//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - dilbert

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9 10 11 12 13 14 15 ... 256
106
Theravada / Re: "Infallibility" dari Sangha Theravada
« on: 13 January 2014, 06:42:45 PM »
Makanya, udah dibilang Sangha Theravada ga mungkin salah satu katapun dalam melestarikan Tipitaka sejak jaman Buddha langsung tanpa terputus hingga sekarang.Jadi sudahlah tidak usah dipertanyakan lagi. PASTI benar.

Jadi menang pengetahuan buddhis mana ? Kainyn_kutho atau Tipitakdhara (+ Mingun Sayadaw) ?

107
Theravada / Re: "Infallibility" dari Sangha Theravada
« on: 09 January 2014, 04:12:21 PM »
Secara Theravada semuanya sesuai kok dengan Ajaran Buddha, mana mungkin ada yang tidak?

Tentu diyakini para bijaksana yang kemungkinan besar telah sempurna juga. Maka dengan asumsi ini, tentu penyelidikan lain tidak perlu dilakukan, dan hasilnya pasti salah.

Therefore: "Infallibility".


Kalau gw di-salah-in pengetahuan cetek... gw ngaku deh pengetahuan cetek... Tapi kalau Ribuan bhikkhu di Konsili Sangha ke-6, termasuk dengan Tipitakadhara yang di-tanya oleh Mingun Sayadaw... NYERAH deh gua...

MANTAPPP... Lanjutkan...

108
Buddhisme Awal / Re: Perbandingan Teks Berbagai Sumber
« on: 09 January 2014, 01:40:49 PM »
The Pali Satipatthana Sutta includes a number of sections that are not shared with other texts on satipatthana, and which are later additions.

One of the additions is the inclusion of the awareness of postures and daily activities among its meditation exercizes. The awareness of postures is, in every other text, part of the preparation for meditation, not a kind of meditation itself.

Another late addition to the Pali Satipatthana Sutta is a ‘refrain’ following each meditation, which says one practices contemplating ‘rise and fall’. This is a vipassana practice, which originally belonged to only the final of the four satipatthanas, contemplation of dhammas.

The contemplation of dhammas has also undergone large scale expansion. The original text included just the five hindrances and the seven awakening factors. The five aggregates, six sense media, and four noble truths were added later.

Each version of the Satipatthana Sutta is based on a shared ancestor, which has been expanded in different ways by the schools. This process continued for several centuries following the Buddha’s death. Of the texts we have today, the closest to the ancestral version is that contained in the Pali Abhidhamma Vibhanga, if we leave aside the Abhidhammic elaborations.

Tracing the development of texts on satipatthana in later Buddhism, there is a gradual tendency to emphasize the vipassana aspect at the expense of the samatha side. This happened across various schools, although there is some variation from text to text, and perhaps some differences in sectarian emphasis. This led to various contradictions and problems in interpretation.

http://sujato.wordpress.com/2011/01/18/a-brief-history-of-mindfulness/
=================================================================

Semua teks lainnya, termasuk Jātaka, Abhidhamma dari berbagai aliran, sūtra-sūtra Mahāyāna, dan seterusnya, dituliskan kemudian. Relatif sedikit dari ajaran-ajaran ini dianut sama antara aliran-aliran; yaitu, mereka adalah Buddhisme sektarian. Walaupun lensa kritik historis, gambar besar dari kemunculan dan perkembangan ajaran-ajaran ini dapat ditelusuri dengan sangat jelas, dalam dinamika internal dari evolusi ajaran dan dalam tanggapan Buddhisme pada lingkungan budaya, sosial, dan religius yang berubah-ubah. Tidak ada bukti bahwa ajaran-ajaran khusus dari teks-teks ini – yaitu, ajaran-ajaran yang tidak juga ditemukan dalam Sutta-Sutta awal – berasal dari Sang Buddha. Alih-alih, teks-teks ini seharusnya dianggap sebagai jawaban yang diberikan para guru dari masa kuno atas pertanyaan: “Apakah makna Buddhisme bagi kami?” Setiap generasi berikutnya pasti melakukan tugas sulit dalam prinsip penafsiran, akulturasi kembali Dhamma pada waktu dan tempat. Dan kita, dalam masa-masa kita yang menggemparkan, yang demikian berbeda dari mereka dari masa atau budaya Buddhis masa lampau, harus menemukan jawaban kita sendiri. Dari perspektif ini, ajaran-ajaran aliran-aliran memberikan pelajaran-pelajaran yang tidak ternilai, suatu kekayaan teladan yang telah diwariskan kepada kita oleh para nenek moyang kita dalam keyakinan.

