Komunitas > Pojok Seni

Hidup

(1/1)

amy:
Mengapa kehidupan begitu menyedihkan
Kita lahir, Kita hidup, Kita bertemu dengan orang-orang
Orang – orang yang mengasihi kita
Orang tua, teman – teman, keluarga kita
Tetapi kita  tidak tau kapan
Tiba- tiba kematian menjemput
Dan keberadaan orang- orang yang kita kasihi
Tiba-tiba lenyap,
Kebersamaan kita bersama orang-orang yang kita cintai
Hanya sepeerti mimpi semalam

Kadang  aku bertanya – Tanya
Apakah  keberadaaan kita hanyalah sebuah ilusi
Semua perjuangan, mimpi, tangis dan tawa
Apapun yang kita punya
Tak ada satupun yang kita bawa
Saat kita mati, Semua akan berakhir
Seperti orang yang terbangun dari mimpi

Orang-orang yang kita temui hari ini
Belum tentu kita temui besok
Hidup kita yang jalani sekarang
Bisa berubah dalam beberapa menit

Seakan-akan apa yang kita perjuangkan sia-sia
Tua, muda, kaya, miskin
Semuanya berakhir dalam kematian

William_phang:
Jarāmaraṇa Sutta

Di Sāvatthī. Sambil duduk di satu sisi, Raja Pasenadi dari Kosala berkata kepada Sang Bhagavā: ““Yang Mulia, Adakah orang yang dilahirkan bebas dari penuaan dan kematian?”[1][2]

“Baginda, tidak ada seorang pun yang dilahirkan bebas dari penuaan dan kematian. Bahkan bagi para khattiya kaya raya – kaya, dengan harta dan kekayaan besar, dengan emas dan perak berlimpah, harta dan komoditi berlimpah, kekayaan dan hasil panen berlimpah – karena mereka telah terlahir, tidak bebas dari penuaan dan kematian. Bahkan bagi para [[Brāhmaṇa|brāhmaṇa] kaya raya ... perumah tangga kaya raya – kaya ... dengan kekayaan dan hasil panen berlimpah – karena mereka telah terlahir, tidak bebas dari penuaan dan kematian. Bahkan bagi para bhikkhu yang adalah para Arahant, yang noda-nodanya telah dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah melepaskan beban, telah mencapai tujuan mereka, telah secara total menghancurkan belenggu kehidupan, dan sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan tertinggi: bahkan bagi mereka jasmani ini tunduk pada kehancuran, pasti terbaringkan.[3]

    “Kereta indah para raja menjadi usang,
    Jasmani ini juga mengalami kelapukan.
    Tetapi Dhamma yang baik tidak lapuk:
    Demikianlah yang baik menyatakan yang baik

andry:
Turut berduka cita

adi lim:
Untung dan rugi,
Kemasyuran dan nama buruk,
Pujian dan Celaan
Kesenangan dan Penderitaan
Kedelapan kondisi ini berlalu disetiap kehidupan manusia, tidak tetap dan pasti berubah
(AN.VIII.6 : Lokapivatti Sutta)

Navigation

[0] Message Index

Go to full version