//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - dilbert

Pages: 1 ... 246 247 248 249 250 251 252 [253] 254 255 256
3781
Tampaknya ini sebuah terjemahan bebas.
Boleh minta referensi sutta-nya? Terima kasih.

Salam,
hudoyo

Cerita di atas diambil dari buku JALUR TUA AWAN PUTIH karya Thicht Nhat Hanh... kelihatannya di bagian belakang buku ada tertulis sumber referensi. Nanti besok coba saya check...

3782
Studi Sutta/Sutra / Re: prajna paramitta hdrya sutra
« on: 07 July 2008, 10:42:01 PM »
[
Menurut studi literatur yang saya lakukan, hanya beberapa buku yang dengan tegas menyatakan bahwa terjemahan sebenarnya adalah SANG BODHISATVA (dalam hal ini adalah BODHISATVA SIDDHARTA GAUTAMA ---  sebelum SIDDHARTA mencapai penerangan sempurna dan menjadi BUDDHA) dan bukan BODHISATVA AVALOKITESVARA (dalam bahasa Mandarin disebut dengan KWAN SE IM POU SAT)...

Mengapa bisa terjadi "ke-silapan" terjemahan ini ?? Bukan lain adalah dari kata ARYAVALOKITESVARA BODHISATO pada awal SUTRA HATI... Terjemahan bebas dan secara gampang mencantumkan nama BODHISATVA AVALOKITESVARA... yang sebenarnya jika kita melihat terjemahan dalam bahasa MANDARIN dikatakan...

KWAN CE CAI POU SAT... terjemahan yang benar adalah SANG BODHISATVA sedang dalam SAMADHI... BEDAKAN dengan KWAN SE IM POU SAT (BODHISATVA AVALOKITESVARA)...

Kemudian juga jika ditanya apa hubungan antara BODHISATVA AVALOKITESVARA dengan SARIPUTRA (murid utama BUDDHA GAUTAMA)... dimana mereka bertemu ??? selain alih-alih mengatakan mereka bertemu di alam surga... Karena BODHISATVA AVALOKITESVARA hanya bisa kita kenal pada SADDHARMA PUNDARIKA SUTRA (Sutra Bunga Teratai). Secara historis tidak pernah disebutkan bahwa murid-murid Sang Buddha pernah bertemu dengan BODHISATVA manapun.

Yang disampaikan Sdr. Dilbert sangat menarik. Jika kita memilah-pilah kata avalokitesvara dan semenjak kita juga menemukan kata kerja dalam bahasa Pali “apalokita” yang berarti memandang, dan kata “avalokayati” yang berarti memperhatikan, mengamati, merenungkan, maka kita memang bisa menerjemahkan avalokitesvara bodhisattva sebagai Sang Bodhisattva sedang bersamadhi, merenungkan…. Tapi muncul pertanyaan:

Dalam versi panjang dari Prajnaparamita hrdaya sutra tertulis:
---
evaṁ mayā śrutam| ekasmin samaye bhagavān rājagṛhe viharati sma gṛdhrakūṭe parvate mahatā bhikṣusaṁghena sārdhaṁ mahatā ca bodhisattvasaṁghena| tena khalu samayena bhagavān gambhīrāvasaṁbodhaṁ nāma samādhiṁ samāpannaḥ| tena ca samayena āryāvalokiteśvaro bodhisattvo mahāsattvo gambhīrāyāṁ prajñāpāramitāyāṁ caryāṁ caramāṇaḥ evaṁ vyavalokayati sma| pañca skandhāṁstāṁśca svabhāvaśūnyaṁ vyavalokayati||………………..

Thus have I heard. Once the Blessed One was dwelling in Rajagriha at Vulture Peak mountain, together with a great gathering of the sangha of monks and a great gathering of the sangha of bodhisattvas. At that time the Blessed One entered the samadhi that expresses the dharma called "profound illumination," and at the same time noble Avalokiteshvara, the bodhisattva mahasattva, while practicing the profound prajnaparamita, saw in this way: he saw the five skandhas to be empty of nature. ………………..

Skip……..

atha khalu bhagavān tasmātsamādhervyutthāya āryāvalokiteśvarasya bodhisattvasya sādhukāramadāt- sādhu sādhu kulaputra| evametat kulaputra, evametad gambhīrāyāṁ prajñāpāramitāyāṁ caryaṁ cartavyaṁ yathā tvayā nirdiṣṭam| anumodyate tathāgatairarhadbhiḥ||

Then the Blessed One arose from that samadhi and praised noble Avalokiteshvara, the bodhisattva mahasattva, saying, "Good, good, O son of noble family; thus it is, O son of noble family, thus it is. One should practice the profound prajnaparamita just as you have taught and all the tathagatas will rejoice."
--

Jika kita perhatikan kalimat yang ditebalkan, nampak bahwa ada person yang disebut Bodhisattva Avalokitesvara yang menjelaskan sutra ini.

Bagaimana tanggapan dan pendapat Sdr. Dilbert mengenai hal ini? Dan bukanlah dalam mengartikannya kita perlu mengacu pada teks asal (sanskerta) dibanding dengan teks terjemahan (china)?


Memang teks awal agak sulit menentukan apakah subjek dalam prajnaparamita hrdaya sutra itu adalah bodhisatva avalokitesvara atau bodhisatva siddharta (sebelum mencapai kebuddhaan), kalau menilik kepada terminologi sutra, maka prajnaparamita hrdaya sutra boleh dikatakan sebagai "miliki"-nya buddha sakyamuni (dalam hal ini bodhisatva yang diceritakan adalah bodhisatva siddharta gautama).

Biasanya kalau "punya"-nya bodhisatva adalah pada level dharani, belum pada level sutra / sutta (KOREKSI saya jika saya memang salah, its OK).

Level pemahaman kekosongan (sunyata), inilah yang menandakan tingkat pencapaian penerangan sempurna (kebuddhaan). Sedangkan Bodhisatva (dalam hal ini Avalokitesvara) belum pada level pencapaian Ke-BUDDHA-an...

3783
Diskusi Umum / Re: Manusia ada inti yang kekal atau tidak
« on: 07 July 2008, 10:04:52 PM »
Jawaban Buddha atas pertanyaan Uruvela Kassapa tentang ATTA !!

--------------------------------------------------------------------------------

Suatu siang, kala Buddha dan Kassapa sedang berdiri di tepi sungai Neranjara, Kassapa berkata, "Gotama, di hari sebelumnya engkau menyebutkan tentang memeditasikan tubuh, perasaan-perasaan, persepsi persepsi, bentuk-bentuk pikiran dan kesadaran. Aku telah melatih meditasi itu, dan mulai dapat memahami betapa berbagai perasaan dan persepsi seseorang menentukan kualitas kehidupannya. Aku juga melihat tidak adanya elemen kekal abadi yang dapat diketemukan di dalam salah satu dari kelima sungai itu. Aku bahkan dapat melihat bahwa keyakinan akan suatu diri yang terpisah keliru adanya. Namun, aku masih belum mengerti mengapa seseorang menelusuri jalur spiritual jika tanpa adanya diri ? Siapakah yang akan menjadi terbebaskan ?