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24689.0.html


Emang Suttanta dan Vinaya ditulis sejak kapan ?

109
Theravada / Re: "Infallibility" dari Sangha Theravada
« on: 09 January 2014, 01:32:59 PM »
Kalau dari Kalamasutta yang maha-terkenal itu, seseorang percaya dhamma bukan karena "katanya" dikatakan oleh sosok terkenal tertentu, namun karena kita menyelidikinya dan melihat ajaran itu juga dipuji oleh para bijaksana.

sudah mulai kemajuan... berarti sudah mulai menganalisa substansi... apakah ada hal di abhidhamma yang tidak sesuai dengan dhamma sehingga langsung dikatakan bukan ajaran dari Buddha ?




Kalau dari Kalamasutta yang maha-terkenal itu, seseorang percaya dhamma bukan karena "katanya" dikatakan oleh sosok terkenal tertentu, namun karena kita menyelidikinya dan melihat ajaran itu juga dipuji oleh para bijaksana.



berarti dengan ini apakah dapat dikatakan bhikkhu2 di konsili sangha ke-6 itu tidak termasuk para bijaksana...

110
Theravada / Re: "Infallibility" dari Sangha Theravada
« on: 08 January 2014, 06:39:25 PM »
Menurut Tradisi Theravada, sejak dari konsili III yang dipimpin oleh Bhikkhu Theravada Moggaliputtatissa, ajaran asli telah dirumuskan dengan sempurna, diulang oleh para Arahant, jadi tidak ada lagi keraguan pada doktrin.

Konsili berikutnya juga dihadiri oleh para Arahant dan melakukan penulisan Tipitaka agar tidak hilang bersama parinibbananya para bhikkhu penghafal Tipitaka akibat bencana kelaparan.

Dengan demikian, doktrin Theravada yang secara turun-temurun lewat garis keturunan langsung dari Buddha Gotama, dilestarikan oleh para Arahant, tidaklah mungkin ada kesalahan. Jadi kesimpulannya memang Tipitaka adalah "infallible", tidak ada pengubahan, penambahan, pengurangan, menurut tradisi Theravada itu sendiri.


Jika bukan demikian (logika ke-arahat-annya), bagaimana anda bisa menyatakan yang ini adalah ajaran Buddha, yang itu bukan ajaran Buddha ?

111
Theravada / Re: "Infallibility" dari Sangha Theravada
« on: 08 January 2014, 06:03:57 PM »
disarankan baca  sekte dan sektarianisme, untuk mengguncang paham sektarian dulu
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23774.0.html

ternyata yg dari kecil diajarin di sekolah, bahwa ada satu aliran paling murni sendiri, itu gak benar. Zaman sekarang sudah gak ada yg 100% murni dan kita hanya dapat versi yang sudah banyak ditambah dan diubah.

darimana tahu tidak 100% murni lagi ?

112
Theravada / "Infallibility" dari Sangha Theravada
« on: 08 January 2014, 06:00:53 PM »
Nah 'kan... masih ga mudeng. Yang dimaksud penambahan belakangan itu adalah penyebutan "Tipitaka"-nya, bukan keseluruhan point aturan itu, apalagi keseluruhan vinayanya.

Jadi cuma ini yang terbaik yang bisa diberikan bro dilbert? Berlindung di balik otoritas religius berbasis kepercayaan bahwa mereka pasti benar?

Ini sama seperti sedang bicara tidak adanya bukti geologis tentang banjir global yang bikin kiamat. Lalu seorang fanatik religius protes, "Jadi maksud loe kitab suci gue bo'ong?! Maksud loe semua konsili dari Nicea sampe Vatican semua salah?! MANTAP!!" ;D

Nah, kalau cuma segini, betul-betul bikin kecewa. Saya usul terakhir kalinya, kalau cuma mau berdasarkan sumber sektarian atau saddha semata, mainlah di board sesuai. Di sini anda bisa terguncang menggelinding-gelinding imannya sebab tidak ada keistimewaan otoritas apapun meski anda mengaku arahant dengan chalabhinna yang sudah membuktikan dengan kesaktian melihat kehidupan lampau dan menyaksikan Buddha sendiri menulis Tipitaka, komentar, dan sub-komentar.

Berikutnya kalau masih ke-Theravada-theravada-an, saya akan pindahkan ke board Theravada. Di situ saya janji tidak akan ganggu, kecuali anda bicara yang tidak sesuai dengan Tradisi Theravada.


Analogi itu untuk membalas "tudingan" berikut ini...


