Pengembangan Buddhisme > DhammaCitta Press

Majjhima Nikaya (Diskusi)

<< < (27/27)

hemayanti:
126  Bhūmija Sutta - Bhūmija
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---15. ….. Demikian pula petapa dan brahmana manapun yang memiliki pandangan benar [143] ... mereka juga akan dapat memperoleh buah  Mengapakah? Karena [jalan benar] adalah metode yang benar untuk memperoleh buah.
--- End quote ---


--- Quote ---17. “Misalkan seseorang memerlukan mentega, mencari mentega, berkeliling mencari mentega, menuangkan dadih ke dalam gentong susu dan mengaduknya dengan pengaduk susu. Kemudian, jika ia beraspirasi … jika ia tidak beraspirasi … jika ia beraspirasi dan juga tidak beraspirasi … jika ia bukan beraspirasi juga bukan tidak beraspirasi dan melakukan demikian, ia juga akan dapat memperoleh mentega. Mengapakah? Karena [cara melakukan demikian] bukanlah metode yang benar untuk memperoleh mentega. Demikian pula petapa dan brahmana manapun yang memiliki pandangan benar ... mereka juga akan dapat memperoleh buah apapun. Mengapakah? Karena [jalan benar] bukanlah metode yang benar untuk memperoleh buah.
--- End quote ---
“adalah”


--- Quote ---19. “Bhūmija, jika keempat perumpamaan ini telah terpikirkan olehmu [sehubungan] dengan Pangeran jayasena, maka ia akan secara spontan berkeyakinan padamu, dan karena berkeyakinan, maka ia akan memperlihatkan keyakinannya kepadamu.”
--- End quote ---


127  Anuruddha Sutta - Anuruddha
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---3. Kemudian, ketika malam berlalu, pada pagi harinya, Yang Mulia Anuruddha merapikan jubah, dan dengan membawa mangkuk dan jubah luarnya, ia pergi menuju rumah Pañcakanga dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Kemudian, dengan tangannya sendiri, Tukang Kayu Pañcakanga melayani Yang Mulia Anuruddha dengan berbagai jenis makanan baik. Kemudian, ketika Yang Mulia Anuruddha telah selesai makan dan telah menggeser mangkuknya ke sampung. Tukang Kayu Pañcakanga mengambil bangku rendah dan duduk di satu sisi, dan berkata kepada Yang Mulia Anuruddha.
--- End quote ---


--- Quote ---14. …..

“Sehubungan dengan hal itu, Teman Kaccāna, aku akan mengajukan pertanyaan kepadamu sebagai jawaban. Jawablah sesuai dengan apa yang menurutmu benar. Bagaimana menurutmu, Teman Kaccāna? Ketika seorang bhikkhu berdiam dengan melingkupi suatu wilayah seluas bawah sebatang pohon, meliputinya sebagai luhur, dan seorang bhikkhu lainnya bhikkhu berdiam dengan melingkupi suatu wilayah seluas bawah dua atau tiga batang pohon, meliputinya sebagai luhur – yang manakah dari kedua pengembangan pikiran ini yang lebih luhur?” – “Yang ke dua, Yang Mulia.”
--- End quote ---


--- Quote ---16. …..

“Sehubungan dengan hal itu, Teman Kaccāna, aku akan memberikan perumpamaan, karena seorang bijaksana di sini memahami makna dari suatu pernyataan melalui perumpamaan. Misalkan sebuah lampu minyak menyala dari minyak yang tidak murni dan sumbu yang tidak murni; karena ketidak-murnian minyak dan sumbunya lampu itu menyala dengan suram. Demikian pula, di sini seoramg bhikkhu berdiam dengan melingkupi dan meliputi …..

“Misalkan sebuah lampu minyak menyala dari minyak yang  murni dan sumbu yang murni; karena kemurnian minyak dan sumbunya lampu itu menyala dengan tidak suram. Demikian pula, di sini seoramg bhikkhu berdiam dengan …..
--- End quote ---


--- Quote ---17. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Abhiya Kaccāna berkata kepada Yang Mulia Anuruddha: “Bagus, Yang Mulia Anuruddha. Yang Mulia Anuruddha tidak mengatakan: ‘Demikianlah yang kudengar’ atau ‘Semestinya demikian.’ Melainkan, Yang Mulia Anuruddha mengatakan: ‘Para dewa ini adalah seeprti ini dan para dewa itu adalah seperti itu.’ aku berpikir, Yang Mulia, bahwa Yang Mulia Anuruddha pasti sebelumnya telah bergaul dengan para dewa itu dan berbicara dengan mereka dan berbincang-bincang dengan mereka.”
--- End quote ---


128  Upakkilesa Sutta - Ketidak-sempurnaan
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---6.    …..
   Mereka tidak mengetahui
   Bahwa di sini kita harus mengendalikan diri sendiri.
   Tetapi mereka yang bijaksana yang menyadari ini
   Seketika menakhiri segala permusuhan mereka.
--- End quote ---


--- Quote ---7. Kemudian, setelah mengucapkan syair-syair ini sambil berdiri, Sang Bhagavā pergi menuju desa Bālakaloṇakāra. Pada saat itu [155] Yang Mulia Bhagu sedang menetap di desa Bālakaloṇakāra. Ketika dari kejauhan Yang Mulia Bhagu melihat kedatangan Sang Bhagavā, ia mempersiapkan tempat duduk dan air untuk mencuci kaki. Sang Bhagavā duduk di tempat yang telah dipersiapkan dan mencuci kakinya. Yang Mulia Bhāgu bersujdu kepada Sang Bhagavā dan duduk di satu sisi, Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Kuharap engkau dalam keadaan baik, Bhikkhu, Kuharap engkau cukup nyaman, Kuharap engkau tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh dana makanan.”
--- End quote ---