Buddha bertanya, "Kassapa, apakah engkau setuju penderitaan merupakan suatu kebenaran ?"

"Ya Gotama, aku setuju penderitaan merupakan suatu kebenaran".

"Apakah engkau setuju penderitaan pasti ada seban-sebabnya ?"

"Ya, aku setuju penderitaan pasti ada sebab-sebabnya ?"

"Kassapa, ketika sebab sebab penderitaan hadir, maka penderitaan juga hadir. Ketika sebab sebab penderitaan dihilangkan, maka penderitaan pun hilang."

"Ya, aku melihat ketika sebab sebab penderitaan dihilangkan, penderitaan itu sendiri akan hilang."

"Penyebab penderitaan adalah kebodohan bathin, suatu cara yang keliru untuk melihat realita. Berpikir bahwa yang tidak kekal sebagai kekal merupakan kebodohan bathin. Berpikir ada diri sementara tak ada yang disebut diri merupakan kebodohan bathin. Dari kebodohan bathin lahirlah keserakahan, ketakutan, iri hati, dan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya. Jalan menuju pembebasan adalah jalan untuk melihat segala sesuatu secara mendalam agar benar benar mampu memahami sifat dasar ketidak kekalan (Anicca), tiada diri yang terpisah (An-atta), akan saling ketergantungan dari segala sesuatu (Pattica Samupada). Jalan ini adalah jalan untuk mengatasi kebodohan bathin. Setelah kebodohan bathin di atasi, penderitaan pun terlampaui. Itulah pembebasan sejati. Tak perlu ada suatu diri di sana untuk dibebaskan."

....

Uruvela Kassapa duduk hening untuk sesaat, lalu berkata, "Gotama, aku tahu engkau berbicara hanya dari pengalaman langsungmu sendiri. Kata katamu tidak hanya menyatakan konsep konsep. Kau katakan pembebasan hanya dapat dicapai melalui berbagai upaya meditasi, melihat segala sesuatu secara mendalam. Apakah engkau berpikir semua upacara, ritual dan doa sama sekali tidak berguna ?"

Buddha menunjuk ke sisi seberang sungai dan berkata, "Kassapa, jika seseorang hendak menyeberang ke sisi seberang sana, apa yang seharusnya ia lakukan ?"

"Jika airnya cukup dangkal, maka dia dapat berjalan menyeberang ke sana. Jika tidak, maka dia harus berenang atau mengayuh perahu ke seberang."

"Aku setuju. Tetapi, bagaimana jika ia tidak mau berjalan menyeberang, berenang atau mengayuh perahu ? Bagaimana jika ia hanya berdiri saja di sisi sungai ini dan berdoa agar sisi sungai di seberang sana mendatangi dirinya ? Bagaimana pendapatmu tentang orang semacam ini ?"

"Aku berpendapat ia agak bodoh!"

"Demikianlah Kassapa.! Jika seseorang tidak mengatasi kebodohan bathin dan berbagai penghalang mental lainnya, maka, orang itu tak akan dapat menyeberang ke sisi lainnya menuju pembebasan. Meskipun ia menghabiskan seumur hidupnnya untuk berdoa."

Tiba tiba kassapa meledak dalam isak tangis dan menjatuhkan diri berlutut di hadapan telapak kaki BUDDHA. "Gotama, aku telah menghabiskan lebih dari separuh hidupku. Mohon terimalah aku sebagai muridmu dan berikanlah aku kesempatan untuk belajar dan berlatih jalan menuju pembebasan bersamamu."

(demikian kisah bagaimana Uruvela Kassapa kemudian bergabung dengan Sangha)

3784
Jawaban Buddha atas pertanyaan Uruvela Kassapa tentang ATTA !!

--------------------------------------------------------------------------------

Suatu siang, kala Buddha dan Kassapa sedang berdiri di tepi sungai Neranjara, Kassapa berkata, "Gotama, di hari sebelumnya engkau menyebutkan tentang memeditasikan tubuh, perasaan-perasaan, persepsi persepsi, bentuk-bentuk pikiran dan kesadaran. Aku telah melatih meditasi itu, dan mulai dapat memahami betapa berbagai perasaan dan persepsi seseorang menentukan kualitas kehidupannya. Aku juga melihat tidak adanya elemen kekal abadi yang dapat diketemukan di dalam salah satu dari kelima sungai itu. Aku bahkan dapat melihat bahwa keyakinan akan suatu diri yang terpisah keliru adanya. Namun, aku masih belum mengerti mengapa seseorang menelusuri jalur spiritual jika tanpa adanya diri ? Siapakah yang akan menjadi terbebaskan ?

Buddha bertanya, "Kassapa, apakah engkau setuju penderitaan merupakan suatu kebenaran ?"

"Ya Gotama, aku setuju penderitaan merupakan suatu kebenaran".

"Apakah engkau setuju penderitaan pasti ada seban-sebabnya ?"

"Ya, aku setuju penderitaan pasti ada sebab-sebabnya ?"

"Kassapa, ketika sebab sebab penderitaan hadir, maka penderitaan juga hadir. Ketika sebab sebab penderitaan dihilangkan, maka penderitaan pun hilang."

"Ya, aku melihat ketika sebab sebab penderitaan dihilangkan, penderitaan itu sendiri akan hilang."

"Penyebab penderitaan adalah kebodohan bathin, suatu cara yang keliru untuk melihat realita. Berpikir bahwa yang tidak kekal sebagai kekal merupakan kebodohan bathin. Berpikir ada diri sementara tak ada yang disebut diri merupakan kebodohan bathin. Dari kebodohan bathin lahirlah keserakahan, ketakutan, iri hati, dan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya. Jalan menuju pembebasan adalah jalan untuk melihat segala sesuatu secara mendalam agar benar benar mampu memahami sifat dasar ketidak kekalan (Anicca), tiada diri yang terpisah (An-atta), akan saling ketergantungan dari segala sesuatu (Pattica Samupada). Jalan ini adalah jalan untuk mengatasi kebodohan bathin. Setelah kebodohan bathin di atasi, penderitaan pun terlampaui. Itulah pembebasan sejati. Tak perlu ada suatu diri di sana untuk dibebaskan."

....