BTW, tentang Buddhisme dan literaturnya, kok tampaknya bro dilbert tahu minim sekali yah? Saya sarankan banyak baca dulu deh sebelum berkomentar, tapi yang merupakan hasil penelitian dan pengkajian secara netral, bukan mitos. Nanti kalau sudah agak tahu-tahu sedikit, baru kita bahas lagi, jadi tidak seperti trolling di sini.


Kalau saya ngaku saja pengetahuan minim sekali.... Mungkin Bhikkhu2 dari berbagai negara yang ngikut Konsili Sangha ke-6 juga seperti itu ( tidak meneliti dan mengkaji secara netral, terus kemakan mitos)....

MANTAPPP...

113
Buddhisme Awal / Re: Abhidhamma/Abhidharma Pada Masa Buddhisme Awal
« on: 08 January 2014, 12:30:22 PM »

BTW, tentang Buddhisme dan literaturnya, kok tampaknya bro dilbert tahu minim sekali yah? Saya sarankan banyak baca dulu deh sebelum berkomentar, tapi yang merupakan hasil penelitian dan pengkajian secara netral, bukan mitos. Nanti kalau sudah agak tahu-tahu sedikit, baru kita bahas lagi, jadi tidak seperti trolling di sini.


mungkin yang dimaksud juga para bhikkhu yang ikut di Konsili Sangha ke-6 di Myanmar... Pengetahuan mereka minim sekali sehingga menerima Abhidhamma kedalam Kumpulan Pengajaran (para) Buddha.

Mantaappp...

114
Buddhisme Awal / Re: Abhidhamma/Abhidharma Pada Masa Buddhisme Awal
« on: 08 January 2014, 12:26:09 PM »
Jangan suka pelintir-pelintir pendapat orang. Yang dibilang belakangan itu cuma bagian yang menambahkan istilah "Tipitaka" tersebut, bukan vinaya secara keseluruhan. Sutta-pun tidak terlepas dari penambahan belakangan, namun tentu tidak secara keseluruhan seperti Abhidhamma.

Vinaya sendiri yang berupa format awal adalah patimokkha dan sekumpulan peraturan yang belum disusun dan juga tidak ada penjelasannya. Bagian Suttavibhanga kemudian disusun dengan memberikan catatan di sana-sini untuk menjelaskan latar belakang aturan yang bersangkutan. Jadi memang penyusunan vinaya sendiri adalah belakangan walaupun isinya sudah ada dari awal. Terutama khandaka dan parivara, itu adalah penulisan lebih belakangan lagi. Para pelajar Buddhis berpendapat format vinaya yang paling tua yang paling tidak diubah adalah milik Mahasanghika.

BTW, tentang Buddhisme dan literaturnya, kok tampaknya bro dilbert tahu minim sekali yah? Saya sarankan banyak baca dulu deh sebelum berkomentar, tapi yang merupakan hasil penelitian dan pengkajian secara netral, bukan mitos. Nanti kalau sudah agak tahu-tahu sedikit, baru kita bahas lagi, jadi tidak seperti trolling di sini.


siapa yang pelintir ?


Ada yang berpendapat bahwa penyebutan Tipitaka dalam Bhikkhuni Vibhanga adalah penambahan yang belakangan karena pada masa Sang Buddha belum ada pembagian ajaran ke dalam Tipitaka, melainkan 9 anga (sutta, geyya, veyyakarana, gatha, udana, itivuttaka, jataka, abbhutadhamma, vedalla) yang sering dijumpai dalam sutta-sutta awal.

Tipitaka yang dimaksud di sini tentu-nya Suttanta, Vinaya dan Abhidhamma yang disebutkan di Bhikkhuni Vibhanga... Yang manakah yang dimaksud dengan penambahan belakangan ?

115
Buddhisme Awal / Re: Abhidhamma/Abhidharma Pada Masa Buddhisme Awal
« on: 08 January 2014, 11:32:08 AM »
Ada yang berpendapat bahwa penyebutan Tipitaka dalam Bhikkhuni Vibhanga adalah penambahan yang belakangan karena pada masa Sang Buddha belum ada pembagian ajaran ke dalam Tipitaka, melainkan 9 anga (sutta, geyya, veyyakarana, gatha, udana, itivuttaka, jataka, abbhutadhamma, vedalla) yang sering dijumpai dalam sutta-sutta awal.

muncul lagi pendapat, vinaya itu penambahan belakangan... mantappp...