--- Quote ---14. “Yang Mulia, sehubungan dengan hal itu, siapapun dari kami yang kembali pertama kali dari desa dengan membawa dana makanan akan menyiapkan tempat duduk, menyediakan air minum dan air untuk mencuci, dan meletakkan tempat sampah di tempatnya. Siapapun dari kami yang kembali terakhir kali akan memakan makanan apapun yang tersisa, jika ia menginginkan; kalau tidak ia akan membuangnya di tempat di mana tidak ada tanaman atau membuangnya ke air yang mana tidak terdapat kehidupan. Ia menyingkirkan tempat duduk dan air minum dan air untuk mencuci. Ia mencuci tempat sampah setelah mencucinya, dan ia menyapu ruang makan. ….
--- End quote ---
??


--- Quote ---17. “Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin, tekun, dan teguh, Aku melihat cahaya dan penampakan bentuk-bentuk. ….
--- End quote ---
Kapital, sama di paragraf 18-29.


--- Quote ---29. “Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin, tekun, dan teguh, Aku melihat cahaay terbatas dan melihat bentuk-bentuk terbatas; …..
--- End quote ---


--- Quote ---30. “Ketika, [162] Anuruddha, Aku memahami bahwa keragu-raguan adalah suatu ketidak-sempurnaan pikiran dan telah meninggalkan keragu-raguan, suatu ketidak-sempurnaan pikiran; ketika Aku memahami bahwa kurangnya perhatian adalah suatu ketidak-sempurnaan pikiran dan telah meninggalkan kurangnya perjatian ... meninggalkan kelambanan dan ketumpulan ...
--- End quote ---


--- Quote ---32. “Ketika Anuruddha, Aku telah Aku mengembangkan konsentrasi dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran … ketika Aku telah Aku mengembangkan konsentrasi yang disertai dengan keseimbangan, pengetahuan dan pemglihatan muncul dalam diriKu: ‘KebebasanKu adalah tidak tergoyahkan; ini adalah kelarihanKu yang terakhir; tidak ada penjelmaan menjadi majkhluk yang baru.’”
--- End quote ---


129  Bālapaṇḍita Sutta - Orang Dungu dan Orang Bijaksana
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---3. “Seorang dungu merasakan kesakitan dan kesedihan di sini dan asat ini dalam tiga cara. Jika seorang dungu duduk dalam suatu pertemuan atau berada di jalan atau di suatu lapangan dan orang-orang di sana sedang mendiskusikan persoalan-persoalan yang berhubungan dan berkaitan, maka, jika si dungu itu adalah seorang yang membunuh makhluk-makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, berperilaku salah dalan kenikmatan indria, mengucapkan kebohongan, meminum anggur, minuman keras, dan minuman memabukkan, yang menjadi dasar bagi kelengahan, ia berpikir: “Orang-orang ini sedang mendiskusikan persoalan-persoalan yang berhubungan dan berkaitan; hal-hal ini terdapat dalam diriku, dan aku terlihat sedang melakukan hal-hal tersebut.’ Ini adalah jenis pertama kesakitan dan kesedihan yang dirasakan oleh seorang dungu di sini dan saat ini.
--- End quote ---


--- Quote ---4. “Kemudian, seorang penjahat perampok tertangkap, seorang dungu menyaksikan raja-raja menjatuhkan berbagai jenis hukuman padanya:  [164] setelah menderanya dengan cambukan, memukulnya dengan rotan, memukulnya dengan pemukul; setelah memotong tangannya, memotong kakinya, memotong tangan dan kakinya; memotong telinganya, memotong hidungnya, memotong telinga dan hidungnya; dikenai siksaan ‘panci bubur,’ ‘bentuk kulit kerang yang halus,’ ‘mulut Rāhu,’ ‘lingkaran api,’ ‘ tangan menyala,’ ‘helai rumput,’ ‘pakaian kulit kayu,’ ‘kijang,’ ‘kail daging,’ ‘kepingan uang,’ ‘cairan asin,’ ‘tusukan berporos’, ‘gulungan jerami’;  dan mereka disiram dengan minyak mendidih, danm mereka dibuang agar dimangsa oleh anjing-anjing, ….
--- End quote ---


--- Quote ---28. “Seorang dungu merasakan kenikmatan dan kegembiraan di sini dan asat ini dalam tiga cara. Jika seorang bijaksana duduk dalam suatu pertemuan atau berada di jalan atau di suatu lapangan dan orang-orang di sana sedang mendiskusikan persoalan-persoalan yang berhubungan dan berkaitan, maka, jika si bijaksana itu adalah seorang yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari berperilaku salah dalan kenikmatan indria, [171] ……
--- End quote ---
“bijaksana”.


--- Quote ---31. “Seorang bijaksana yang telah menyerahkan diri kepada perilaku baik dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, [172] ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, akan muncul kembali dai alam tujuan kelahiran yang bahagia, bahkan di alam surga.
--- End quote ---


--- Quote ---35. “Kemudian raja mulia yang sah itu bangkit dari duduknya, dan dengan membawa sekendi air di tangan kirinya, ia memercikkan pusaka-roda itu dengan kanannya, dengan berkata: …..
--- End quote ---


--- Quote ---37. “Kemudian, pusaka-kuda muncul untuk si Raja Pemutar-Roda, berwarna putih, dengan kepala sehitam burung gagak, dengan bulu temgkuk seperti rumput muñja, ….
--- End quote ---
Dan semua kata “samudera” menjadi “samudra”


--- Quote ---47. …..

