sebenarnya masalah mahayana dan Theravada
memang pelik, dan ada tulisan tertentu juga tidak masuk/janggal
dalam pemikiran pribadi saya yang sampai sekarang tak ketemu jawabannya?
termasuk dlm pengertian Buddhism Theravada itu sendiri terhadap Mahayana.
memang sy akui bahwa dalam Mahayana
terdapat perbauran dengan agama Hindu
istilah spt Nilakantha
[arti: berwarna kebiruan - sakral, yang rela berkorban demi makluk lain]
ini adalah istilah sakral untuk para Dewata Hindu
dan tentu kita harus menghargai apa yang mereka hormati juga.
moga teman2 juga bisa berdiskusi secara damai.
Demikian pula dengan vegetarian
yang didalam agama Buddha sendiri dicetuskan atau
dimohon sendiri oleh orang yang telah melukai Sang Buddha
agar para bhikkhu untuk vegetarian, dsb.
dan Vegetarian pun merupakan pengaruh Hinduism juga.
tapi terus terang orang yang vegetarian [red: Vegan] akan lebih sehat
dibandingkan orang yang nonvege. karena
semenjak jaman kapitalisme dilaksanakan dunia
banyak yang berlomba lomba untuk menciptakan obat
yang mengandung hormon, dimana membuat hewan lebih cepat besar
bahkan karena dosis yang banyak tidak diketahui dengan tepat atau
memang dengan sengaja diberikan lebih banyak dosisnya
shingga tak sedikit pula yang bisa mati pada saat perkembangannya.
yang menyedihkan, dari yang meninggal tidak sedikit itu pun
dijual ke masarakat, dan dagingnya ada diperkotaan.
jelas ini berpengaruh pada kesehatan tubuh kita.
terkadang, adakalanya kita harus berpikir bahwa untuk sehatpun
jarang jarang makan daging.
termasuk istilah Aum
[sebuah bunyi getaran semesta - suara universal] inipun istilah Hindu.
Sang Buddha tidak perna mengajarkan hal ini.
juga dengan segala hal hal lain yang rasanya janggal.
tapi kalau memang boleh harusnya dilakukan penelitian lebih intensif
barulah agar lebih jelas.
bagi teman teman yang bisa memberi tahu saya
pls diberikan rekomendasi alamat websitenya
dengan memberikan point2 pentingnya
agar sy jg bisa tahu .
tetap untuk dasar atau basis yang kuat ada pada Theravada.
tapi didalam kehidupan berspiritual atau kehidupan relijius
masing masing edukasi / mashab
sy rasa gak salah juga kalau ingin melaksanakan apa yang diyakinannya.
karena tingkat kebijaksanaan atau pengertian seseorang
terhadap yang ia yakini tidaklah sama levelnya.
tp sy terdapat kejanggalan juga yang perlu sy tanyakan kepada yang lebih
mengerti ajaran Buddha mengenai apakah benar kita seperti yang dikatakan tanpa roh?
kalau lihat pada penelitian reincarnation di barat mengenai kelahiran kembali,
bahwa selalu diceritakan kalau setelah seseorang meninggal,
rohnya akan melayang?
tapi dikitab Theravada dan Mahayana sendiri tidak pernah
di ceritakan mengenai roh yang melayang tersebut.
atau mungkin ada? please referensinya yah. thanks
dan terkadang istilah peta sendiri gak melulu diartikan sebagai makluk halus yg menderita kelaparan,
tapi adakalanya diterjemahkan sebagai makluk yang belum terlahirkan
ke alam manusia, apakah kalau gitu artinya sama dengan cerita penelitian Prof Ian Stevenson atau biar lebih dekat, hasil regresi yang dilakuka Dr. Bryan Weiss terhadap pasiennya mengenai setelah orang meninggal rohnya melayang?
2. dan juga seringkali kita dengar bahwa
jangan sampai terlahir ke alam binatang karena menderita.
atau diklasifikasikan bahwa alam binatang termasuk kedalam alam menderita.
tapi kita juga bisa baca di kitab Buddhism mengenai surga
bahwa disurga terdapat kuda, gajah, dsb.
[baca: vimanavatthu: istana gajah, Istana perempuan elok, dsb]
lho ternyata ada gajah dan kuda juga di surga?
ini masih pertanyaan pribadi saja.
mohon juga penjelasan untuk yg satu ini kepada yang mengerti Dhamma.
biar sy jg bs lebih faham.
terima kasih