Dan saya pernah dengar bahwa untuk melatih direct Vipasanna bagi umat awam, maka ia harus melatih intensif biasanya harus 10 hari lebih, kalau sampai terputus dan semata-mata ia melatih dirumah 1-3 jam pun, itu tidak berarti terlalu banyak. Jadi orang tersebut mengatakan seperti yo-yo maju mundur. Kecuali dia intensif seharian berlatih. Apalagi seorang perumah tangga yang melakukan aktivitas seksual suami istri ketika sedang tidak berlatih vipasana.
Berbeda dengan berlatih samatha hingga tercapainya jhana. di rumah misal dia intensif latihan 2-3 jam sehari 2x dengan memperhatikan sila yang ada, lebih cepat mencapainya.
Saudara Bond yang baik,
Maaf saya memiliki pendapat yang berbeda, kalau menurut saya bila seseorang berlatih Vipassana walaupun 2-3 jam sehari tetap sangat berarti, walaupun tentu saja lebih baik bila mereka berlatih seharian penuh. Mahasi Sayadaw mengatakan: "setiap tarikan nafas yang dilakukan dengan penuh perhatian akan membawa kita semakin dekat ke Nibbana".
Pada seseorang yang memiliki Jhana memang pencapaiannya akan lebih cepat bila dia berlatih Vipassana, tetapi untuk mencapai kemajuan hingga tercapai Jhana adalah sama sulit atau bahkan lebih sulit daripada, mencapai kemajuan Nana-nana dalam meditasi direct Vipassana.
Ada perumpamaan yang dibuat oleh sebagian meditator (entah umat awam maupun bhikkhu) yang memulai dengan samatha yaitu:
"Bagaimana kita bisa melihat apa yang ada dalam kolam bila airnya keruh?, jadi endapkan dahulu kekotorannya, setelah kekotorannya mengendap dan air kolamnya menjadi jernih baru kita dapat melihat apa yang ada dalam kolam tersebut dengan mudah. Demikian juga dengan Vipassana, endapkan dahulu kekotoran batin, maka setelah kekotoran batin menjadi mengendap akan lebih mudah melihat kekotoran tersebut".
Logika sederhana yang baik, tetapi logika ini dibuat oleh mereka yang mungkin belum pernah berlatih direct Vipassana. Logika ini hanya menimbulkan rasa skeptis pada direct Vipassana.
Ada hal-hal yang dilupakan oleh pemeditator Samatha yang bersemboyan pada logika tsb, yaitu:
- Dalam meditasi Vipassana kita bukan berusaha menilai ini kekotoran atau bukan, tidak demikian. Dalam Vipassana kita berusaha melihat semua fenomena (baik yang bersih maupun yang kotor) sebagaimana apa adanya , yaitu melihat karakteristik dari semua kondisi (tilakkhana).
- Dalam Vipassana baik kekotoran batin maupun pikiran-pikiran yang baik adalah objek Vipassana yang baik. Semua merupakan objek yang patut diperhatikan, tetapi harus diingat waktu memperhatikan kita jangan sampai terseret pada bentuk-bentuk batin tersebut.
- melihat kebaikan atau keburukan batin tak memerlukan Jhana. contohnya: apakah kita memerlukan Jhana bila melihat kemarahan muncul, iri hati, keserakahan, rasa tidak puas dsbnya? Demikian juga apakah kita memerlukan Jhana untuk melihat bila rasa senang, gembira, nikmat, bahagia, tenang, damai dsbnya muncul?
- dalam Vipassana kita tak menilai ini baik atau ini buruk, seorang pemeditator Vipassana melihat tanpa bereaksi terhadap apa yang muncul , mereka tidak tertarik untuk menilai baik atau buruknya yang dilihat, mengapa demikian? Pada waktu batin kita mulai menilai ini baik atau buruk, maka maka timbullah persepsi terhadap objek yang kita perhatikan dan timbullah kemelekatan.
- Pemeditator Vipassana hanya memperhatikan semua proses yang muncul dari awal, berkembang penuh dan kemudian tenggelam kembali. Jadi hanya prosesnya yang diperhatikan dengan teliti, bukan isinya.
- Bagi seorang pemeditator Samatha yang akan berlatih Vipassana bukan Jhananya yang membantu mereka ber-Vipassana tetapi konsentrasinya, karena tak mungkin mereka berlatih Vipassana selagi berada dalam Jhana, mereka harus keluar dulu dari Jhana.
Lantas apakah manfaat terbesar pencapaian Jhana dalam melatih Vipassana?
Manfaat utamanya memiliki Jhana adalah, konsentrasinya yang masih kuat ketika baru keluar dari Jhana dapat membantu meditator memperhatikan objek dengan lebih terkonsentrasi dalam waktu lama tanpa terganggu oleh bentuk-bentuk pikiran yang muncul.
Tetapi fungsi konsentrasi seperti inipun juga akan muncul pada pemeditator direct Vipassana, bila mereka berlatih dengan intensif sebagaimana layaknya pemeditator Samatha. Itulah sebabnya ada seorang guru meditasi Vipassana yang mengatakan, " it was too easy for a Vipassana meditator to achieve Jhana"
Coba perhatikan bahwa pemeditator Samatha mengatakan sangat mudah berlatih Vipassana bila kita memiliki Jhana.
Seorang meditator Vipassana juga mengatakan hal yang sama, "sangat mudah bagi pemeditator Vipassana untuk mencapai Jhana"
Lantas apa korelasinya disini? Tak lain dan tak bukan adalah konsentrasinya, bukan Jhananya. Karena bila konsentrasi kita kuat maka, kita dapat melihat segala sesuatu apa adanya. Dengan konsentrasi yang kuat pikiran menjadi lentur dan mudah diarahkan.
Semoga kita semua berbahagia.