...
Kalau batinnya penuh pikiran berseliweran, penuh harapan, kecemasan dsb, dengan kata lain batin bergerak relatif cepat, maka waktu terasa berjalan relatif lebih cepat dari pada biasanya. Contoh: orang yang sedang menunggu sesuatu, rasanya sudah lama, tapi kalau melihat arloji kok baru sebentar. ...
Sebaliknya, kalau batin relatif tenang, puas, lega, bahagia, pikiran tidak banyak mengganggu, dengan kata lain gerak batin melambat, maka waktu terasa melambat. Contohnya: kalau lagi berdua bersama pacar, rasanya baru sebentar, tapi kalau melihat arloji kok sudah berjam-jam.
Begitu pula dalam meditasi. Kalau pada suatu waktu batin dipenuhi pikiran yang mengganggu, kecemasan dsb, maka rasanya waktu berjalan cepat, rasanya meditasi sudah lama sekali, tapi kalau melihat jam kok baru sebentar. Sebaliknya, kalau pada waktu lain, batin relatif tenang, pikiran tidak begitu banyak muncul, maka rasanya waktu melambat, rasanya baru sebentar, tapi kalau melihat jam ternyata jauh lebih lama daripada yang terasa.
Ini menunjukkan bahwa PIKIRAN MENCIPTAKAN WAKTU (maksudnya, pikiran menciptakan kesadaran waktu). Inilah "waktu psikologis" yang saya sebut di atas. Seperti waktu kronologis, waktu psikologis juga diciptakan oleh gerak, tapi kali ini bukan gerak benda (materi), melainkan gerak pikiran.
Yang aneh, kecepatan waktu psikologis ini tidak konstan, tidak seperti kecepatan waktu kronologis. Ini disebabkan karena gerak pikiran manusia juga tidak konstan. Waktu psikologis bisa melambat, bisa menjadi cepat, tergantung kondisi batin kita.
Yang menarik ialah: waktu psikologis bisa BERHENTI; ia berhenti bila pikiran berhenti (diam sempurna). Apa artinya waktu berhenti? ... Artinya kesadaran berada pada SAAT KINI terus-menerus, tidak bergerak ke MASA LAMPAU, atau ke MASA DEPAN. ...
pembahasan menarik mengenai
waktu.
dari pengamatan saya tentang gerak pikiran, ada sedikit perbedaan nih...
#1) pada momen menyenangkan, misalnya dekat dengan pacar, pikiran justru
sangat tidak tenang. seolah-olah tampak tenang karena momen itu menghasilkan
perasaan menyenangkan. dan pada saat pikiran tidak tenang ini,
(hampir) tidak ada 'sadar'. pikiran terus bolak balik ke lamunan masa depan, ingatan, bentuk-bentuk asosiasi, dll. di permukaan tampaknya sangat tenang. itu karena ilusi perasaan menyenangkan. sebenarnya disini banyak sekali ancaman berbahaya, karena pada saat pikiran kita kemana2, dia mulai menaruh
target2 di tempat yg dikunjunginnya. (bersambung ke kesimpulan 1a)
moment seperti ini,
sangat berbeda dg state meditasi. dalam meditasi, ketika pikiran berhenti (bukan berfocus pada 1 objek), waktu itu sendiri sudah tidak ada lagi. bukan cepat ataupun lambat.
#2) pada momen tidak menyenangkan, pikiran justru lebih diam (bukan diam total tetapi lebih di satu tempat, yaitu
masalah, objek yg menyebalkan). kesadaran lebih jernih... (IMO, tidak sampai diam, tapi mencapai konsentrasi)
misalkan saya dan jarum suntik. jarum suntik adalah objek yg menghasilkan
perasaan tidak menyenangkan bagi saya. kalau lagi mau disuntik, pikiran tidak ke mana2. dia hanya bergerak di satu tempat, yaitu jarum... objek yg tidak menyenangkan. alaminya pada waktu berhadapan dg objek tidak menyenangkan pikiran tidak pergi kemana2. pikiran saya tidak pergi ke ice cream, coklat, dll... waktu menjadi sangat panjang di sini...
kesimpulan saya,
1a. utk pikiran, pada saat pikiran ke mana-mana, waktu kronologis akan berlalu sangat cepat karena kita merasakan waktu kronologis
hanya pada saat kita sadar (bukan hening/diam yah). dalam kondisi tidak sadar, artinya kita absen dari waktu kronologis. akibatnya waktu kronologis berlalu begitu saja meninggalkan kita.
1b. sebaliknya pada saat pikiran diam, kita 'hadir' dalam realitas dunia. gerakan2 akan terlihat menjadi lebih lambat. sehingga seolah2 waktu kronologis terasa begitu panjang..............padahal... inilah waktu kronologis yg mendekati sebenarnya (karena sadar kita banyak hadir). merasa menjadi begitu panjang juga akibat dari pembandingan kita dg pengalaman sebelumnya kita dimana kita merasa waktu berlalu begitu cepat (pada saat kita tidak hadir/absen dalam realitas).
2a. perasaan menyenangkan
cenderung membuat pikiran menjadi bergairah utk mengelana. bahkan dalam meditasi, banyak sensasi2 menyenangkan yg membuat pikiran ini mengharapkan sensasi itu di waktu mendatang.
2b. sebaliknya perasaan tidak menyenangkan cenderung (tidak selalu, tergantung karakteristik individu juga. ada yg dapat tugas ber-deadline, malah melamunkan selesai secara ajaib tanpa mengerjakannya. akibatnya waktu juga berlalu cepat, dan deadline tiba tanpa disadari) utk membuat pikiran melekat pada objek tsb.
3. dalam (meditasi) konsentrasi mendalam, kita malah dapat mengamati sesuatu dg lebih jelas (fenomena kecepatan tinggi dapat kita amati). termasuk mengamati gejolak bathin. tetapi ini tidak mutlak diperlukan
pada state meditasi taraf tertentu, pikiran tidak muncul lagi. disinilah
timeless yg Pak Hudoyo sebutkan. bukan lebih cepat atau lebih lambat. tapi tidak ada waktu.
mohon koreksinya apabila ada kesalahan.