//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Knowing and Seeing - By Venerable Pa Auk Tawya Sayadaw  (Read 3231 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Knowing and Seeing - By Venerable Pa Auk Tawya Sayadaw
« on: 24 July 2013, 02:28:44 PM »
Buku ini merupakan rangkaian perbincangan dan tanya jawab yang dilakukan oleh Ven Pa Auk Sayadaw ketika membimbing retret meditasi untuk pertama kalinya di taiwan selama 2 bulan. Buku ini masih dalam tahap penerjemahan, dan mungkin masih akan makan waktu lama sebelum selesai pengerjaannya, jadi mohon agar yang lain bisa sabar menunggu. ;D

NB: dengan alasan kerapian, mohon agar tidak me-reply di topik ini. :)
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Knowing and Seeing - By Venerable Pa Auk Tawya Sayadaw
« Reply #1 on: 24 July 2013, 02:35:36 PM »
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammā Sambuddhasa
Terpujilah Sang Bhagavā, Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna
« Last Edit: 24 July 2013, 02:40:14 PM by will_i_am »
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Knowing and Seeing - By Venerable Pa Auk Tawya Sayadaw
« Reply #2 on: 24 July 2013, 02:41:38 PM »
PRAKATA
(Edisi Pertama)
   Seperti yang kebanyakan diantara kita tahu, tiga latihan moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan merupakan tiga tahapan praktik Buddhis. Melalui praktik tiga pelatihan ini, umat biasa bisa mencapai Nibbāna6 dan menjadi Yang Tercerahkan.
   Visuddhi Magga yang disusun oleh YM Buddhagosa merupakan pemaparan akan ketiga latihan yang berdasarkan pada teks Pali beserta komentar-komentarnya,  menjelaskan tujuh tingkat pemurnian, dan enam belas pengetahuan vipassanā. Namun bagaimana cara mencapainya merupakan sebuah pertanyaan yang sulit bagi semua umat Buddhis selama banyak generasi. Untuk itu, kita beruntung karena memiliki YM Pa-Auk Tawya Sayadaw dari Pa-Auk Forest Monastery. Ajarannya sama, sekaligus lebih mendetil daripada apa yang digambarkan dalam Visuddhi Magga itu sendiri. Berdasarkan pada sumber yang sama, teks Pali, komentar-komentar dan Visuddhi Magga itu sendiri, Sayadaw mengajarkan para yogi, selangkah demi selangkah, bagaimana mencapai tingkat-tingkat pemurnian tersebut, dan pengetahuan vipassanā.
   Tujuan pengajaran di Pa-Auk Forest Monastery, sesuai dengan teks-teks kuno, adalah untuk merealisasi Nibbāna dalam kehidupan ini juga. Untuk mencapai tujuan itu, para yogi harus memahami bahwa semua batin-jasmani, yang juga dikenal sebagai lima kelompok unsur kehidupan sebagai tidak kekal, penderitaan, dan tanpa-diri. Sementara untuk objek meditasi vipassanā, bukan hanya tentang lima kelompok unsur kehidupan internal dan eksternal, namun juga lima kelompok unsur kehidupan di masa lalu, masa depan dan masa kini, kasar dan halus, tinggi dan rendah, jauh dan dekat. Hanya setelah memahami semuanya melalui penembusan sebagai tidak kekal, penderitaan, dan tanpa dirilah para yogi bisa mencapai Jalan dan Buah, dan dengan demikian secara perlahan menghapus atau mengurangi berbagai jenis noda. Setelah melihat Nibbāna untuk pertama kalinya, para yogi bisa melihat dengan jelas bahwa mereka telah mencapai Jalan dan Buah pertama; noda apa yang telah mereka tinggalkan, dan noda apa yang masih harus mereka tinggalkan.Kemudian mereka melanjutkan praktik vipassana untuk mencapai Jalan dan Buah yang lebih tinggi hingga pencapaian kearahattaan, yang dengan demikian bukan lagi menjadi subjek kelahiran kembali , dan akan mencapai Nibbāna setelah kematian.
   Adalah sangat beruntung bahwa saya, di zaman ini dimana Buddhisme sedang merosot, masih berkesempatan untuk mempraktikkan sistem meditasi asli Buddhis. Hal ini membuat saya seolah kembali ke masa Sang Buddha. Karena itu saya sangat bersyukur kepada Sayadaw, yang telah menghabiskan bertahun-tahun praktik di hutan, dan mempelajari teks-teks Pali dan komentar-komentarnya untuk menemukan kembali ajaran ini. Adalah karena belas kasih maka beliau mengorbankan banyak waktunya untuk mengajarkan meditasi demi kepentingan umat manusia. ajarannya amat jelas dan mendetil dalam seluruh tujuh tingkat pemurnian. Ini merupakan ajaran yang langka dan sulit ditemui, bukan hanya di Taiwan, namun di seluruh dunia.
   Sejak bulan April hingga Juni, Sayadaw mengadakan retret meditasi dua bulan untuk pertama kalinya di Taiwan, di Vihara Yi-Tung. Diantara banyak penduduk Taiwan, ajaran beliau pastinya akan membangkitkan minat terhadap meditasi yang asli. Ajaran ini juga merupakan sokongan yang bagus untuk memenuhi beberapa celah dalam meditasi Mahāyāna. Saya berharap para pembaca, setelah membaca pembicaraan yang mendalam dan jawaban-jawaban terhadap berbagai pertanyaan yang diajukan di Taiwan oleh Sayadaw, bisa memiliki pemahaman yang lebih mendalam terhadap ajaran Sang Buddha.
   Semoga Dhamma sejati bertahan lama. Semoga pihak penerbit buku ini membantu menyediakan perlindungan bagi mereka yang ingin mengetahui apa itu lingkaran kelahiran dan kematian, dan bagi mereka yang ingin mencapai pembebasan. Semoga buku ini memandu lebih banyak orang pada jalan yang benar menuju pembebasan, agar mereka bisa menyadari bagi diri mereka sendiri bahwa: ‘semua bentukan adalah tidak kekal, semua dhamma adalah tanpa-diri, dan Nibbāna adalah kedamaian sejati.’ Melihat hal tersebut bukanlah sesuatu yang tidak bisa dipraktikkan, namun mutlak harus dipraktikkan. Hanya orang-orang yang telah melihatnya yang mengetahuinya dan hanya mereka yang mengalaminya yang bisa menikmati kebahagiaan Dhamma.
Seorang Bhiksuni Taiwan 8
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Knowing and Seeing - By Venerable Pa Auk Tawya Sayadaw
« Reply #3 on: 24 July 2013, 03:04:16 PM »
PERKENALAN 9