Uruvela Kassapa duduk hening untuk sesaat, lalu berkata, "Gotama, aku tahu engkau berbicara hanya dari pengalaman langsungmu sendiri. Kata katamu tidak hanya menyatakan konsep konsep. Kau katakan pembebasan hanya dapat dicapai melalui berbagai upaya meditasi, melihat segala sesuatu secara mendalam. Apakah engkau berpikir semua upacara, ritual dan doa sama sekali tidak berguna ?"

Buddha menunjuk ke sisi seberang sungai dan berkata, "Kassapa, jika seseorang hendak menyeberang ke sisi seberang sana, apa yang seharusnya ia lakukan ?"

"Jika airnya cukup dangkal, maka dia dapat berjalan menyeberang ke sana. Jika tidak, maka dia harus berenang atau mengayuh perahu ke seberang."

"Aku setuju. Tetapi, bagaimana jika ia tidak mau berjalan menyeberang, berenang atau mengayuh perahu ? Bagaimana jika ia hanya berdiri saja di sisi sungai ini dan berdoa agar sisi sungai di seberang sana mendatangi dirinya ? Bagaimana pendapatmu tentang orang semacam ini ?"

"Aku berpendapat ia agak bodoh!"

"Demikianlah Kassapa.! Jika seseorang tidak mengatasi kebodohan bathin dan berbagai penghalang mental lainnya, maka, orang itu tak akan dapat menyeberang ke sisi lainnya menuju pembebasan. Meskipun ia menghabiskan seumur hidupnnya untuk berdoa."

Tiba tiba kassapa meledak dalam isak tangis dan menjatuhkan diri berlutut di hadapan telapak kaki BUDDHA. "Gotama, aku telah menghabiskan lebih dari separuh hidupku. Mohon terimalah aku sebagai muridmu dan berikanlah aku kesempatan untuk belajar dan berlatih jalan menuju pembebasan bersamamu."

(demikian kisah bagaimana Uruvela Kassapa kemudian bergabung dengan Sangha

3785

Di kutip dari buku Jalur Tua Awan Putih (Jilid 2) karya Y.A.Thicht Nhat Hanh. Bab 51, hal 221.

...

Suatu hari di bulan purnama, Putri Vajiri (putri Raja Pasenadi dari Kosala) meminta anak anak (dari kelas dharma) membawa bunga untuk dipersembahkan kepada Buddha. Anak-anak tiba dengan aneka bunga yang dipetika dari kebun mereka dan dari ladang ladang di sepanjang jalan menuju vihara. Putri Vajiri membawa serangkul bunga teratai yang dikumpulkannya dari kolam teratai istana. Ketika dia bersama anak anak pergi menemui bhagava di gubuk-Nya, mereka dengar Beliau ada di aula Dharma dan sedang bersiap siap memberikan ceramah untuk para bhikkhu dan siswa awam. Tanpa bersuara tuan putri menuntun anak anak menuju aula. Orang dewasa menyingkir untuk memberikan jalan bagi anak anak. Mereka menaruh bunga ke atas meja kecil dihadapan Buddha lalu membungkuk hormat. Bhagava tersenyum dan balas membungkuk hormat. Beliau mengundang anak anak untuk duduk tepat di hadapan-Nya.

Ceramah Dharma Bhagava hari ini adalah yang paling spesial. Beliau menunggu hingga anak anak duduk dengan hening lalu bangkit berdiri dengan perlahan. Buddha mengambil setangkai teratai dan mengacungkannya ke hadapan komunitas. Beliau tidak mengatakan apa apa. Setiap orang duduk tanpa suara. Buddha mengacungkan bunga itu tanpa mengatakan apa apa untuk jangka waktu yang lama. Hadirin tertegun dan bertanya tanya apa maksud Beliau melakukan hal itu. Lalu Bhagava memandang seluruh komunitas dan tersenyum.

Beliau berkata, " Aku memiliki mata Dharma sejati, harta karun insight yang menakjubkan dan baru saja kuwariskan kepada MahaKassapa."

Semua orang berpaling kepada Y.A. MahaKassapa dan melihat dia sedang tersenyum. Matanya tidak berpindah dari Buddha dan bunga teratai yang dipegang-Nya. Ketika hadirin berpaling kepada Bhagava, mereka melihat Bhagava juga sedang menatap teratai itu dan tersenyum.

Kendati merasa tertegun, Svasti (seorang bhikkhu muda yang menjadi sentral cerita dalam Buku Jalur Tua Awan Putih) tahu hal terpenting adalah mempertahankan perhatian penuh. Mulailah dia mengamati nafasnya sambil melihat Buddha. Teratai putih di tangan Bhagava baru saja mekar. Beliau memegang bunga itu dengan sikap paling lembut dan mulia. Ibu jari dan telunjuk Beliau memegang tangkai teratai yang mengikuti lekuk lengan-Nya. Tangan Bhagava seindah tangkai itu sendiri, murni dan menakjubkan. Tiba tiba, svasti benar benar melihat kemurnian dan keindahan mulia bunga itu. Tiada sesuatu untuk dipikirkan. Alami sekali, senyum pun muncul di wajahnya.

Buddha mulai bicara, "Sahabat sekalian, bunga ini adalah sebuah realitas yang sangat menakjubkan. Ketika kuacungkan bunga ini dihadapan kalian, kalian semua berpeluang untuk mengalaminya. Berkontak dengan bunga ini adalah berkontak dengan realitas yang sangat menakjubkan. Kontak dengan bunga ini adalah berkontak dengan kehidupan itu sendiri."

"MahaKassapa tersenyum lebih dahulu dari yang lain karena ia mampu berkontak dengan bunga ini. Selama rintangan masih ada di pikiran kalian, kalian tak akan dapat berkontak dengan bunga ini. Beberapa di antara kalian ada yang bertanya kepada diri sendiri, "Mengapa Gotama mengacungkan bunga itu ke atas ? Apa gerangan makna gerakannya ?" Jika pikiran kalian dipenuhi pemikiran semacam itu, kalian tak akan benar benar dapat mengalami bunga ini."

"Sahabat sekalian, hilang di belantara pemikiran merupakan salah satu hal yang mencegah kita untuk benar benar kontak dengan kehidupan. Jika kalian dipimpin oleh kecemasan, frustasi, kegelisahan, kemarahan, ataupun kecemburuan, kalian akan kehilangan kesempatan untuk benar benar kontak dengan semua mujizat kehidupan."

"Sahabat sekalian, teratai di tanganku ini hanya nyata bagi mereka yang berdiam dalam kekinian secara penuh kesadaran. Jika kalian tidak kembali ke saat ini juga, maka [bagi kalian] bunga ini tidak benar benar eksis. Ada orang orang yang bisa melintasi hutan cendana tanpa benar benar melihat sebatang pohon pun. Kehidupan memang dipenuhi penderitaan, tetapi kehidupan juga mengandung banyak keajaiban. Eling dan waspadalah agar mampu melihat keduanya, penderitaan maupun hal hal yang sangat menakjubkan dalam kehidupan."