“Demikian pula, para bhikkhu, kenikmatan dan kegembiraan yang dialami oleh seorang Raja Pemutar-Roda karena memiliki ketujuh pusaka dan keempat keberhasilan adalah tidak berarti dibandingkan penderitaan neraka; bahkan tidak ada sebagian kecilnya, tidak dapat dibandingkan.
--- End quote ---
“kebahagiaan surga”


--- Quote ---48. “Jika pada suatu saat, di akhir suatu masa yang lama. Si bijaksana itu terlahir kembali menjadi manusia, adalah di dalam keluarga makmur ia terlahir kembali – dalam keluarga mulia kaya, atau keluarga brahmana kaya, atau keluarga perumah tangga kaya – yang kaya, memiliki banyak harta kekayaan, memiliki banyak kepemilikan, dengan emas dan perak berlimpah, dan aset dan harta berlimpah, dan dengan uang dan hasil panen berlimpa.
--- End quote ---


130  Devadūta Sutta - Utusan Surgawi
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---5. “Kemudian, setelah mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang utusan surgawi pertama, Raja Yama mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang utusan surgawi ke dua: ‘Tidak pernahkah engkau melihat utusan surgawi ke dua muncul di dunia?’ ia berkata: ‘Tidak, Tuan.’ Kemudian Raja Yama berkata: ‘Tidak pernahkah engkau melihat di dunia seorang laki-laki – atau seorang perempuan – berumur delapan puluh, Sembilan puluh, atau seratus tahun, tua, bungkuk seperti rusuk atap, terlipat dua, berjalan dengan ditopang oleh tongkat, terhuyung-huyung, lemah, tiada kemudaan, gigi tanggal, rambut memutih, rambut berguguran, botal, keriput, dengan bercak pada bagian-bagian tubuh?’ Ia berkata: ‘Pernah, Tuan.’
--- End quote ---


--- Quote ---7. “Kemudian, setelah mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang utusan surgawi ke tiga, Raja Yama mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang utusan surgawi ke empat: ‘Tidak pernahkah engkau melihat utusan surgawi ke tiga muncul di dunia?’ ia berkata: ‘Tidak, Tuan.’ …..
--- End quote ---
“empat”


--- Quote ---8. “Kemudian, setelah mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang utusan surgawi ke empat, Raja Yama mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang utusan surgawi ke lima: ‘Tidak pernahkah engkau melihat utusan surgawi ke dua muncul di dunia?’ ia berkata: ‘Tidak, Tuan.’ Kemudian Raja Yama berkata: ‘Tidak pernahkah engkau melihat di dunia seorang laki-laki – atau seorang perempuan – satu hari setelah mati, dua hari setelah mati, tiga hari setelah mati, membengkak, memucat, dan meneteskan cairan?’ Ia berkata: ‘Pernah, Tuan.’

“Kemudian Raja Yama berkata: ‘Tidak pernahkah terpikir olehmu – seorang manusia yang cerdas dan dewasa – “Aku juga tunduk pada lematian, aku tidak terbebas dari kematian: …..
--- End quote ---
“lima”


--- Quote ---15. “Kemudian para penjaga neraka menggantungnya dengan kaki di atas dan kepala di bawah dan mencelupkannya ke dalam panci logam panas yang terbakar, menyala, dan berpijar. Ia direbus di sana di dalam pusaran buih. Dan ketika ia direbus di sana di dalam pusaran buih, ia kadang-kadang terhanyut ke atas, kadang-kadangn ke bawah, kadang-kadang ke sekeliling. Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.
--- End quote ---


--- Quote ---23. “Persis di sebelah Hutan Pepohonan Simbali adalah Hutan Daun-pedang yang luas. Ia masuk ke sana. Dedaunannya, digerakkan oleh angin, memotong tangannya dan memotong kakinya dan memotong tngan dan kakinya; memotong telinganya dan memotong hidungnya dan memotong telinga dan hidungnya. Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.
--- End quote ---

hemayanti:
KELOMPOK PENJELASAN (VIBHANGAVAGGA)

131  Bhaddekaratta Sutta - Satu Malam Keramat
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---3.    “Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu
   Atau membangun harapan di masa depan;
   Karena masa lalu telah ditinggalkan
   Dan masa depan belum dicapai.
   Melainkan lihatlah dengan pandangan terang
   Tiap-tiap kondisi yang muncul saat ini;
   Ketahuilah dan yakinlah,
   Dengan tak terkalahkan, tak tergoyahkan.
   Saat ini usaha harus dilakukan;
   Besok mungkin kematian datang, siapa yang tahu?
   Tidak ada tawar-menawar dengan Moralitas
   Yang dapat menjauhkannya dan gerombolannya,
   Tetapi seseorang yang berdiam demikian dengan tekun,
   Tanpa mengendur, siang dan malam –
   Adalah ia, yang dikatakan oleh Sang bijaksana damai,
   Yang telah melewati satu malam keramat. [188]
--- End quote ---
“mortalitas” kalo gak salah ingat dulu pernah di revisi.


--- Quote ---11. “Demikianlah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: ‘Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang ringkasan dan penjelasan dari “Seorang Yang Telah Melewati Satu Malam Keramat.”’”
--- End quote ---
kenapa “akan” lagi?
Bukannya udah diajar?