DISPENSASI SANG BUDDHA

   Pada suatu ketika, Yang Terberkahi sedang berdiam diantara para suku Vajji di koṭigāma. Disana Yang  Terberkahi memanggil para bhikkhu10  demikian11:
   Para bhikkhu, adalah karena tidak memahami (an•nubodhā) dan tidak menembus (a•ppaṭivedhā) Empat Kebenaran Mulia (Cattunaṁ Ariya•Saccānaṁ) maka kalian dan Aku telah mengembara selama waktu yang lama dalam lingkaran kelahiran kembali. Apakah empat itu?
[1]   Para bhikkhu, adalah karena tidak memahami dan tidak menembus Kebenaran Mulia tentang Penderitaan (Dukkhasa Ariya•Saccassa) maka kalian dan Aku telah mengembara selama waktu yang lama dalam lingkaran kelahiran kembali.
[2]   Para bhikkhu, adalah karena tidak memahami dan tidak menembus Kebenaran Mulia tentang Asal-Mula Penderitaan (Dukkha•Samudayassa Ariya•Saccassa) maka kalian dan Aku telah mengembara selama waktu yang lama dalam lingkaran kelahiran kembali.
[3]   Para bhikkhu, adalah karena tidak memahami dan tidak menembus Kebenaran Mulia tentang Berhentinya Penderitaan (Dukkha•Nirodhassa Ariya•Saccassa) maka kalian dan Aku telah mengembara selama waktu yang lama dalam lingkaran kelahiran kembali.
[4]   Para bhikkhu, adalah karena tidak memahami dan tidak menembus Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Berhentinya Penderitaan (Dukkha•Nirodha•Gāminiya Paṭipadāya Ariya•Saccassa) maka kalian dan Aku telah mengembara selama waktu yang lama dalam lingkaran kelahiran kembali.