116
Buddhisme Awal / Re: Abhidhamma/Abhidharma Pada Masa Buddhisme Awal
« on: 07 January 2014, 02:09:39 PM »
Sewaktu minggu ke tiga pencerahan sempurna, Buddha juga telah merenungkan 7 kitab Abhivinaya. Sewaktu melakukan "mukjizat kembar", Buddha menciptakan kembaran unsur air yang turun ke neraka dingin dan kembaran unsur api yang turun ke neraka panas, sementara tubuh aslinya sendiri naik ke alam deva. Sebagaimana Tavatimsa yang berada di tengah dipilih agar yang Catummaharajika masih bisa naik dan yang dari Yama ke atas bisa turun, Buddha juga memilih tempat di tengah yaitu di perbatasan antara neraka panas Tapana dan neraka dingin Utpala agar yang dari Sanjiva & Arbuda bisa turun, dan dari Avici & Mahapaduma bisa naik.

Selama 3 bulan vassa tersebut, karena bercampurnya antara 16 neraka panas dan dingin, maka saat itu para makhluk tidak mengalami siksaan, dan pikirannya siap menerima Abhivinaya yang isinya tentang perincian sila-vinaya agar penghuni neraka bisa berlatih walaupun di alam sengsara, dan ketika habis buah kamma buruknya, bisa langsung berjodoh dengan dhamma. Abhivinaya ini yang kemudian dipelajari oleh Ajatasattu dan Devadatta sehingga setelah selesai masa hukuman di niraya, mereka akan terlahir sebagai manusia dan mencapai Pacceka Bodhi bernama Vijitavi dan Atthissara. Devadatta sendiri akan melanjutkan lagi ke jalan Mahayana dan menjadi Samyak Sambuddha bernama Devaraja. Demikian dahsyatnya Abhivinaya ini.

Mengenai apa isi Abhivinaya, masih belum lengkap karena belum ada yang berani turun ke Avici untuk mengambil kitab api berkobar, yang ditulis dengan tinta dari besi cair.

Lalu apa buktinya Abhivinaya sudah ada sejak jaman dulu, bukan karangan saya sendiri? Ini buktinya:

"Puna caparaṃ, āvuso, bhikkhu dhammakāmo hoti piyasamudāhāro, abhidhamme abhivinaye uḷārapāmojjo. Yaṃpāvuso, bhikkhu dhammakāmo hoti…pe… uḷārapāmojjo. Ayampi dhammo nāthakaraṇo..."
Sangitisutta.

"Āraññikenāvuso, bhikkhunā abhidhamme abhivinaye yogo karaṇīyo. Santāvuso, āraññikaṃ bhikkhuṃ abhidhamme abhivinaye pañhaṃ pucchitāro. Sace, āvuso, āraññiko bhikkhu abhidhamme abhivinaye pañhaṃ puṭṭho na sampāyati, tassa bhavanti vattāro. ‘Kiṃ panimassāyasmato āraññikassa ekassāraññe serivihārena yo ayamāyasmā abhidhamme abhivinaye pañhaṃ puṭṭho na sampāyatī’ti – tassa bhavanti vattāro. Tasmā āraññikena bhikkhunā abhidhamme abhivinaye yogo karaṇīyo."
Goliyanisutta.

"Kathañca, bhikkhave, purisakhaḷuṅko javasampanno hoti; na vaṇṇasampanno na ārohapariṇāhasampanno?
Idha, bhikkhave, bhikkhu ‘idaṃ dukkha’nti yathābhūtaṃ pajānāti…pe… ‘ayaṃ dukkhanirodhagāminī paṭipadā’ti yathābhūtaṃ pajānāti. Idamassa javasmiṃ vadāmi. Abhidhamme kho pana abhivinaye pañhaṃ puṭṭho saṃsādeti [saṃhīreti (ka.)], no vissajjeti. Idamassa na vaṇṇasmiṃ vadāmi. Na kho pana lābhī hoti cīvarapiṇḍapātasenāsanagilānappaccayabhesajjaparikkhārānaṃ. Idamassa na ārohapariṇāhasmiṃ vadāmi."

Assakhalunkasutta.

"Puna caparaṃ, bhikkhave, bhikkhu dhammakāmo hoti piyasamudāhāro, abhidhamme abhivinaye uḷārapāmojjo. Yampi, bhikkhave, bhikkhu dhammakāmo hoti piyasamudāhāro, abhidhamme abhivinaye
uḷārapāmojjo, ayampi dhammo nāthakaraṇo."

Pathamanathasutta.

Demikian cocologi bab I selesai.


Itu di dalam bhikkhuni vibhanga tentang kelompok pembahasan/pertanyaan adalah suttanta, vinaya dan abhidhamma... di-bagi-kan dengan jelas.