"Bersentuhan dengan penderitaan tidaklah berarti harus lenyap tenggelam di dalamnya. Bersentuhan dengan keajaiban hidup juga tidak mengartikan kita harus kehilangan diri kita di dalamnya. Bersentuhan adalah benar benar menjumpai kehidupan, melihatnya secara mendalam. Jika kita menjumpai kehidupan secara langsung, kita akan memahami sifat dasar saling ketergantungan dan ketidakkekalannya. Berkat itu, kita tidak akan lagi lenyap tenggelam dalam nafsu, kemarahan, maupun kemelekatan. Kita akan berdiam dalam kebebasan dan pembebasan."

Svasti merasa bahagia, Ia senang dirinya tersenyum dan paham sebelum Buddha bicara. Y.A. MahaKAssapa lebih dahulu tersenyum. Dia adalah salah seorang guru svasti dan siswa senior yang telah menempuh jarak yang sangat jauh di jalur pencerahan. Svasti tahu ia tidak bisa membandingkan dirinya dengan MahaKAssapa dan para sesepuh lainnya seperti Sariputra, Moggalana dan Assaji. LAgipula, ia sendiri baru berusia dua puluh empat tahun pada saat itu

3786
Chan atau Zen / Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« on: 07 July 2008, 09:33:09 PM »
kok cerita zen nya ada kesimpulan dan maknanya?
biasanya hanya cerita2 saja, tanpa makna dan kesimpulan..

Ya, benar sekali! Koan yang punya kesimpulan dan makna, itu bukan Koan!

Tujuan Koan adalah sebagai katalis, agar si murid mencari jawaban di dalam
dirinya sendiri. Bukan nya disuguhi jawaban, lalu tiba-tiba... PLAK!

PLAKKKK !!!

3787
Studi Sutta/Sutra / Re: prajna paramitta hdrya sutra
« on: 07 December 2007, 11:50:05 PM »
Disinilah, duhai Sariputra, segala sesuatu (dharma) bercorak sunyata; mereka tak muncul, juga tak berakhir; tidak kotor. juga tidak murni bersih, tidak kurang, tidak lengkap/bertambah.

segala sesuatu (dharma dalam huruf kecil atau lebih disebut dengan fenomena) adalah bercorak sunyata (kosong / tanpa inti yang tetap), dharma tidak muncul (TIDAK DIKETAHUI KAPAN BERAWAL), dharma tidak berakhir (TIDAK DIKETAHUI KAPAN AKAN BERAKHIR), dharma tidak kotor, tidak bersih, tidak kurang dan tidak bertambah. (BEDAKAN DENGAN Dharma (huruf D dalam huruf besar) yang berarti Dharma ajaran Buddha). dharma adalah keseluruhan hukum alam. sedangkan Dharma adalah ajaran buddha. Dharma ajaran buddha bisa lenyap dari dunia ini, tetapi dharma (segala fenomena) tetap ada

3788
Studi Sutta/Sutra / Re: prajna paramitta hdrya sutra
« on: 07 December 2007, 11:41:01 PM »
Sang Bodhisattva sedang bersamadhi, merenungkan Prajnaparamita yang dalam dan luhur. Beliau memandang dari atas ke bawah; tertampaklah, bahwa panca skandha (lima kelompok kehidupan) itu sebenarnya kosong.

Duhai Sariputra, rupa (bentuk jasmani) adalah kekosongan (sunyata) dan sunyata itu rupa; sunyata tidak berbeda dari rupa, rupa juga tidak berbeda dari sunyata; rupa apapun juga, itulah sunyata; sunyata apapun juga, itulah rupa. Ini pun berlaku bagi vedana (perasaan), samjna (pencerapan), samskara (bentuk-bentuk mental), dan Vijnana (kesadaran).


Dikatakan bahwa panca skandha (lima kelompok kehidupan) yang membentuk makhluk hidup adalah pada dasarnya "KOSONG"... apa artinya "KOSONG" ?? KOSONG disini bukan berarti TIDAK ADA APA APA (NIHIL) tetapi artinya adalah TANPA INTI YANG TETAP...

Apa artinya TANPA INTI YANG TETAP ?? bahwasanya suatu makhluk hidup (yang terdiri dari 5 bagian kelompok kehidupan) itu ada karena kelima skandha itu eksis (ada) dan saling berinteraksi. Semua skandha adalah sama penting dan tidak ada yang menjadi inti (awal permulaan)... jika kondisi tepat, maka kelima skandha ini akan membentuk apa yang kita sebut dengan makhluk hidup... (dalam hal ini yang kita bahas adalah makhluk yang terdiri dari 5 skandha, karena ada makhluk yang terdiri dari 3 dan 4 skandha seperti  bakteri, virus dsbya yang tidak memiliki kesadaran (vinnana)).

3789
Studi Sutta/Sutra / Re: prajna paramitta hdrya sutra
« on: 07 December 2007, 11:27:08 PM »
Sang Bodhisattva sedang bersamadhi, merenungkan Prajnaparamita yang dalam dan luhur. Beliau memandang dari atas ke bawah; tertampaklah, bahwa panca skandha (lima kelompok kehidupan) itu sebenarnya kosong.

Awal penjelasan ini menurut saya perlu diluruskan. MENGAPA ???
Dalam banyak terjemahan SUTRA HATI ke dalam bahasa Indonesia sering saya temukan terjemahan sebagai berikut :

Sang Bodhisattva AVALOKITESVARA sedang bersamadhi, merenungkan Prajnaparamita yang dalam dan luhur. Beliau memandang dari atas ke bawah; tertampaklah, bahwa panca skandha (lima kelompok kehidupan) itu sebenarnya kosong.

Menurut studi literatur yang saya lakukan, hanya beberapa buku yang dengan tegas menyatakan bahwa terjemahan sebenarnya adalah SANG BODHISATVA (dalam hal ini adalah BODHISATVA SIDDHARTA GAUTAMA ---  sebelum SIDDHARTA mencapai penerangan sempurna dan menjadi BUDDHA) dan bukan BODHISATVA AVALOKITESVARA (dalam bahasa Mandarin disebut dengan KWAN SE IM POU SAT)...

Mengapa bisa terjadi "ke-silapan" terjemahan ini ?? Bukan lain adalah dari kata ARYAVALOKITESVARA BODHISATO pada awal SUTRA HATI... Terjemahan bebas dan secara gampang mencantumkan nama BODHISATVA AVALOKITESVARA... yang sebenarnya jika kita melihat terjemahan dalam bahasa MANDARIN dikatakan...