132  Ānandabhaddekaratta Sutta - Ānanda dan Satu Malam Keramat
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---3-10. “Aku melakukannya sebagai berikut, Yang Mulia: [191]

‘Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
(Ulangi keseluruhan sutta sebelunya, §3-10 hingga: )
   Yang telah melewati satu malam keramat.’

11. ……
‘Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
(Ulangi keseluruhan sutta sebelunya, §3-10 hingga: )
   Yang telah melewati satu malam keramat.”
--- End quote ---


133  Mahākaccānabhaddekaratta Sutta - Mahā Kaccāna dan Satu Malam Keramat
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---5.    “Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu
   Atau membangun harapan di masa depan;
   Karena masa lalu telah ditinggalkan
   Dan masa depan belum dicapai.
   Melainkan lihatlah dengan pandangan terang
   Tiap-tiap kondisi yang muncul saat ini;
   Ketahuilah dan yakinlah,
   Dengan tak terkalahkan, tak tergoyahkan.
   Saat ini usaha harus dilakukan;
   Besok mungkin kematian datang, siapa yang tahu?
   Tidak ada tawar-menawar dengan Moralitas
…..
--- End quote ---


--- Quote ---12. …..
 
aku memahami maknanya secara terperinci sebagai berikut:
--- End quote ---


--- Quote ---14…….

“Kesadarannya tidak menjadi terikat dengan keinginan dan nafsu di sana dengan berpikir, Telingaku adalah seperti demikian di masa lalu dan suara-suara adalah seperti demikian … Hidungku dan bau-bauan … Lidahku dan rasa kecapan … Badanku dan obyek-obyel sentuhan … Pikiranku adalah seperti demikian di masa lalu dan obyek-obyek pikiran adalah seperti demikian.’ Karena kesadarannya tidak terikat dengan keinginan dan nafsu, maka ia tidak bergembira di dalamnya. Ketika ia tidak bergembira di dalam itu, maka ia tidak menghidupkan kembali masa lalu.
--- End quote ---


--- Quote ---19. “Teman-teman, ketika Sang Bhagavā bangkit dari duduknya dan memasuki kediamanNya setelah memberikan ringkasan singkat tanpa menjelaskan maknanya secara terperinci, yaitu:

‘Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
   Yang telah melewati satu malam keramat.”
 
aku memahami maknanya secara terperinci seperti demikian.
--- End quote ---


134  Lomasakangiyabhaddekaratta Sutta - Lomasakangiya dan Satu Malam Keramat
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Lomasakangiya sedang menetap di negeri Sakya di Kapilavatthu di Taman Nigrodha.
--- End quote ---


--- Quote ---3.    “Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu
   Atau membangun harapan di masa depan;
   Karena masa lalu telah ditinggalkan
   Dan masa depan belum dicapai.
   Melainkan lihatlah dengan pandangan terang
   Tiap-tiap kondisi yang muncul saat ini;
   Ketahuilah dan yakinlah,
   Dengan tak terkalahkan, tak tergoyahkan.
   Saat ini usaha harus dilakukan;
   Besok mungkin kematian datang, siapa yang tahu?
   Tidak ada tawar-menawar dengan Moralitas
   
--- End quote ---


--- Quote ---7-14.   ‘Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
(Ulangi keseluruhan sutta sebelunya, §3-10 hingga: ) [202]
   Yang telah melewati satu malam keramat.’
--- End quote ---


135  Cūḷakammavibhanga Sutta - Pembabaran Singkat tentang Perbuatan
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---15. “Di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan keras kepala dan sombong; ia tidak memberi hormat kepada seorang yang selayaknya menerima penghormatan, tidak bangkit berdiri untuk seseorang yang karena kehadirannya seharusnya ia bangkit berdiri, tidak memberikan tempat duduk kepada ia yang layak menerima tempat duduk, tidak memberi jalan untuk seseorang yang seharusnya ia beri jalan, dan tidak memghormati, menghargai, memuja, dan memuliakan seseorang yang seharusnya dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan. Karena melakukan dan menjalankan perbuatan-perbuatan demikian … ia muncul kembali dalam kondisi menderita … Tetapi jika sebaliknya ia kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir kembali ia akan berkelahiran rendah. Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada kelahiran rendah, yaitu, sifat keras kepala dan sombong … dan tidak memghormati, menghargai, memuja, dan memuliakan seseorang yang seharusnya dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan.
--- End quote ---
Di paragraf 16 juga.

--- Quote ---19. “Demikianlah, murid, jalan yang mengarah pada umur yang pendek menyebabkan orang-orang menjadi berumur pendek, jalan yang mengarah pada umur yang panjang menyebabkan orang-orang menjadi berumur panjang; jalan yang mengarah pada penyakit menyebabkan orang-orang menjadi berpenyakit, jalan yang mengarah pada kesehatan menyebabkan orang-orang menjadi sehat; jalan yang mengarah pada rupa yang buruk menyebabkan orang-orang menjadi buruk rupa, jalan yang mengarah pada rupa yang cantik menyebabkan orang-orang menjadi cantik; jalan yang mengarah pada ketiadaan pengaruh menyebabkan orang-orang  menjadi tidak berpengaruh, jalan yang mengarah pada kepemilikan pengaruh menyebabkan orang-orang menjadi berpengaruh; jalan yang mengarah pada kemiskinan menyebabkan orang-orang menjadi miskin, jalan yang mengarah pada kekayaan menyebabkan orang-orang menjadi menjadi kaya; jalan yang mengarah pada kelahiran rendah menyebabkan orang-orang menjadi berkelahiran rendah, jalan yang mengarah pada kelahiran tinggi menyebabkan orang-orang menjadi menjadi berkelahiran tinggi; jalan yang mengarah pada kebodohan menyebabkan orang-orang menjadi bodoh, jalan yang mengarah pada kebijaksanaan menyebabkan orang-orang menjadi menjadi bijaksana.
--- End quote ---


136  Mahākammavibhanga Sutta - Pembabaran Panjang tentang Perbuatan
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---8. …..

