//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - dilbert

Pages: 1 2 [3]
31
Jawaban Buddha atas pertanyaan Uruvela Kassapa tentang ATTA !!

--------------------------------------------------------------------------------

Suatu siang, kala Buddha dan Kassapa sedang berdiri di tepi sungai Neranjara, Kassapa berkata, "Gotama, di hari sebelumnya engkau menyebutkan tentang memeditasikan tubuh, perasaan-perasaan, persepsi persepsi, bentuk-bentuk pikiran dan kesadaran. Aku telah melatih meditasi itu, dan mulai dapat memahami betapa berbagai perasaan dan persepsi seseorang menentukan kualitas kehidupannya. Aku juga melihat tidak adanya elemen kekal abadi yang dapat diketemukan di dalam salah satu dari kelima sungai itu. Aku bahkan dapat melihat bahwa keyakinan akan suatu diri yang terpisah keliru adanya. Namun, aku masih belum mengerti mengapa seseorang menelusuri jalur spiritual jika tanpa adanya diri ? Siapakah yang akan menjadi terbebaskan ?

Buddha bertanya, "Kassapa, apakah engkau setuju penderitaan merupakan suatu kebenaran ?"

"Ya Gotama, aku setuju penderitaan merupakan suatu kebenaran".

"Apakah engkau setuju penderitaan pasti ada seban-sebabnya ?"

"Ya, aku setuju penderitaan pasti ada sebab-sebabnya ?"

"Kassapa, ketika sebab sebab penderitaan hadir, maka penderitaan juga hadir. Ketika sebab sebab penderitaan dihilangkan, maka penderitaan pun hilang."

"Ya, aku melihat ketika sebab sebab penderitaan dihilangkan, penderitaan itu sendiri akan hilang."

"Penyebab penderitaan adalah kebodohan bathin, suatu cara yang keliru untuk melihat realita. Berpikir bahwa yang tidak kekal sebagai kekal merupakan kebodohan bathin. Berpikir ada diri sementara tak ada yang disebut diri merupakan kebodohan bathin. Dari kebodohan bathin lahirlah keserakahan, ketakutan, iri hati, dan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya. Jalan menuju pembebasan adalah jalan untuk melihat segala sesuatu secara mendalam agar benar benar mampu memahami sifat dasar ketidak kekalan (Anicca), tiada diri yang terpisah (An-atta), akan saling ketergantungan dari segala sesuatu (Pattica Samupada). Jalan ini adalah jalan untuk mengatasi kebodohan bathin. Setelah kebodohan bathin di atasi, penderitaan pun terlampaui. Itulah pembebasan sejati. Tak perlu ada suatu diri di sana untuk dibebaskan."

....

Uruvela Kassapa duduk hening untuk sesaat, lalu berkata, "Gotama, aku tahu engkau berbicara hanya dari pengalaman langsungmu sendiri. Kata katamu tidak hanya menyatakan konsep konsep. Kau katakan pembebasan hanya dapat dicapai melalui berbagai upaya meditasi, melihat segala sesuatu secara mendalam. Apakah engkau berpikir semua upacara, ritual dan doa sama sekali tidak berguna ?"

Buddha menunjuk ke sisi seberang sungai dan berkata, "Kassapa, jika seseorang hendak menyeberang ke sisi seberang sana, apa yang seharusnya ia lakukan ?"

"Jika airnya cukup dangkal, maka dia dapat berjalan menyeberang ke sana. Jika tidak, maka dia harus berenang atau mengayuh perahu ke seberang."

"Aku setuju. Tetapi, bagaimana jika ia tidak mau berjalan menyeberang, berenang atau mengayuh perahu ? Bagaimana jika ia hanya berdiri saja di sisi sungai ini dan berdoa agar sisi sungai di seberang sana mendatangi dirinya ? Bagaimana pendapatmu tentang orang semacam ini ?"

"Aku berpendapat ia agak bodoh!"