   
   Empat Kebenaran Mulia dengan demikian adalah landasan Ajaran Sang Buddha, Dispensasi Beliau. Beliau kemudian menjelaskan:
[1]   Kebenaran Mulia tentang Penderitaan para Bhikkhu, telah dipahami dan ditembus.
[2]   Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Penderitaan telah dipahami dan ditembus.
[3]   Kebenaran Mulia tentang Berhentinya Penderitaan telah dipahami dan ditembus.
[4]   Kebenaran Mulia tentang Jalan menuju Lenyapnya Penderitaan telah dipahami dan ditembus.
   Ketagihan terhada[ penjelmaan telah dipotong; kecenderungan akan eksistensi telah dihancurkan; tidak ada lagi kelahiran kembali.

   Mari kita lihat bagaimana Empat Kebenaran Mulia berhubungan satu dengan lainnya.

APA YANG HARUS SEPENUHNYA DISADARI

   Sang Buddha mengajarkan Empat Kebenaran Mulia kepada kita agar menembus Kebenaran Mulia Ketiga, Nibbāna, untuk mengakhiri secara total kelahiran kembali dan penderitaan. Namun hal itu tidak mungkin dilakukan tanpa kondisi yang memungkinkan. Dalam Kūṭāgāra sutta (Sutta Rumah Beratap Runcing), Sang Buddha menjelaskan kondisi pertama yang membuat penghentian penderitaan sepenuhnya tidak dapat terjadi:12
   Adalah benar, para bhikkhu, bila seseorang berkata: ‘Tanpa membangun lantai dasar rumah beratap runcing, aku akan membangun lantai atasnya’, hal demikian adalah mustahil. Demikian pula, bila seseorang berkata:
[1]   ‘Tanpa menembus Kebenaran Mulia Penderitaan sebagaimana adanya;
[2]   ‘Tanpa menembus Kebenaran Mulia Asal Mula Penderitaan sebagaimana adanya;
[3]   ‘Tanpa menembus Kebenaran Mulia Lenyapnya Penderitaan sebagaimana adanya;
[4]   ‘Tanpa menembus Kebenaran Mulia Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan sebagaimana adanya;
   ‘Aku akan mengakhiri penderitaan secara keseluruhan’, hal tersebut adalah mustahil.