“Di sini seseorang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria, menghindari mengucapkan kebohongan, menghindari mengucapkan kata-kata fitnah, [210] menghindari mengucapkan kata-kata kasar, menghindari gosip; ia tidak tamak, memiliki pikiran tanpa buruk, dan ia menganut pandangan benar. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga.
--- End quote ---
“tanpa berniat buruk”


--- Quote ---12. “Tetapi di sini, Ānanda, [212] melalui semangat … seorang petapa atau brahmana mencapai konsentrasi pikiran sedemikian sehingga, ketika pikirannya terkonsentrasi, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, ia melihat orang itu di sini yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup ... dan menganut pandangan benar, dan ia melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita, di alam tujuan kelahiran yang tidak bahagia, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka. Ia berkata sebagai berikut: ‘Sesungguhnya, tidak ada perbuatan-perbuatan baik, tidak ada akibat dari perilaku baik; karena aku melihat seseorang di sini yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup … dan menganut pandangan benar, dan aku melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita … bahkan di neraka.’ Ia berkata sebagai berikut: ‘Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, semua orang yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup … dan menganut pandangan benar muncul kembali muncul kembali dalam kondisi menderita … bahkan di neraka. Mereka yang mengetahui demikian mengetahui yang benar; mereka yang berpikir sebaliknya adalah keliru.’ Demikianlah ia dengan keras kepala melekat pada apa yang telah ia ketahui, ia lihat, dan ia temukan, dengan memaksakan: ‘Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.’
--- End quote ---


137  Saḷāyatanavibhanga Sutta - Penjelasan tentang Enam Landasan
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---14. “Di sini, apakah enam jenis keseimbangan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga? Ketika melihat suatu bentuk dengan mata, keseimbangan muncul pada seseorang biasa dungu yang tergila-gila, pada seorang biasa yang tidak terlatih yang belum menaklukkan keterbatasannya atau menaklukkan akibat [perbuatan] dan yang buta akan bahaya. Kesimbangan seperti ini tidak melampaui bentuk; itulah sebabnya mengapa disebut keseimbangan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga. 

“Ketika mendengar suatu suara dengan telinga ... Ketika mencium suatu bau dengan hidung ... Ketika mengecap suatu rasa kecapan dengan lidah ... Ketika menyentuh suatu obyek-sentuhan dengan badan ... Ketika mengenali suatu obyek-pikiran dengan pikiran, keseimbangan muncul pada seseorang biasa dungu yang tergila-gila, pada seorang biasa yang tidak terlatih yang belum menaklukkan keterbatasannya atau menaklukkan akibat [perbuatan] dan yang buta akan bahaya. Kesimbangan seperti ini tidak melampaui obyek-pikiran; itulah sebabnya mengapa disebut keseimbangan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga. Ini adalah enam jenis keseimbangan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga.
--- End quote ---


--- Quote ---15. “Di sini, apakah enam jenis kesedihan yang berdasarkan pada pelepasan keduniawian? Ketika, dengan mengetahui ketidak-kekalan, perubahan, peluruhan, dan lenyapnya bentuk-bentuk, seseorang melihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar bahwa bentuk-bentuk baik yang sebelumnya maupun yang sekarang adalah tidak kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan, keseimbangan muncul. Keseimbangan ini melampaui bentuk; itulah sebabnya mengapa disebut keseimbangan yang berdasarkan pada pelepasan keduniawian.
--- End quote ---
“keseimbangan”


--- Quote ---26. ……

“Dengan memiliki bentuk materi, ia melihat bentuk-bentuk: ini adalah arah pertama. Tanpa melihat bentuk-bentuk secara internal, ia melihat bentuk-bentuk secara eksternal: ini adalah arah ke dua. Ia bertekad hanya pada yang indah: ini adalah arah ke tiga. Dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi kontak indria, dengan tanpa-perhatian pada persepsi keberagaman, manyadari bahwa ‘ruang adalah tanpa batas,’
--- End quote ---


138  Uddesavibhanga Sutta - Penjelasan suatu Ringkasan
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---13. “Kemudian, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikrian dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi.
--- End quote ---


--- Quote ---21. “Dan bagaimanakah, Teman-teman, terjadinya ketanpa-gangguan karena ketidak-melekatan?  Di sini seorang siswa mulia yang terlatih, yang  menghargai para mulia dan terampil dan disiplin dalam Dhamma mereka, yang menghargai manusia sejati dan terampil dan disiplin dalam Dhamma mereka, tidak menganggap bentuk materi sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentuk materi, atau bentuk materi sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk materi. Bentuk materinya itu berubah dan menjadi sebaliknya. Dengan perubahan bentuk materi dan bentuk materi yang menjadi sebaliknya itu, kesadarannya tidak terlena dengan dengan perubahan bentuk materi itu. Kondisi-kondisi pikiran yang terganggu yang muncul dari keterlenaan dengan perubahan bentuk materi tidak muncul bersama-sama dan tidak menetap di sana menguasai pikirannya. Karena pikirannya tidak dikuasai, ia tidak menjadi gelisah, sedih, dan cemas, dan karena ketidak-melekatan ia menjadi tidak terganggu.