"Demikianlah Kassapa.! Jika seseorang tidak mengatasi kebodohan bathin dan berbagai penghalang mental lainnya, maka, orang itu tak akan dapat menyeberang ke sisi lainnya menuju pembebasan. Meskipun ia menghabiskan seumur hidupnnya untuk berdoa."

Tiba tiba kassapa meledak dalam isak tangis dan menjatuhkan diri berlutut di hadapan telapak kaki BUDDHA. "Gotama, aku telah menghabiskan lebih dari separuh hidupku. Mohon terimalah aku sebagai muridmu dan berikanlah aku kesempatan untuk belajar dan berlatih jalan menuju pembebasan bersamamu."

(demikian kisah bagaimana Uruvela Kassapa kemudian bergabung dengan Sangha

32

Di kutip dari buku Jalur Tua Awan Putih (Jilid 2) karya Y.A.Thicht Nhat Hanh. Bab 51, hal 221.

...

Suatu hari di bulan purnama, Putri Vajiri (putri Raja Pasenadi dari Kosala) meminta anak anak (dari kelas dharma) membawa bunga untuk dipersembahkan kepada Buddha. Anak-anak tiba dengan aneka bunga yang dipetika dari kebun mereka dan dari ladang ladang di sepanjang jalan menuju vihara. Putri Vajiri membawa serangkul bunga teratai yang dikumpulkannya dari kolam teratai istana. Ketika dia bersama anak anak pergi menemui bhagava di gubuk-Nya, mereka dengar Beliau ada di aula Dharma dan sedang bersiap siap memberikan ceramah untuk para bhikkhu dan siswa awam. Tanpa bersuara tuan putri menuntun anak anak menuju aula. Orang dewasa menyingkir untuk memberikan jalan bagi anak anak. Mereka menaruh bunga ke atas meja kecil dihadapan Buddha lalu membungkuk hormat. Bhagava tersenyum dan balas membungkuk hormat. Beliau mengundang anak anak untuk duduk tepat di hadapan-Nya.

Ceramah Dharma Bhagava hari ini adalah yang paling spesial. Beliau menunggu hingga anak anak duduk dengan hening lalu bangkit berdiri dengan perlahan. Buddha mengambil setangkai teratai dan mengacungkannya ke hadapan komunitas. Beliau tidak mengatakan apa apa. Setiap orang duduk tanpa suara. Buddha mengacungkan bunga itu tanpa mengatakan apa apa untuk jangka waktu yang lama. Hadirin tertegun dan bertanya tanya apa maksud Beliau melakukan hal itu. Lalu Bhagava memandang seluruh komunitas dan tersenyum.

Beliau berkata, " Aku memiliki mata Dharma sejati, harta karun insight yang menakjubkan dan baru saja kuwariskan kepada MahaKassapa."

Semua orang berpaling kepada Y.A. MahaKassapa dan melihat dia sedang tersenyum. Matanya tidak berpindah dari Buddha dan bunga teratai yang dipegang-Nya. Ketika hadirin berpaling kepada Bhagava, mereka melihat Bhagava juga sedang menatap teratai itu dan tersenyum.

Kendati merasa tertegun, Svasti (seorang bhikkhu muda yang menjadi sentral cerita dalam Buku Jalur Tua Awan Putih) tahu hal terpenting adalah mempertahankan perhatian penuh. Mulailah dia mengamati nafasnya sambil melihat Buddha. Teratai putih di tangan Bhagava baru saja mekar. Beliau memegang bunga itu dengan sikap paling lembut dan mulia. Ibu jari dan telunjuk Beliau memegang tangkai teratai yang mengikuti lekuk lengan-Nya. Tangan Bhagava seindah tangkai itu sendiri, murni dan menakjubkan. Tiba tiba, svasti benar benar melihat kemurnian dan keindahan mulia bunga itu. Tiada sesuatu untuk dipikirkan. Alami sekali, senyum pun muncul di wajahnya.

