengenal baik cara berdana apalagi kepada anggota Sangha,
tentunya akan menghindari memberikan dana dari hasil penyiksaan ataupun pembunuhan makhluk hidup [savajja dana]
karena jenis dana seperti ini tidaklah akan menghasilkan pahala yang baik malah sebaliknya,
kalaupun berbuah akan menyebabkan malapetaka bagi si pemberi dana.

Pendapat yang mengatakan bahwa apabila kita tidak mendengar,
tidak melihat, dan tidak mengetahui bahwa daging binatang yang kita makan itu telah disembelih untuk kita makan,
adalah merupakan suatu pendapat yang sangat tidak beralasan.
Coba kita bayangkan apabila ada seseorang tiba-tiba mati dan tentunya sanak keluarganya akan menanyakan kenapa orang tersebut mati sehingga akan dilakukan visum untuk mengetahui kematiannya tersebut.
Tentunya lain kalau kita sedang memakan daging,
jelas sekali kita ataupun orang lain tidak perlu menanyakan darimana daging ini berasal,
karena secara logika umum sudah jelas daging tersebut berasal dari hasil penyembelihan hewan yang masih hidup sebelumnya.
Sehingga semua orang juga maklum bahwa terdapat satu makhluk hidup yang telah dibunuh beberapa waktu yang lalu,
dan jelas sekali disadari oleh mereka bahwa makhluk hidup tersebut pasti menjerit, meronta, dan menangis pada saat mengetahui ajalnya sudah akan berakhir.

kk da baca http://dhammacitta.org/dcpedia/Pandangan_Sang_Buddha_Tentang_Makan_Daging_%28Dhammavuddho%29#Argumentasi_Permintaan_dan_Penyediaan ?

Offline Top1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 429
  • Reputasi: 10
  • Hanya Sebuah Fenomena
Re: Humor Buddhis
« Reply #71 on: 05 March 2013, 10:27:55 AM »
kk da baca http://dhammacitta.org/dcpedia/Pandangan_Sang_Buddha_Tentang_Makan_Daging_%28Dhammavuddho%29#Argumentasi_Permintaan_dan_Penyediaan ?

Sudah dan ini pendapat saya :

Mengenai Vegetarian juga mendorong pembunuhan (Hama)

Sering sekali orang yang tidak bervegetarian selalu menggunakan Hama sebagai alasan.

Saya tidak menampik adanya makhluk hidup yang mati dalam proses menanam. Ambil contoh membasmi hama. Namun seorang vegetarian tidak memesan hama untuk dimakan, hamalah yang datang mengganggu tanaman sehingga petani memutuskan membunuh (tidak mengatakan ini benar). Sementara pemakan daging memesan dengan membayar sejumlah UANG bukan dihidangkan di depan anda dengan gratis(ADA UANG), berarti ada niat. Dan hidangan yang dimakan adalah daging yang dibunuh untuk dimakan dagingnya. Walau mungkin ada hama yang terbunuh, seorang vegetarian tidak memesan hama untuk dibunuh. Sementara DAGING dipesan harus dibunuh terlebih dahulu bukan bangkai yang sudah mati karena berpenyakit.

Membunuh hewan, daging-nya lah yang dipesan. Memesan Sayur, seorang vegetarian tidak memesan HAMA untuk dimakan. (Ini yang baru dinamakan tidak ada niat), tapi pasti akan memicu pro kontra.

Jangan Lupa Hewan pun ikut mengkonsumsi berbagai macam tanaman (ada hama yang terbunuh),kemudian hewan dipotong lagi untuk dimakan daging-nya. Berarti pembunuhan terjadi 2x. Seorang vegetarian cuma menyebabkan hama terbunuh tapi hewan ternak tidak ikut terbunuh.

Memesan Daginglah menyebabkan hama terbunuh dan hewan ternak terbunuh. (karena Hewan juga perlu makan)
Sementara memesan Sayur menyebabkan hama terbunuh.

Makanan hewan ternak jumlahnya cukup banyak sebanding dengan yang dimakan manusia tapi ragam-nya lebih sedikit seperti jagung, gandum, dedak, dll
Manusia omnivora makan jagung, gandum, babi, sapi, ayam, seafood (udang, ikan) dll.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Humor Buddhis
« Reply #72 on: 05 March 2013, 10:28:24 AM »
Ada beberapa pertimbangan yang saya ingin mulai dengan. Kita hidup di dunia yang sangat berbeda hari ini daripada zaman Sang Buddha tinggal, dan etika Buddha, apa pun itu, harus selalu menjadi respon pragmatis terhadap kondisi dunia nyata saat ini

Binatang jauh lebih menderita saat ini daripada 2500 tahun lalu. Zaman sang Buddha, Pada masa Sang Buddha, dan memang di mana-mana sampai penemuan peternakan modern, hewan memiliki kehidupan yang jauh lebih baik. Ayam akan berjalan-jalan sepanjang desa, atau disimpan dalam kandang. Sapi berkeliaran di ladang. Penemuan peternakan mengubah semua ini. Hari ini, kehidupan daging hewan yang paling memiliki penderitaan yang tak terbayangkan. Aku tidak akan masuk ke hal ini secara rinci karena sudah banyak buktinya, tetapi jika Anda tidak menyadari kondisi di pabrik peternakan, Anda harus lihat. Peternakan lolos begitu saja, bukan karena mereka benar-benar manusiawi, tetapi karena mereka begitu mengerikan sehingga kebanyakan orang hanya tidak ingin tahu.