“Ia tidak menganggap perasaan sebagai diri … Ia tidak menganggap persepsi sebagai diri … Ia tidak menganggap bentukan-bentukan sebagai diri … Ia tidak menganggap kesadaran sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran,  atau kesadaran sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. Kesadaranya itu berubah dan menjadi sebaliknya. Dengan perubahan kesadaran dan kesadaran yang menjadi sebaliknya itu, kesadarannya tidak terlena dengan dengan perubahan kesadaran itu. Kondisi-kondisi pikiran yang terganggu yang muncul dari keterlenaan dengan perubahan kesadaran tidak muncul bersama-sama dan menetap di sana menguasai pikirannya. Karena pikirannya tidak dikuasai, ia tidak menjadi gelisah, sedih, dan cemas, dan karena ketidak-melekatan ia menjadi tidak terganggu. Itu adalah bagaimana terjadinya ketanpa-gangguan karena ketidak-melekatan.
--- End quote ---


140  Dhātuvibhanga Sutta - Penjelasan tentang Unsur-Unsur
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang mengembara di negeri Magadha dan akhirnya sampai di Rājagaha. Di sana Beliau mendatangi pengrajin tembikar Bhaggava dan berkata kepadanya:
--- End quote ---


--- Quote ---6. Kemudian Sang Bhagavā berpikir: “Orang ini telah meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah di bawahKu. Bagaimana jika aku mengajarkan Dhamma kepadanya.” Maka Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Pukkusāti sebagai berikut: “Bhkkhu, Aku akan mengajarkan Dhamma kepadamu. Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Aku katakana.” – “Baik, Sahabat,” Yang Mulia Pukkusāti menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
--- End quote ---


--- Quote ---19. “Maka di sana hanya tersisa kesadaran, yang murni dan cerah.  Apakah yang dikenali seseorang pada kesadaran itu? ia mengenali: ‘[Ini adalah] menyenangkan’; ia mengenali: ‘[Ini adalah] menyakitkan’; ia mengenali: ‘[Ini] adalah bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan.’ Dengan bergantung pada suatu kontak yang dirasakan sebagai menyenangkan maka muncul perasaan menyenangkan.  Ketika seseorang merasakan suatu perasaan menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan menyenangkan.’ Ia memahami: ‘Dengan lenyapnya kontak yang sama ini yang dirasakan sebagai menyenangkan, maka perasaan yang bersesuaian itu – perasaan menyenangkan yang muncul dengan bergantung pada kontak yang dirasakan sebagai menyenangkan – juga lenyap dan sirna.’ Dengan bergantung pada suatu kontak yang dirasakan sebagai menyakitkan maka muncul perasaan menyakitkan. Ketika seseorang merasakan suatu perasaan menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan menyenangkan.’ Ia memahami: ‘Dengan lenyapnya kontak yang sama ini yang dirasakan sebagai menyakitkan, maka perasaan yang bersesuaian itu – perasaan menyakitkan yang muncul dengan bergantung pada kontak yang dirasakan sebagai menyakitkan – juga lenyap dan sirna.’ Dengan bergantung pada suatu kontak yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan maka muncul perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan. Ketika seseorang merasakan suatu perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan.’ Ia memahami: ‘Dengan lenyapnya kontak yang sama ini yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan, maka perasaan yang bersesuaian itu – perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan yang muncul dengan bergantung pada kontak yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan – juga lenyap dan sirna.’ Bhikkhu, seperti halnya dari kontak dan gesekan kedua batang kayu-api maka panas dan api dihasilkan, dan dengan terpisahnya dan terlepasnya kedua kayu-api ini maka panas yang dihasilkan itu juga lenyap dan sirna; demikian pula, [243] dengan bergantung pada kontak yang dirasakan sebagai menyenangkan … yang dirasakan sebagai menyakitkan … yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan maka muncul perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan … Ia memahami: ‘Dengan lenyapnya kontak yang sama ini yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan, maka perasaan yang bersesuaian itu …  juga lenyap dan sirna.’
--- End quote ---
“menyakitkan”
“bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan” itu maksudnya bagaimana om?


141  Saccavibhanga Sutta - Penjelasan tentang Kebenaran-Kebenaran
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---3. ”Mengumumkan … dan memperlihatkan kebenaran mulia penderitaan ... kebenaran mulia asal-mula penderitaan … kebenaran mulia lenyapnya penderitaan … kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.
--- End quote ---
Paragraf “9”


142  Dakkhiṇāvibhanga Sutta - Penjelasan tentang Persembahan
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---2. Kemudian Mahāpajāpatī Gotamī membawa sepasang jubah baru dan mendatangi Sang Bhagavā,.  Setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, sepasang jubah baru ini telah dipintal oleh saya, ditenun oleh saya, khusus untuk Sang Bhaagvā. Yang Mulia, sudilah Sang Bhagavā menerima ini demi belas kasihan.”
--- End quote ---


--- Quote ---4. “Demikianlah, Ānanda, demikianlah! Ketika seseorang, berkat orang lain, berlindung pada Sang Buddha, Dhamma, dan Sangha, Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara memberikan penghormatan, bangkit untuknya, memberikan salam penghormatan dan pelayanan sopan., dan dengan memberikan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan.
--- End quote ---