Buddha mulai bicara, "Sahabat sekalian, bunga ini adalah sebuah realitas yang sangat menakjubkan. Ketika kuacungkan bunga ini dihadapan kalian, kalian semua berpeluang untuk mengalaminya. Berkontak dengan bunga ini adalah berkontak dengan realitas yang sangat menakjubkan. Kontak dengan bunga ini adalah berkontak dengan kehidupan itu sendiri."

"MahaKassapa tersenyum lebih dahulu dari yang lain karena ia mampu berkontak dengan bunga ini. Selama rintangan masih ada di pikiran kalian, kalian tak akan dapat berkontak dengan bunga ini. Beberapa di antara kalian ada yang bertanya kepada diri sendiri, "Mengapa Gotama mengacungkan bunga itu ke atas ? Apa gerangan makna gerakannya ?" Jika pikiran kalian dipenuhi pemikiran semacam itu, kalian tak akan benar benar dapat mengalami bunga ini."

"Sahabat sekalian, hilang di belantara pemikiran merupakan salah satu hal yang mencegah kita untuk benar benar kontak dengan kehidupan. Jika kalian dipimpin oleh kecemasan, frustasi, kegelisahan, kemarahan, ataupun kecemburuan, kalian akan kehilangan kesempatan untuk benar benar kontak dengan semua mujizat kehidupan."

"Sahabat sekalian, teratai di tanganku ini hanya nyata bagi mereka yang berdiam dalam kekinian secara penuh kesadaran. Jika kalian tidak kembali ke saat ini juga, maka [bagi kalian] bunga ini tidak benar benar eksis. Ada orang orang yang bisa melintasi hutan cendana tanpa benar benar melihat sebatang pohon pun. Kehidupan memang dipenuhi penderitaan, tetapi kehidupan juga mengandung banyak keajaiban. Eling dan waspadalah agar mampu melihat keduanya, penderitaan maupun hal hal yang sangat menakjubkan dalam kehidupan."

"Bersentuhan dengan penderitaan tidaklah berarti harus lenyap tenggelam di dalamnya. Bersentuhan dengan keajaiban hidup juga tidak mengartikan kita harus kehilangan diri kita di dalamnya. Bersentuhan adalah benar benar menjumpai kehidupan, melihatnya secara mendalam. Jika kita menjumpai kehidupan secara langsung, kita akan memahami sifat dasar saling ketergantungan dan ketidakkekalannya. Berkat itu, kita tidak akan lagi lenyap tenggelam dalam nafsu, kemarahan, maupun kemelekatan. Kita akan berdiam dalam kebebasan dan pembebasan."

Svasti merasa bahagia, Ia senang dirinya tersenyum dan paham sebelum Buddha bicara. Y.A. MahaKAssapa lebih dahulu tersenyum. Dia adalah salah seorang guru svasti dan siswa senior yang telah menempuh jarak yang sangat jauh di jalur pencerahan. Svasti tahu ia tidak bisa membandingkan dirinya dengan MahaKAssapa dan para sesepuh lainnya seperti Sariputra, Moggalana dan Assaji. LAgipula, ia sendiri baru berusia dua puluh empat tahun pada saat itu

33
Chan atau Zen / Cerita-Cerita Zen (Koan)
« on: 18 October 2007, 12:47:25 AM »
Apa itu Zen?

--------------------------------------------------------------------------------

Ikan kecil bertanya pada ikan besar :

Ikan kecil : Aku sering mendengar ikan lain bicara tentang laut. Tapi apa itu laut?
Ikan besar : Di sekelilingmu adalah laut.
Ikan kecil : Mengapa aku tidak bisa melihatnya ?
Ikan besar : Kamu tinggal, bergerak, dan hidup di laut. Laut ada di dalam dan di luarmu. Laut memberimu kehidupan dan pada saat kematian kamu kembali ke asalmu. Laut melingkupimu seperti dirimu sendiri.

Catatan : Ikan-ikan hidup di sungai dan didanau tidak menyadarinya. Manusia hidup di lautan ZEN tetapi tidak mengenal hakikat ZEN.