Jika sang Buddha saat ini masih hidup dan melihat betapa besarnya penderitaan hewan2 ternak yang dipotong itu tentu dia akan menganjurkan orang menghindari daging. Di Zaman sang Buddha, seorang bhikkhu memetik dari bagian manapun dari suatu tumbuh-tumbuhan hingga lepas dari tempat tumbuh maka ia melakukan Pacittiya.

Apalagi zaman sekarang di mana kondisi hewan ternak hidup sangat memprihatikan.

Pemahaman versi saya :
Makan daging dapat dicela.
Makan daging dihindari para Bijaksana;
Yang Pasti Makan daging, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, akan menyebabkan kerugian dan penderitaan hewan,
maka kalian harus meninggalkannya


sekarang saya akan memberikan suatu ilustrasi pada anda, misalkan ada seekor ayam yg mati tertabrak mobil, seseorang melihat kejadian itu, kemudian karena bangkainya masih segar, ia membawanya pulang dan menggorengnya, apakah daging ayam itu boleh dimakan? jawaban BOLEH berarti membantah argumen vegetarian, jawaban TIDAK BOLEH tolong dijelaskan.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Penjagal Daging
« Reply #73 on: 05 March 2013, 10:29:38 AM »
Seorang bhikkhu yang gemar berkhotbah dhamma, sedang melintas di depan rumah jagal dekat kompleks vihara.

Bhikkhu: "Hai, penjagal daging, kurangilah membunuh makhluk hidup. Ini tidak baik untukmu."

Penjagal daging (santai): "Katakan pada umatmu... jangan membeli makanan di depot, karena depot itu memesan daging disini. Katakan juga pada mereka, jangan memberi persembahan entah kepada siapa itu, yang dagingnya juga didapat dari sini. Kurangi jumlah daging di piring mereka, sebab rata-rata warga kompleks sebelah memesan daging disini."  :whistle:

Penjagal daging: "Berbahagialah yang menjadi bhikkhu seperti Anda, sebab bebas dari pembunuhan hewan."

Bhikkhu: (langsung melangkah pergi).

 :)) :)) :))
Ini yang paling lucu
Letak kelucuannya dari cerita tersebut pada siapa nasehat tersebut itu diberikan. kalau nasehat tersebut diberikan pada umat pada saat persembahan diberikan mungkin cerita ini gak begitu lucu lagi tetapi mungkin menjadi lebih bermanfaat dan lebih tetap sasaran nasehat diberikan.

Yang menjadi pertanyaan saya kenapa biku tersebut tidak memberikan ceramah seperti itu kepada umatnya? tetapi malah kepadaa penjagal daging?




Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Humor Buddhis
« Reply #74 on: 05 March 2013, 10:29:46 AM »
Sudah dan ini pendapat saya :

Mengenai Vegetarian juga mendorong pembunuhan (Hama)

Sering sekali orang yang tidak bervegetarian selalu menggunakan Hama sebagai alasan.

Saya tidak menampik adanya makhluk hidup yang mati dalam proses menanam. Ambil contoh membasmi hama. Namun seorang vegetarian tidak memesan hama untuk dimakan, hamalah yang datang mengganggu tanaman sehingga petani memutuskan membunuh (tidak mengatakan ini benar). Sementara pemakan daging memesan dengan membayar sejumlah UANG bukan dihidangkan di depan anda dengan gratis(ADA UANG), berarti ada niat. Dan hidangan yang dimakan adalah daging yang dibunuh untuk dimakan dagingnya. Walau mungkin ada hama yang terbunuh, seorang vegetarian tidak memesan hama untuk dibunuh. Sementara DAGING dipesan harus dibunuh terlebih dahulu bukan bangkai yang sudah mati karena berpenyakit.

Membunuh hewan, daging-nya lah yang dipesan. Memesan Sayur, seorang vegetarian tidak memesan HAMA untuk dimakan. (Ini yang baru dinamakan tidak ada niat), tapi pasti akan memicu pro kontra.

Jangan Lupa Hewan pun ikut mengkonsumsi berbagai macam tanaman (ada hama yang terbunuh),kemudian hewan dipotong lagi untuk dimakan daging-nya. Berarti pembunuhan terjadi 2x. Seorang vegetarian cuma menyebabkan hama terbunuh tapi hewan ternak tidak ikut terbunuh.

Memesan Daginglah menyebabkan hama terbunuh dan hewan ternak terbunuh. (karena Hewan juga perlu makan)
Sementara memesan Sayur menyebabkan hama terbunuh.

Makanan hewan ternak jumlahnya cukup banyak sebanding dengan yang dimakan manusia tapi ragam-nya lebih sedikit seperti jagung, gandum, dedak, dll
Manusia omnivora makan jagung, gandum, babi, sapi, ayam, seafood (udang, ikan) dll.

Jadi anda berpendapat, "silakan membunuh asalkan tidak memakannya"? ini seperti seorang vegetarian yang berprofesi sbg penjagal