Jika penerima dàna adalah orang disayangi, ia harus merasa gembira dengan merenungkan, “Seseorang yang kusayangi meminta sesuatu dariku”;
jika penerima dàna adalah orang yang netral, ia harus merasa gembira dengan merenungkan, “Dengan memberikan dàna ini, ia akan berteman baik denganku,”
jika penerima dàna adalah orang yang memusuhinya, ia harus merasa lebih gembira dengan merenungkan, “Musuhku meminta sesuatu dariku, dengan dàna ini semoga ia menjadi teman baikku.”
Demikianlah ia harus memberikan dàna kepada orang yang netral atau kepada musuh dengan cara yang sama seperti ia berdana kepada orang yang ia sayangi dengan penuh welas asih yang didahului oleh cinta kasih.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ketika Berada Dalam Kesulitan Besar
Jika seseorang yang bercita-cita mencapai Kebuddhaan merasa begitu terikat dengan objek yang akan didanakan, sehingga tidak mungkin melepaskan karena keserakahan, ia harus merenungkan,
“Engkau, orang baik, bercita-cita mencapai Kebuddhaan, saat engkau memutuskan untuk mencapainya, untuk menolong makhluk-makhluk, tidakkah seharusnya engkau rela memberikan tubuhmu serta perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan dengan mengorbankan tubuhmu serta buah yang dihasilkan. Sebaliknya, engkau bahkan terikat dengan objek-objek eksternal; seperti mandi seekor gajah. Jadi engkau tidak seharusnya terikat dengan objek apa pun.”
(Binatang-binatang lain mandi untuk membersihkan tubuhnya. Gajah mandi bukan untuk membersihkan tubuhnya, melainkan untuk menghancurkan pucuk-pucuk dan batang-batang bunga teratai. Bagaikan gajah yang mandi dengan percuma, kemelekatan terhadap objek-objek eksternal juga sama percumanya, tidak akan membawa menuju Kebuddhaan).
Ibarat sebatang pohon obat-obatan; mereka yang membutuhkan akarnya, akan mengambil akarnya; mereka yang membutuhkan kulit batang, batang, dahan, daun, bunga, dan buahnya, mengambil apa pun yang mereka butuhkan. Meskipun akar, batang, daun, dan bagian-bagian lainnya diiris, dipetik dan diambil, pohon obat tersebut tidak pernah terganggu oleh pikiran “mereka telah mengambil milikku.”
Demikian pula halnya, Bodhisatta harus merenungkan, “Aku, yang telah berusaha keras demi kesejahteraan makhluk-makhluk, tidak akan berpikiran buruk sedikit pun juga dalam melayani makhluk lain melalui tubuh yang menyedihkan dan menjijikkan ini. Empat unsur, apakah internal (tubuh) maupun eksternal (dunia luar) semuanya akan mengalami pembusukan, dan tercerai-berai; tidak ada bedanya unsur internal dan unsur eksternal. Karena tidak adanya perbedaan tersebut, keterikatan terhadap jasmani, dengan berpikir “ini milikku, ini adalah aku, ini diriku” ternyata hanyalah ilusi atau khayalan belaka. Dengan demikian, tanpa memedulikan tanganku, kakiku, mataku, dagingku, dan darahku, seperti halnya objek-objek eksternal, aku harus siap mendanakan seluruh tubuhku, dengan berpikir, “Kepada siapa pun yang menginginkan tubuhku, silakan ambil.”
……………………………………………………………………………………………………............................................................
~RAPB1, pp. 102-103~