KWAN CE CAI POU SAT... terjemahan yang benar adalah SANG BODHISATVA sedang dalam SAMADHI... BEDAKAN dengan KWAN SE IM POU SAT (BODHISATVA AVALOKITESVARA)...

Kemudian juga jika ditanya apa hubungan antara BODHISATVA AVALOKITESVARA dengan SARIPUTRA (murid utama BUDDHA GAUTAMA)... dimana mereka bertemu ??? selain alih-alih mengatakan mereka bertemu di alam surga... Karena BODHISATVA AVALOKITESVARA hanya bisa kita kenal pada SADDHARMA PUNDARIKA SUTRA (Sutra Bunga Teratai). Secara historis tidak pernah disebutkan bahwa murid-murid Sang Buddha pernah bertemu dengan BODHISATVA manapun.

3790
Studi Sutta/Sutra / Re: prajna paramitta hdrya sutra
« on: 07 December 2007, 11:16:19 PM »
PRAJNA PARAMITA HRDAYA SUTRA

ARYAVALOKITESVARO BODHISATTVO GAMBHIRAYAM PRAJNA-PARAMITAYAM CARYAM CARAMANO
VYAVALOKAYATI SMA: PANCA SKANDHAS TAMS CA SVABHAVA SUNYAN PASYATI SMA'

IHA SARIPUTRA! RUPAM SUNYATA,SUNYATAIVA RUPAM. RUPAM NA PRTHAK SUNYATA, SUNYATAYA NA PRTHAG RUPAM.
YAD RUPAM SA SUNYATA, YA SUNYATA TAD RUPAM.
EVAM EVA VEDANA - SAMJNA - SAMSKARA - VIJNANANI.

IHA SARIPUTRA! SARVA-DHARMAH SUNYATA-LAKSANA, ANUTPANNA-ANIRUDDHA AMALAVIMALANONA NA PARIPURNAH.

TASMAC CHARIPUTRA!
SUNYATAYAM NA RUPAM NA VEDANA NA SAMJNA NA SAMSKARA NA VIJNANAM.
NA CAKSUH - SROTRA - GHRANA -JIHVA - KAYA - MANAMSI.
NA RUPA - SABDA - GANDHA - RASA - SPARASTAVYA - DHARMAH.
NA VIDYA NAVIDYA NA VIDYA - KASAYO NAVIDYA - KSAYO YAVAN NA JARA - MARANAM NA JARA - MARANA - KSAYO NA DUHKHA - SAMUDAYA - NIRODHA - MARGA, NA JNANAM NA PRAPTIH ( NA BHISAMA).

TASMAD APRAPTITVAD BODHISATTVANAM PRAJNAPARAMITAM ASRITYA
VIHARATY ACITTAVARANAH, CITTAVARANA - NASTITVAD ATRASTO VIPARYASATIKRANTO NISTHA - NIRVANAH.

TRYADHVA - VYAVASTHITAH SARVA - BUDDHAH PRAJNA - PARAMITAM ASRITYA - NUTTARAM SAMYAKSAMBODHIM ABHISAMBUDDHAH.
TASMAJ JNATAVYAM PRAJNA PARAMITA MAHA MAN TRO MAHA VIDYA MANTRO'NUTTARA MANTRO'SAMA SAMA MANTRAH!

SARVADUHKHA PRASAMANAH, SATYAM AMITHYATVAT PRAJNA PARAMITAYAM UKTO MANTRAH.

TADYATHA: GATE GATE GATE PARAGATE PARA SAMGATE, BODHI SVAHA!

Terjemahannya:

SUTRA HATI

Sang Bodhisattva sedang bersamadhi, merenungkan Prajnaparamita yang dalam dan luhur. Beliau memandang dari atas ke bawah; tertampaklah, bahwa panca skandha (lima kelompok kehidupan) itu sebenarnya kosong.

Duhai Sariputra, rupa (bentuk jasmani) adalah kekosongan (sunyata) dan sunyata itu rupa; sunyata tidak berbeda dari rupa, rupa juga tidak berbeda dari sunyata; rupa apapun juga, itulah sunyata; sunyata apapun juga, itulah rupa. Ini pun berlaku bagi vedana (perasaan), samjna (pencerapan), samskara (bentuk-bentuk mental), dan Vijnana (kesadaran).

Disinilah, duhai Sariputra, segala sesuatu (dharma) bercorak sunyata; mereka tak muncul, juga tak berakhir; tidak kotor. juga tidak murni bersih, tidak kurang, tidak lengkap/bertambah.

Maka itu, duhai Sariputra, dimana terdapat sunyata, di situ tiada rupa, tiada vedana, tiada samjna, tiada samskara, tiada vijnana; tiada mata, telinga, hidung, lidah, badan, dan bathin; tiada bentuk-bentuk suara-suara, bau-bauan, rasa-rasa, sentuhan-sentuhan, bentuk-bentuk pikiran; tiada unsur (dhatu) penglihatan dan selanjutnya, hingga kita tiba pada tiada unsur kesadaran (vijnana-dhatu); tiada kegelapan bathin (avidya), tiada akhir kegelapan bathin dan seterusnya, hingga kita sampai pada tiada hari tua dan kematian, tiada akhir hari tua dan kematian; tiada derita (dukha), tiada asal mula derita (dukkha-samudaya), tiada akhir derita (dukha-nirodha), tiada jalan (marga), tiada pengetahuan (jhana), tiada pencapaian dna tiada bukan pencapaian.

Maka, duhai Sariputra, berkat kebebasan dari keuntungan pribadi apapun juga, seorang Bodhisattva yakin akan prajnaparamita (kesempurnaan kebijaksanaan luhur). Ia bebas dari segala rintangan. karena bebas dari segala rintangan, Ia bebas dari perasaan takut dan dengan mengatasi sumber-sumber kegelisahan akhirnya Ia mencapai Nirvana.

Para Buddha dari tiga jaman (lampau, mendatang, dan sekarang) mencapai Anuttara Samyak-Sambodhi karena mereka telah yakin akan Prajnaparamita. Maka itu orang harus mengetahui bahwa Prajnaparamita adalah Maha Mantra, Mantra yang Maha Gemilang, Mantra yang Maha Agung, Mantra yang tak ada bandinagnnya! Dan dapat melenyapkan segala macam penderitaan. Sungguh demikian, tiada kekliruan sedikitpun. Oleh karena itu Beliau senang menerangkan Mantra Prajnaparamita serta berkata :

"Gate gate paragate para-samgate Bodhi svaha!"
( Lewat, lewat, lewat ke Pantai Seberang, tiba di Pantai Seberang, Kesadaran Agung, semoga demikian!)

