hari esok akan lebih baik
salah satu acara talk show yang paling poluler di dunia adalah “The Oprah Winfrey Show” yang dipandu oleh selebriti kondang Oprah Winfrey. Acaranya selalu ditonton jutaan pemirsa baik di Amerika sendiri maupun di dunia. Salah satu acara Oprah yang sangat diminati, adalah ketika ia mengundang tamunya ‘Liz Murray’ untuk berbincang-bincang. Ini membuat hampir semua pemirsa bertanya-tanya, siapa gerangan gadis berusia 30 tahun itu.
Dengan nada perlahan, Liz Murray memulai kisahnya : "Saya dilharikan pada th 1980, di daerah yang paling kumuh, paling keras dan paling tinggi kriminalitasnya di New York, yaitu Bronx. Kedua orang tuaku adalah hippie. Ketika saya dilahirkan mereka telah menjadi pecandu obat. Saya yakin mereka masih mencintai kami, saya dan adik saya, namun perhatian mereka pada kami mulai berkurang, karena mereka tidak bisa lepas dari ketergantungan pada kecanduan obat. Kehidupan kami yang telah miskin menjadi lebih miskin lagi, ketika satu persatu barang yang ada di rumah dijual semua, mulai dari televisi, kulkas, mesin ketik, semuanya dijual demi untuk membeli kokain dan heroin. Ayah juga jarang pulang ke rumah, sedangkan kami selalu dibuat panik melihat ibu sering muntah-muntah di rumah. Hampir semua tangannya penuh dengan bekas jarum.”
Liz terhenti sejenak, ia mencoba menahan air matanya begitu ia mengenang masa lalunya. Kemudian Liz melanjuti, “Ibu bahkan tega mencuri uang ulang tahunku, yang diberikan oleh teman teman. Bahkan kalkun pemberian gereja saat Thanksgiving pun dijual, untuk digantikan dengan obat. Saya dan adik sering kelaparan, kami sering terpaksa memakan es batu saat kami sangat lapar. Kami juga berbagi pasta gigi untuk makan malam”, ia berkata lirih, sambil menghapus air mata tidak kuasa ia bendung lagi, begitu mengenang kembali pahitnya hidupnya.
Ketika Liz berusia 15 tahun, ibunya meninggal karena terkena HIV dan AIDS. Ayahnya juga meninggal dengan penyakit yang sama beberapa tahun kemudian.
Setelah kehilangan ibunya, kehidupan Liz lebih parah lagi, ia tidak mampu membayar uang sewa rumah, sehingga harus tinggal di gubuk, terkadang di jalanan. Adiknya sedikit beruntung, bisa mendapat tempat di sofa di rumah temannya.
Karena harus berpindah-pindah, Liz jarang ke sekolah, teman-teman sekolah sering menjauhinya, karena ia sangat tidak rapi dan bau. Akhirnya Liz memilih keluar dari sekolah.
Satu satu nasehat yang ia selalu ingat dari ibunya adalah ‘Hari esok akan lebih baik‘. Ini membuatnya semangat untuk bangkit kembali. Ia lalu mencari kerja di siang hari, dan mengambil kelas malam untuk belajar. Ketika di usianya 17 tahun, ia mampu menyelesaikan SMA dalam dua tahun.
Gurunya yang prihatin akan kehidupannya, juga kagum akan kecerdasannya, mencoba mengirimkan nilai-nilainya ke pada Universitas Harvard. Dan ternyata benar, Liz memenuhi syarat untuk diterima di Harvard, dan untuk membayar biaya kuliahnya yang sangat mahal, New York Times bersedia memberinya beasiswa.
Liz lulus dari Harvard dengan nilai yang cermerlang pada 2009 lalu, kemudian ia langsung menulis sebuah buku berjudul “Breaking Night”, yang langsung menjadi ‘best seller’. Salah satu kalimat yang menarik yang dalam bukunya “ Kendati saya telah mendapat gelar doktor dari Harvard, saya tidak ingin menyandang pada nama saya untuk mengelabuhi orang. Karena saya adalah salah satu dari orang orang di jalanan yang dijauhi itu”.
Kini Liz cukup sibuk karena selalu diundang berbicara dengan tokoh ternama dunia, seperti Bill Clinton, Tony Blair, Mikhail Gorbachev dan Dalai lama. Liz hanya berpesan, “ Tolong selamatkan para remaja, jauhi mereka dari godaan obat obat dan kehidupan ‘geng’. Kepada semua muda mudi, janganlah gunakan kesengsaraan di masa remaja sebagai alasan untuk bertindak negatip.”
KERJA KERAS yang diterapkan secara TEPAT dan secara CERDAS, dan berpikir dalam cara yang TEROGANISASI, pasti akan membawa SUKSES.