--- Quote ---6. ……

“Dengan memberikan suatu pemberian kepada seorang seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah memasuki-arus, …..
--- End quote ---

hemayanti:
KELOMPOK ENAM LANDASAN (SAḶĀYATANAVAGGA)

143  Anāthapiṇḍikovāda Sutta - Nasihat kepada Anāthapiṇḍika
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---6. “Perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: ‘Aku tidak akan melekat pada bentuk-bentuk, dan kesadaranku tidak akan bergantung pada bentuk-bentuk.’ Demikianlah engkau harus berlatih. Engkau harus belatih sebagai berikut: ……
--- End quote ---


144  Channovāda Sutta - Nasihat kepada Channa
Spoiler: ShowHide
Paragraf 8 dan 9 tidak ada.


145  Puṇṇovāda Sutta - Nasihat kepada Puṇṇa
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---3. “Puṇṇa, ada Bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Jika seorang bhikkhu bergembira di dalamnya, menyambutnya, dan terus-menerus menggenggamnya, maka kegembiraan muncul dalam dirinya. Dengan munculnya kegembiraam, Puṇṇa, maka muncul pula penderitaan, Aku katakan.  Ada, Puṇṇa, suara-suara yang dikenali oleh telinga … bau-bauan yang dikenali oleh hidung … rasa kecapan yang dikenali oleh lidah … obyek-obyek sentuhan yang dikenali oleh badan … obyek-obyek pikiran yang dikenali oleh pikiran yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, [268] dan merangsang nafsu. Jika seorang bhikkhu bergembira di dalamnya, menyambutnya, dan terus-menerus menggenggamnya, maka kegembiraan muncul dalam dirinya. Dengan munculnya kegembiraam, Puṇṇa, maka muncul pula penderitaan, Aku katakan.

4. “Puṇna, ada bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata … suara-suara yang dikenali oleh telinga … bau-bauan yang dikenali oleh hidung … rasa kecapan yang dikenali oleh lidah … obyek-obyek sentuhan yang dikenali oleh badan … obyek-obyek pikiran yang dikenali oleh pikiran yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Jika seorang bhikkhu tidak bergembira di dalamnya, tidak menyambutnya, dan tidak terus-menerus menggenggamnya, maka kegembiraan lenyap dalam dirinya. Dengan lenyapnya kegembiraam, Puṇṇa, maka lenyap pula penderitaan, Aku katakan.
--- End quote ---


--- Quote ---7. Kemudian, dengan senang dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā, Yang Mulia Puṇṇa bangkit dari duduknya, dan setelah bersujud kepada Sang Bhagavā, pergi dengan Beliau tetap di sisi kanannya. Kemudian ia merapikan tempat tinggalnya,  dengan membawa mangkuk dan jubah luarnya, ia melakukan perjalanan menuju negeri Sunāparanta. Dengan berjalan secara bertahap, ia akhirnya tiba di negeri Sunāparanta dan menetap di sana. kemudian, selama masa vassa, Yang Mulia Puṇṇa menegakkan lima ratus umat awam laki-laki dan lima ratus umat awam perempuan dalam praktik, dan ia sendiri mencapai tiga pengetahuan sejati. Beberapa waktu kemudian, Yang Mulia Puṇṇa mencapai Nibbāna akhir.
--- End quote ---
Kapital.
 

146  Nandakovāda Sutta - Nasihat dari Nandaka
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---2. Kemudian Mahāpajāpatī Gotamī bersama dengan lima ratus bhikkhunī mendatangi Sang bhagavā. Setelah bersujud kepada Sang Bhagavā, ia berdiri di satu sisi dan berkata kepada Beliau: “Yang Mulia, sudilah Sang Bhagavā menasihati para bhikkhunī, sudilah Sang Bhagavā memberikan isntruksi kepada para bhikkhunī, sudilah Sang Bhagavā memberikan khotbah Dhamma kepada para bhikkhunī.”
--- End quote ---


--- Quote ---6. “Saudari-saudari, khotbah ini akan disampaikan dalam bentuk pertanyaan. Jika kalian mengerti maka katakanlah: ‘Kami mengerti’; jika kalian tidak mengerti maka katakanlah: ‘Kami tidak mengerti’; jika kalian ragu-ragu atau bingung maka kalian harus bertanya: ‘Bagaimanakah ini, Yang Mulia? Apakah makna dari hal ini?’”
--- End quote ---
Paragraf 5.


--- Quote ---9. ……

“Demikian pula, Saudari-saudari, apakah seseorang mengatakan dengan benar jika ia berkata: ‘Enam landasan internal ini adalah tidak kekal dam tunduk pada perubahan, tetapi perasaan yang menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan yang dialami seseorang dengan bergantung pada enam landasan internal ini adalah kekal, bertahan selamanya, abadi, tidak tunduk pada perubahan’?”
--- End quote ---
Di paragraf 10 juga.