3791
Studi Sutta/Sutra / Re: prajna paramitta hdrya sutra
« on: 07 December 2007, 11:12:15 PM »
Sekedar tambahan PENJELASAN SUTRA HATI (PRAJNA PARAMITA HRDAYA SUTRA)...

Prajnaparamita Hrdaya Sutra ( Sutra Hati ) dalam bahasa Tionghoa disebut Po Ye Po Lo Mi To Sin Ching. Prajna Paramita Hrdaya  Sutra merupakan inti dari Maha-Prajna Paramitra Sutra. Maha-Prajna Paramita Sutra sendiri terdiri 600 gulungan catatan khotbah Sang Buddha. Ajaran tentang Prajna diyakini merupakan ajaran yang terlama yaitu selama 22 tahun dari keseluruhan 45 tahun masa pembabaran Dharma Sang Buddha di dunia ini.
Sekilas, Sang Buddha membabarkan Dharma dalam 5 tahap yaitu tahap pertama Avatamsaka Sutra, tahap kedua Agamas Sutra, tahap ketiga Vaipulya Sutra, tahap keempat Maha-Prajna Paramita Sutra, dan tahap terakhir adalah Saddharma Pundarika Sutra dan Maha-Parinibbana Sutra.
Naskah Prajna Paramita Hrdaya Sutra dalam bahasa Sansekerta diatas ditemukan di Gua Batu Dun Huang, Tiongkok. Bersama dengan Vajracchedika Sutra ( Sutra Intan ). Kedua Sutra ini berdasarkan Ajaran Sunyata (kekosongan), ialah kelanjutan doktrin Anicca-Anatta.
Sutra ini memaparkan bagaimana konsep kekosongan (sunyata) berkaitan dengan konsep Anatta (tanpa Aku). Isi sutra ini memang "berat" tetapi sangat berfaedah bagi para pencari pencerahan. Karena sangat dalam dan halus, maka untuk mengertinya diperlukan pembacaan yang teliti dan cermat. Pemahaman terhadap sutra ini akan membawa makhluk hidup menyeberangi lautan penderitaan menuju seberang pembebasan (mencapai kesucian Arahat).
Makna dari inti Prajnaparamita Mantra “GATE GATE PARAGATE PARASAMGATE BODHISVAHA” adalah:
Lewat, lewat = lepaskanlah, jangan melekat pada apapun juga. Dengan demikian dicapai Pantai Seberang (NIrvana) mencapai Bodhi (kesadaran Agung) berarti mencapai pembebasan

3792
Diskusi Umum / Re: Acara Kesurupan dalam sekte Buddhis
« on: 07 December 2007, 10:58:17 PM »
"Anak panahmu adalah kematian bagi banyak benda: Mengapa Anda hanya menahannya di busur sekarang? Tembakkan anak panah itu dan bunuh rusa itu: Dagingnya dapat diberikan untuk Paduka, O raja yang sangat bijak!"

Untuk menjawabnya, raja mengucapkan bait berikut ini:

"Saya tahu akan hal itu, brahmana, tidak kurang darimu: Rusa jantan itu adalah makanan bagi para ksatria, Tetapi saya berhutang budi atas jasa yang diberikannya, Oleh sebab itu, tanganku tertahan untuk membunuh sekarang ini."

Kemudian Sakka mengucapkan dua bait kalimat berikut:

"Ini bukanlah rusa jantan biasa, O Paduka!Tetapi ini adalah titan, Anda adalah raja para manusia, tetapi Anda akan menjadi raja para dewa jika Anda membunuhnya."

"Jika Anda ragu, O raja yang gagah berani! Untuk membunuh rusa ini, karena ia adalah temanmi; Ke sungai kematian yang dingin dan raja kematian yang mengerikan Anda, istri dan anak-anakmu akan masuk ke sana."

Setelah mendengar ini, raja mengucapkan dua bait kalimat berikut ini:

"Biarlah begitu, ke sungai kematian yang dingin dan raja kematian. Bawa saja diriku ke sama beserta dengan istri dan anak-anakku, Semua temanku; Saya tidak akan melakukan hal ini. Rusa ini tidak boleh mati ditanganku."

"Suatu ketika di dalam hutan yang mengerikan yang penuh dengan maut. Rusa jantan ini yang menyelamatkanku dari penderitaan yang tiada harapan lagi. Bagaimana saya bisa membunuh penyelamatku. Setelah usaha penyelamatan yang dilakukannya?"

Kemudian Sakka keluar dari tubuh pendeta kerajaan itu dan muncul dalam rupanya sendiri, berdiri melayang di udara sambil mengucapkan dua bait kalimat berikut yang menunjukkan tentang sifat mulia raja:

"Semoga Anda panjang umur, O teman yang setia dan sejati! Kerajaan ini dipenuhi dengan kebenaran dan kebaikan; Kumpulan wanita akan mengelilingi Anda. Jika anda menjadi Dewa Indra, raja para dewa.

"Bebas dari nafsu keinginan, dengan hati yang selalu damai, Ketika orang datang memohon bantuan, Anda memberikan segala benda kebutuhan mereka; Sebagaimana kekuasaan yang diberikan kepadamu, berikan dan jalankan bagianmu. Tanpa melakukan dosa sampai akhirnya alam Surga menjadi hadiah terakhirmu."

Setelah berkata demikian, Sakka, raja para dewa melanjutkan perkataannya sebagai berikut :"Saya datang kemari untuk mengujimu, O raja, dan Anda tidak memberikan pegangan kepadaku. Hanya berwaspadalah (jangan lengah)." Dan dengan nasehat ini, Sakka kembali ke alam surga.

--------------------------------

Setelah menguraikan ini, Sang Guru berkata : "Ini bukan pertama kali, para bhikkhu, Sariputra mengetahui dengan terperinci apa yang dikatakan hanya pada bagian umumnya saja, tetapi di masa lampau hal yang sama terjadi." Kemudian Beliau mempertautkan kisah kelahiran ini: "Pada masa itu, Ananda adalah raja, Sariputra adalah pendeta kerajaan dan saya sendiri adalah rusa jantan."

3793
Diskusi Umum / Re: Acara Kesurupan dalam sekte Buddhis
« on: 07 December 2007, 10:56:28 PM »
Rusa jantan yang tadinya adalah buruanmu di atas gunung yang tinggi. Dengan beraninya ia menyelamatkanny, karena ia tidak memiliki keserakahan dan kebencian."

"Keluar dari lubang yang mengerikan, dari cengkeraman maut. Dengan bertahan pada satu batu karang (seorang teman sejati) Rusa agung itu menyelamatkanmu: demikian yang Anda ucapkan dengan alasannya. Pikirannya bebas dari kebencian dan keserakahan."