117
Buddhisme Awal / Re: Abhidhamma/Abhidharma Pada Masa Buddhisme Awal
« on: 06 January 2014, 01:08:51 PM »

Usaha yang bagus, namun sia-sia. Anda tidak bisa menggunakan ambiguitas istilah "Abhidhamma" dalam sutta untuk cocologi ke "Abhidhamma-pitaka (dan komentarnya)" di sini, atau setidaknya dalam membingungkan saya. Sudah berkali-kali saya katakan istilah Abhidhamma (yang biasa juga dipasang dengan Abhivinaya) ADA dalam sutta, namun merujuk pada "dhamma yang secara khusus membawa pada pencerahan". Tidak ada indikasi manapun di sutta yang mengaitkan istilah "Abhidhamma (dan Abhivinaya)" dengan matika Abhidhamma atau Abhidhamma-pitaka itu sendiri.

Menggunakan ambiguitas istilah demikian, anda hanya akan terlihat seperti orang yang co-pas istilah "dhammakaya" dalam sutta dan menggunakan istilah itu untuk menyatakan doktrin "Primordial Buddha pembuat Nibbana" ada dalam sutta.



tetapi sayang-nya, 3 kelompok di dalam bhikkhuni vibhanga (vinaya pitaka) hanya mencakup Suttanta, Vinaya dan Abhidhamma... tidak ada abhivinaya...

118
Buddhisme Awal / Re: Abhidhamma/Abhidharma Pada Masa Buddhisme Awal
« on: 06 January 2014, 10:57:53 AM »

Dalam Sutta Pitaka, Khuddaka Nikâya, Theri-apadâna dapatlah dijumpai suatu pernyataan pribadi (Bhikkhuni) Khema Their – yang merupakan Siswi Utama (Aggasâvikâ) – dalam bentuk syair:

KUSALÂHAM VISUDDHÎSU KATHÂVATTHUVISÂRADÂ

ABHIDHAMMANAYAÑÛÑCA VASI PATTÂMHI SÂSANE

Dalam Agama (Sâsana/Ajaran) ini, Saya (Khema Theri) ahli dalam Tujuh Kesucian Mutlak (Visuddhi) dan juga mahir dalam Kitab Kathâvatthu serta memahami hakikat Abhidhamma dengan jelas.

119
Buddhisme Awal / Re: Abhidhamma/Abhidharma Pada Masa Buddhisme Awal
« on: 06 January 2014, 10:56:58 AM »
Sementana itu, dalam Sutta Pitaka, Anguttara Nikâya terkisahkanlah:

…TENA KHO PANA SAMAYENA SAMBAHULA THERÂ BHIKKHÛ PACCHÂBHATTAM PINDAPÂTAPAÉIKKANTA MANDALAMÂLE SANNISINNA SANNIPATITA ABHIDHAMMAM KATHENTI...

...Pada masa itu, para bhikkhu Thera (Sesepuh), setelah kembali dari berpióòapâta dan bersantap, berkumpul bersama untuk membahas Abhidhamma.

120
Buddhisme Awal / Re: Abhidhamma/Abhidharma Pada Masa Buddhisme Awal
« on: 06 January 2014, 10:55:45 AM »
Dalam Vinaya Pitaka, Bhikkhuni Vibhnõga termaktublah satu peraturan kedisiplinan:

…PAÑHAM PUCCHEYYÂTI SUTTANTE OKÂSAM KÂRÂPETVÂ VINAYAM VÂ ABHIDHAMMAM VÂ PUCCHATI ÂPATTI PÂCITTIYASSA, VINAYE OKÂSAM KÂRÂPETVA SUTTANTAM VÂ ABHIDHAMMAM VÂ PUCCHATI ÂPATTI PÂCITTIYASSA, ABHIDHAMME OKÂSAM KÂRÂPETVA SUTTANTAM VÂ VINAYAM VÂ PUCCHATI ÂPATTI PÂCITTIYASSA...

Seorang bhikkhuni yang mengajukan suatu pertanyaan kepada bhikkhu haruslah sesuai dengan kesempatan yang dimohonkan. Apabila memohon kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang Sutta tetapi kemudian berbalik mempertanyakan Vinaya atau Abhidhamma; bhikkhuni tersebut melanggar Pâcittiya.10) Apabila memohon kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang Vinaya tetapi kemudian berbalik mempertanyakan Sutta atau Abhidhamma; bhikkhuni tersebut melanggar Pâcittiya. Apabila memohon kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang Abhidhamma tetapi kemudian berbalik mempertanyakan Sutta atau Vinaya; bhikkhuni tersebut melangar Pâcittiya...

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9 10 11 12 13 14 15 ... 256