34
Chan atau Zen / Apa itu ZEN ? (Menurut yang saya pahami)
« on: 18 October 2007, 12:39:55 AM »
ZEN adalah warisan pemikiran BUDDHIS untuk direalisasikan.

Cara terbaik memahami ZEN adalah memasuki gerbang ZEN itu sendiri. Tidak ada kata-kata yang dapat mewakili ZEN. Pahami ZEN secara keseluruhan (bukan sebagian sebagian) tetapi bergerak dari kondisi sekeping-keping (bingung kan...) supaya tidak membingungkan...

Mungkin saya bisa share pengalaman saya mencoba memasuki ZEN.

Awalnya saya mempelajari ZEN dengan membaca 2 buku komik ZEN karya Tsai Tchi Chung (bisa dibeli di Gramedia).
1. Inti Kebijaksanaan (ZEN) karya Tsai Tschi Chung.
2. Kisah para Sesepuh karya Tsai Tschi Chung.

Baca berulang-ulang. Jika ada yang tidak dipahami, baca terus saja. Anda akan mendapati bahwa membaca buku ZEN berulang-ulang tidak akan pernah bosan.

Setelah membaca kedua buku itu berulang-ulang, dan jika sudah ada 20 - 30% dari isi buku yang bisa "mulai" ditelaah, barulah mulai mencari buku-buku ZEN karangan Thich Nat Hanh, Master Sheng Yen, atau Dr. T. Suzuki. Buku The way of Zen karya Wong Kit Keng juga sangat baik. (membahas penuh historis ZEN dan penjelasan singkat tentang ZEN).

Untuk tuntunan dan pengamalan sehari-hari, saya lebih bertitik berat pada mahzab THERAVADA, tetapi untuk mengasah pemikiran, saya memasuki gerbang ZEN... sangat menarik... boleh dicoba...

35
Chan atau Zen / Silsilah Sesepuh Zen China (Singkat)
« on: 18 October 2007, 12:24:31 AM »
Zen Ancestor in China - 5 perguruan utama Zen di China

--------------------------------------------------------------------------------

1. Bodhidharma
2. Hui Ke
3. Seng Can
4. Dao Xin
5. Hong Ren
6. Hui Neng
7. QingYuan Qing Shi, NanYang Hui Zhong, YongJia XunJue, Heze Shen Hui,
Dai Xiao Ling Tao, Nan Yue Huai Rang
8. Dari QingYuan Qing Shi, keluar Shitou Xiqian
Dari Nan Yue Huai Rang, keluar Mazu Daoyi
9. Dari Silsilah Shitou Xiqian dan Mazu Daoyi inilah, Zen Buddhisme memiliki banyak pewaris.
10. PAda akhirnya terbentuk 5 perguruan utama Zen di China yaitu :
a. Cao Dong (Soto di Jepang)
b. Fayan
c. Yun Men
d. Gui Yang
e. Lin Ji (Rinzai di Jepang)
11. Pada saat ini, hanya Cao Dong dan Lin ji saja yang masih ada.

36
Chan atau Zen / Silsilah 28 Sesepuh Zen India (Lengkap)
« on: 18 October 2007, 12:14:39 AM »
Menurut sutra Platform (Sutra yang ditulis oleh Master Zen China ke-6 Hui Neng... satu-satu-nya sutra china yang diakui sebagai sutra buddhis), silsilah sesepuh zen India selama 28 generasi adalah :

1. Maha Kassapa
2. Ananda
3. Madyhanitka
4. Sanavasa
5. Upagupta
6. Dhritaka
7. Buddhananti
8. Buddhamitra
9. Parsva
10. Punyayasas
11. Asvaghosa
12. Kapimala
13. Nagarjuna
14. Kanadeva
15. Rahulata
16. Sanghanandi
17. Gayasata
18. Kumarata
19. Vasubandhu
21. Manorhita
22. Haklennayasas
23. Aryasimha
24. Basiasita
25. Upaguta
26. Sangharaksha
27. Vasumitra
28. Bodhidharma

Pages: 1 2 [3]
anything