"Apa!" pikir raja ketika mendengar ini. "Orang ini tidak ikut pergi berburu denganku waktu itu, tetapi ia mengetahui semua kejadiannya! Bagaimana ia dapat mengetahuinya? Saya akan bertanya kepadanya." dan raja mengucapkan bait kesembilan berikut ini:

"O brahmana! Apakah Anda berada di sana hari itu? Atau apakah Anda mendengarnya dari orang yang melihat kejadiannya? Anda telah melenyapkan nafsu keinginan. Anda dapat melihat segalanya: kebijaksanaanmu membuatku takut."

Tetapi brahmana itu berkata, "Saya bukan seorang Buddha, yang Maha Tahu. Saya hanya kebetulan mendengar pujian yang Anda nyanyikan, dengan mengetahui artinya, kenyataan yang terjadi menjadi jelas bagiku." Untuk menjelaskannya, ia mengucapkan bait kesepuluh berikut ini:

"O Paduka! Saya tidak mendengar hal tersebut. Maupun berada di sana melihatnya hari itu: Tetapi dari syair yang Anda nyanyikan dengan merdu. Orang bijak dapat mengetahui kejadiannya saat itu."

Raja merasa gembira dan memberinya sebuah hadiah istimewa.
Sejak saat itu, raja selalu memberikan derma dan melakukan kebajikan. Demikian juga dengan rakyat-rakyatnya yang melalukan kebajikan, sehingga terlahir di alam Surga setelah meninggal dunia.

Terjadilah pada suatu hari, raja pergi ke taman bersama dengan pendeta kerajaannya untuk latihan memanah. Waktu itu, Dewa Sakka memikirkan tentang dari mana datangnya para putra dan putri dewa tersebut yang berjumlah sangat banyak, kemudian mengetahui semua ceritanya; bagaimana raja diselamatkan dari lubang oleh rusa jantan, bagaimana ia dapat mengabadikan dirinya dalam kebajikan, bagaimana dikarenakan kekuatan dari raja ini, rakyat-rakyatnya melakukan kebajikan sehingga alam Surga menjadi banyak penghuninya; dan ia juga mengetahui bahwa raja sedang berada di taman untuk memanah. Kemudian Sakka pergi ke taman raja, yang dengan suara singa memberitahukan kembali sifat mulai rusa jantan itu, memberitahukan bahwa ia adalah Dewa Sakka, dengan berdiri melayang di udara memberikan wejangan, memaparkan tentang kebaikan dari cinta kasih dari Pancasila (Buddhis), kemudian kembali ke kediamannya. Sewaktu raja bermaksud untuk memanah dengan menarik busur dan meletakkan anak panah di tali busurnya, Sakka dengan kekuatannya membuat rusa jantan tersebut muncul di antara raja dan sasaran panah. Dan raja yang melihat kejadian ini tidak jadi melepaskan anak panahnya. Kemudian dengan masuk ke dalam tubuh pendeta kerajaan itu, Sakka mengucapkan bait kalimat berikut ini yang ditujukan kepada raja.

3794
Diskusi Umum / Re: Acara Kesurupan dalam sekte Buddhis
« on: 07 December 2007, 10:52:29 PM »
Raja tidak memberitahu kepada siapapun tentang kebaikan yang dilakukan oleh rusa terhadap dirinya. Setelah selesai makan berbagai jenis pilihan daging, dimalam harinya raja berbaring di dipan yang sangat indah. Dan di saat hari menjelang fajar, raja teringat kembali akan sifat mulia dari Sang Mahasatva, kemudian bangkit dari tidurnya, duduk dengan menyilangkan kakinya, dan dengan hati yang penuh dengan kegembiraan melantunkan pujiannya dalam enam bait kalimat berikut :

"Terus berharap O manusia, jika Anda bijak, jangan biarkan semangatmu melemah:
Saya melihat diriku sendiri, yang telah mendapatkan tujuan dari keinginanku.

"Terus berharap O manusia, jika Anda bijak, jangan melemah meskipun rasa sakit menggangu: Saya melihat diriku sendiri, yang telah berjuang dalam ombak mencapai daratan."

"Terus berusaha O manusia, jika Anda bijak, jangan biarkan semangatmu melemah: SAya melihat diriku sendiri, yang telah mendapatkan tujuan dari keinginanku.

"Terus berusaha O manusia, jika Anda bijak, jangan melemah meskipun rasa sakit mengganggu: Saya melihat diriku sendiri, yang telah berjuang dalam ombak mencapai daratan.

"Ia yang bijak, walaupun dilanda rasa sakit, Tidak akan pernah berhenti untuk berharap mendapatkan kebahagiaan. Ada banyak perasaan dalam diri manusia, baik kebahagiaan maupun penderitaan: Mereka tidak memikirkannya, bagaimanapun juga mereka akan tetap mengalami kematian."

"Perasaan yang datang tanpa dipikirkan; dan yang dipikirkan, tidak ada gunanya: Karena kebahagiaan laki-laki dan wanita yang tidak dipikirkan adalah yang berguna."

Di saat raja menyanyikan pujian dalam bait kalimat di atas, matahari mulai terbit. Pendeta kerajaannya datang awal di pagi hari tersebut untuk menanyakan kesehatan raja dan ia mendengar pujian tersebut ketika berdiri di depan pintu, kemudian berpikir dalam dirinya sendiri, "Kemarin raja pergi berburu. Semua orang tahu kalau raja tidak dapat menangkap rusa jantan itu dan karena ditertawakan oleh pengawal istana, raja mengatakan bahwa ia sendiri akan menangkap dan membunuh hewan buruannya tersebut. Kemudian tanpa rasa rag raja mengejar rusa tersebut karena terluka harga dirinya sebagai seorang ksatria, dan terjatuh ke dalam lubang sedalam enam puluh hasta. Pastinya rusa yang welas asih itu telah menariknya keluar tanpa memikirkan tentang perbuatan jahat yang dilakukan raja terhadap dirinya. Menurutku, inilah sebabnya raja mengucapkan kalimat-kalimat tersebut." Demikianlah brahmana itu mendengar setiap kata dalam pujian raja; dan apa yang terjadi di antara raja dan rusa jantan menjadi jelas seperti wajah yang tercermin di dalam kaca yang mengkilap. Ia mengetuk pintu dengan ujung jarinya. "Siapa itu?" tanya raja. "Saya,Paduka, pendeta kerajaanmu." "Masuklah, guru." kata raja dan membuka pintunya. Brahmana tersebut masuk, mendoakan kejayaan kerajaan, dan berdiri di satu sisi. Kemudian ia berkata, "O raja yang agung! Saya tahu apa yang telah terjadi kepadamu di dalam hutan kemarin. Di saat mengejar rusa itu, Anda terjatuh ke dalam sebuah lubang dan rusa itu dengan bertahan pada batu yang ada di dekat lubang tersebut, menarikmu keluar. Jadi di saat mengingat kemurahan hatinya, Anda menyanyikan kalimat pujian." Kemudian ia mengucapkan dua bait kalimat berikut :