--- Quote ---27. Segera setelah mereka pergi, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu, seperti halnya pada hari Uposatha tanggal lima belas orang-orang tidak ragu atau bingung sehubungan dengan apakah bulan penuh atau tidak, karena bulan jelas penuh, demikian pula, para bhikkhunī itu puas dengan ajaran Dhamma dari Nandaka, tetapi kehendak mereka telah belum terpenuhi. Para bhikkhu, bahkan yang paling tidak maju di antara kelima ratus bhikkhunī itu adalah seorang pemasuk-arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam sengsara, pasti [mencapai kebebasan], menuju pencerahan.”
--- End quote ---


148  Chachakka Sutta - Enam Kelompok Enam
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---4. (i) “’Enam landasan internal harus dipahami.’ Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ada landasan-mata, landasan-telinga, landasan-hidung, landasan-lidah, landasan-badan, landasan-pikiran. Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: ’Eam landasan internal harus dipahami.’ Ini adalah kelompok enam pertama. [281]
--- End quote ---


--- Quote ---9. “’Enam kelompok keinginan harus dipahami.’ Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Dengan bergantung pada mata dan bentuk-bentuk, muncul kesadaran-mata; ……
--- End quote ---
9. (vi)


--- Quote ---14. (vi) “Jika seseorang mengatakan, ‘Pikiran adalah diri,’ itu tidak dapat dipertahankan. Timbul dan tenggelamnya pikiran adalah nyata, dan karena timbul dan tenggelamnya pikiran adalah nyata, maka berarti: ‘Diriku adalah timbul dan tenggelam. Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan bagi seseorang yang mengatakan, ‘Pikiran adalah diri.’ Dengan demikian pikiran adalah bukan diri.
--- End quote ---
15. (vi)


--- Quote ---(LENYAPNYA IDENTITAS)

16. “Sekarang, Para bhikkhu, ini adalah jalan menuju lenyapnya identitas.  (i) Seseorang menganggap mata sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’ Ia menganggap bentuk-bentuk sebagai berikut … Ia menganggap kesadaran-mata sebagai berikut … Ia menganggap kontak-mata sebagai berikut … Ia menganggap perasaan sebagai berikut … Ia menganggap keinginan sebagai berikut: ‘Ini  bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’

17-21. (ii-vi) “Seseorang menganggap telinga sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’ … Seseorang menganggap hidung sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’ … Seseorang menganggap lidah sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’ … Seseorang menganggap badan sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’ Seseorang menganggap pikiran sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’ Seseorang menganggap obyek-obyek pikiran sebagai berikut … Seseorang menganggap kesadaran-pikiran … Seseorang menganggap kontak-pikiran sebagai berikut … Seseorang menganggap perasaan [285] sebagai berikut … Seseorang menganggap keinginan sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’
--- End quote ---
Peragraf 22.
Paragraf 23-27. (ii-vi)


--- Quote ---(DITINGGALKANNYA KECENDERUNGAN TERSEMBUNYI)
……

29-33. (ii-vi) “Para bhikkhu, dengan bergantung pada telinga dan suara-suara, kesadaran-telinga muncul … Dengan bergantung pada pikiran dan obyek-obyek pikiran, kesadaran-pikiran muncul; pertemuan dari ketiga ini adalah kontak; dengan kontak sebagai kondisi maka muncullah [perasaan] yang dirasakan sebagai menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyenangkan-juga-bukan-menyakitkan ... Para bhikkhu, bahwa seseorang di sini dan saat ini dapat mengakhiri penderitaan dengan meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada nafsu akan perasaan menyenangkan … dengan meninggalkan kebodohan dan membangkitkan pengetahuan sejati - ini adalah mungkin.
--- End quote ---
Paragraf 35-39. (ii-iv)


150  Nagaravindeyya Sutta - Kepada penduduk Nagaravinda
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang mengembara di negeri Kosala bersama dengan sejumlah besar Sangha para bhikkhu, dan akhirnya sampai di sebuah desa Kosala bernama Nagaravinda.
--- End quote ---


--- Quote ---6. “Para perumah tangga, jika para pengembara sekte lain menanyakan kepada kalian sebagai berikut: ‘Tetapi apakah alasan kalian dan apakah bukti kalian sehubungan dengan para mulia itu yang karenanya kalian mengatakan tentang mereka: “Pasti para mulia ini [293] telah terbebas dari nafsu atau sedang berlatih untuk melenyapkan nafsu; mereka telah terbebas dari kebencian atau sedang berlatih untuk melenyapkan kebencian; mereka telah terbebas dari kebodohan atau sedang berlatih untuk melenyapkan kebodohan”?’ – jika ditanya demikian, kalian harus menjawab para pengembara itu sebagai berikut: ‘Adalah karena para mulia itu bertempat tinggal di hutan-hutan belantara yang terpencil. Karena tidak ada bentuk-bentuk yang dapat dikenali oleh mata dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka lihat. Karena tidak ada suara-suara yang dapat dikenali oleh telinga dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka dengar. Karena tidak ada rasa kecapan yang dapat dikenali oleh hidung dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka cium. Karena tidak ada rasa kecapan yang dapat dikenali oleh lidah dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka kecap. Karena tidak ada obyek-obyek sentuhan yang dapat dikenali oleh badan dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka sentuh. Ini adalah alasan kami, Sahabat-sahabat, ini adalah bukti kami yang karenanya kami mengatakan tentang para mulia itu: “Pasti para mulia ini telah terbebas dari nafsu, kebencian, dan kebodohan atau sedang berlatih untuk melenyapkannya.”’ Jika ditanya demikian, Para perumah tangga, maka kalian harus menjawab seperti ini.”
--- End quote ---
“bau-bauan”.


152  Indriyabhāvanā Sutta - Pengembangan Indria-Indria
Spoiler: ShowHide

--- Quote ---4. Kemudian, mengetahui hal ini, Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Ānanda: “Ānanda, Brahmana Pārāsariya mengajarkan pengembangan indria-indria kepada para siswanya dalam satu cara, tetapi dalam Disiplin Para Mulia pengembangan indria-indria yang tertinggi adalah bukan seperti itu.”
--- End quote ---
Paragraf 3.

Navigation

[0] Message Index

[*] Previous page

Go to full version