3795
Diskusi Umum / Re: Acara Kesurupan dalam sekte Buddhis
« on: 07 December 2007, 10:42:46 PM »
---------------------------------

Dahulu kala ketika Brahmadatta menjadi raja Benares, Bodhisatta terlahir sebagai seekor rusa jantan yang tinggal di dalam hutan. Waktu itu, raja sangat gemar berburu dan raja adalah orang yang kuat. Ia juga menganggap tidak ada yang lain yang pantas menyandang nama manusia selain manusia itu sendiri. Suatu hari ketika sedang pergi berburu, raja berkata kepada para pejabat istananya, "Barang siapa yang membiarkan seekor rusa lewat di depannya, ia akan mendapatkan hukuman tertentu." Mereka berpikir, "Seseorang mungkin saja berdiri di dalam rumah dan tidak dapat menemukan lumbung padi. Ketika melihat seekor rusa, dengan cara apapun kita harus mengarahkannya ke tempat dimana raja berada." Mereka membuat suatu kesepakatan untuk dapat melakukannya dan menempatkan raja di ujung jalan. Kemudian mereka mulai mengepung tempat semak belukar yang lebat dan memukul-mukul tanah dengan tongkat kayu dan sebagainya. Yang pertama kali muncul adalah rusa jantan tersebut. Ia mencoba berkeliling di dalam semak tersebut sebanyak tiga kali untuk mencari kesempatan menyelamatkan diri. Di semua sisi ia melihat orang-orang yang berdiri tanpa berhenti bergerak,lengan yang terus mengayun-ayun dan memukul-mukul; hanya ditempat raja ia melihat ada kesempatan. Dengan kedua mata yang terbuka lebar, ia berlari dengan cepat menuju ke arah raja, menyilaukannya seolah-olah seperti melempar pasir ke arah matanya. Dengan cepat raja menembakkan anak panah, tetapi tidak mengenainya. Anda harus mengetahui bahwa rusa jenis ini sangat pintar dalam mengelakkan anak panah. Ketika anak panah datang dari arah lurus menuju ke arah mereka, rusa-rusa ini akan diam di tempat dan biarkan anak panah itu melewatinya; Jika anak panah datang dari arah belakang mereka, mereka dapat lari melebihi kecepatan anak panah; Jika anak panah datang dari atas, mereka akan menekuk bagian belakang mereka; Jika anak panah diarahkan ke perut, mereka akan dengan cepat berbaring dan ketika anak panah itu telah lewat, rusa-rusa itu akan lari secepat awan yang dipancarkan oleh angin. Demikian halnya yang terjadi kepada raja ketika melihat rusa jantan ini berbaring, ia mengira bahwa rusa itu terkena panah dan menyerukan kemenangan. Rusa jantan itu kemudian melewati kepungan orang-orang tersebut. Para pengawal istana dari kedua arah yang melihat rusa jantan itu lolos berkumpul bersama dan bertanya, "Di tempat manakah rusa itu pergi tadi?" "Tempatnya raja!" "Tetapi tadi raja meneriakkan bahwa ia telah mengenainya! Apa yang telah dikenai-nya? Raja kita membuat rusa tersebut lolos, saya beritahu kalian! Anak panahnya mengenai tanah!" Demikian mereka mengolok-olok raja dan tidak henti-hentinya. "Orang-orang ini sedang menertawaiku. Mereka tidak tahu kemampuanku," pikir raja. Kemudian sambil membawa perlengkapannya, berjalan kaki dengan pedang di tangannya, ia pergi meneriakkan, "Saya akan menangkap rusa itu!" Raja tetap mengikuti jejaknya dan mengejarnya sampai sejauh tiga yojana. Rusa jantan tersebut masuk lagi ke dalam hutan dan raja mengikutinya. Saat itu, di depan jalan rusa tersebut ada sebuah lubang besar yang terjadi karena sebuah pohon yang telah mati, sedalam enam puluh hasta dan berisi air sedalam tiga puluh hasta, tetapi tertutup oleh dedaunan. Rusa yang dapat mencium bau air mengetahui bahwa itu adalah sebuah lubang, berbelok ke samping dari jalurnya. Sedangkan raja tetap lurus dan masuk ke dalamnya. Rusa yang tidak mendengar suara kaki di belakangnya lagi menoleh ke belakang dan melihat tidak ada siapa-siapa, mengetahui bahwa orang tersebut pasti telah jatuh ke dalam lubang itu. Maka ia pergi ke sana dan melihat raja di dalam lubang air yang mengerikan itu berusaha untuk menyelamatkan diri. Rusa tidak menaruh dendam kepada raja atas perbuatan jahat yang telah dilakukannya, dengan sedih ia berpikir, "Jangan biarkan raja mati di depan mataku sendiri. Saya akan menyelamatkannya dari kesulitan ini." Dengan berdiri di tepi lubang, ia berteriak, "Jangan takut, O raja, karena saya akan menyelamatkanmu dari kesulitanmu itu." Kemudian dengan usaha yang sungguh-sungguh seperti sedang menyelamatkan anaknya sendiri, ia menahan dirinya pada sebuah batu besar dan menarik raja yang tadi mengejarnya dengan tujuan membunuhnya keluar dari lubang sedalam enam puluh hasta itu. Kemudian menenangkannya dan meletakkannya di atas punggungnya, rusa membawanya keluar dari dalam hutan dan menempatkannya tidak jauh dari pasukan pengawalnya. Kemudian ia menasehati raja dan mengajarkan kepadanya Pancasila (Buddhis). Tetapi raja tidak dapat berpisah dengan Sang Mahasatva dan berkata kepadanya, "Raja para rusa, ikutlah bersamaku ke benares. Saya akan memberikanmu kekuasaan atas kota Benares, sebuah kota yang memiliki luas dua belas yojana. Anda boleh memilikinya," Tetapi rusa berkata, "Raja yang Agung, saya adalah hewan dan saya tidak menginginkan sebuah kerajaan. Jika anda benar-benar peduli denganku, lakukan saja hal kebajikan yang telah saya ajarkan kepadamu dan ajarkan rakyatmu untuk melakukannya juga." Setelah memberikan nasehat ini, rusa kembali masuk ke dalam hutan. Dan raja kembali ke tempat pasukan pengawalnya, raja masuk ke dalam kota dan membuat pengumuman dengan membunyikan drum: "Mulai hari ini, semua penduduk kota harus mematuhi Pancasila (Buddhis)."

Pages: 1 ... 246 247 248 249 250 251 252 [253] 254 255 256
anything