   Ini berarti bahwa kita tidak bisa benar-benar mengakhiri penderitaan (tidak bisa mencapai Kebenaran Mulia Ketiga, Nibbāna) kecuali kita telah lebih dulu benar-benar menembus Kebenaran Mulia Pertama (Penderitaan (Dukkha)), dan menembus Kebenaran Mulia Kedua sepenuhnya (Asal Mula Penderitaan (samudaya)). Hanya ketika itulah kita mampu menembus pula Kebenaran Mulia Keempat yang lokuttara, Jalan Mulia Berunsur Delapan yang lokuttara.
   Satu-satunya cara untuk mencapai penembusan ini adalah dengan terlebih dahulu mempraktikkan Kebenaran Mulia Keempat yang bersifat duniawi (lokiya magga sacca), yang merupakan Jalan Mulia Berunsur Delapan duniawi, tiga latihan:
1)   Moralitas (sīla)
2)   Konsentrasi (samādhi)
3)   Kebijaksanaan (paññā)13
   Bagi para bhikkhu, moralitas adalah pengendalian Pāṭimokkha, dan bagi umat awam merupakan delapan atau lima sila. Ketika kita berkembang dalam moralitas, kita dapat mengembangkan konsentrasi-akses dan konsentrasi absorpsi (appanā samādhi), yang merupakan jhāna, dan kemudian bisa melanjutkan untuk mengembangkan kebijaksanaan, yang merupakan meditasi vipassanā. Meditasi vipassanā tidak lain adalah untuk menyadari hakekat ketidakkekallan, penderitaan, dan tanpa diri dari Kebenaran tentang Mulia Penderitaan dan Asal Mula Penderitaan. Hanya ketika kita mempraktikkan vipassanā secara baik dan tekun, dan sepenuhnya memahami kedua Kebenaran Mulia ini, kita mampu memahami Kebenaran Mulia Keempat yang lokuttara, Jalan Mulia Berunsur Delapan yang berhubungan dengan Jalan Kebenaran yang lokuttara (Lokuttarā Magga Sacca): Jalan (Magga) Pemenang-Arus (Sot•Āpatti), Yang-Kembali-Sekali (Sakad•Āgāmi), Yang-Tidak-Kembali (An•Āgāmi), dan Arahant.
   Secara singkat: tujuan Kebenaran Mulia Keempat (Jalan Mulia Berunsur Delapan) adalah untuk menyadari Kebenaran Mulia Ketiga, yang hanya dicapai dengan sepenuhnya menyadari Kebenaran Mulia Pertama dan Kedua (Penderitaan dan Asal-Mulanya)

KEBENARAN MULIA PERTAMA DAN KEDUA

   Namun apakah Kebenaran Mulia Pertama, Kebenaran Mulia Penderitaan? Dalam Dhamma•Cakka•Ppavattana sutta (Sutta Pemutaran Roda-Dhamma), Sang Buddha menjelaskan:14
   Sekarang ini, para bhikkhu, merupakan Kebenaran Mulia Penderitaan: Kelahiran adalah penderitaan; penuaan adalah penderitaan; sakit adalah penderitaan; kematian adalah penderitaan; berkumpul dengan yang dibenci adalah penderitaan; berpisah dengan yang dicintai adalah penderitaan; tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah penderitaan: singkatnya, lima kelompok unsur kehidupan yang tunduk pada kemelekatan (pañc•upādāna•kkhandhā) adalah penderitaan.
   Ketika Sang Buddha mengajarkan Kebenaran Mulia tentang Penderitaan, Beliau mengajarkan lima kelompok unsur kehidupan; Beliau mengajarkan kepada kita bagaimana mengetahui dan melihat kelima kelompok unsur kehidupan. Dunia manusia kita merupakan keberadaan lima-unsur (pañca vokāra bhava) (Dunia lima kelompok unsur kehidupan), dan kecuali bila kita mengetahui dan melihat kelima kelompok unsur kehidupan, kita tidak akan mampu memahami Ajaran Sang Buddha. Beliau menjelaskan hal ini dalam Puppha sutta (Sutta Bunga):15
   Dan apakah kebenaran sejati tentang dunia? (loke loka•dhammo) yang telah dipahami oleh Tathāgata dengan pengetahuan penuh dan sempurna?
   [1] Jasmani (rūpa)... [2] Perasaan (vedanā)… [3] Persepsi (saññā)... [4] Bentukan-Bentukan mental16 (saṅkhārā)…16 [5] kesadaran (viññāṇa), para bhikkhu, merupakan kebenaran sejati tentang dunia yang telah direalisasi oleh Tathāgata dengan pengetahuan penuh dan sempurna.
   Setelah melakukan demikian, Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, membabarkannya, mengembangkannya, mengungkapkannya, menguraikannya. Ketika dijelaskan, diajarkan, diungkapkan, diuraikan dan dibabarkan demikian oleh Tathāgata, bila ada seseorang yang tidak mengetahui dan melihat, bagaimana Aku bisa membantu orang biasa bodoh, yang buta dan tak punya penglihatan, yang tidak mengetahui dan tidak melihat itu?

   Kenyataan Dunia yang dijelaskan oleh Sang Buddha disini adalah lima kelompok unsur kehidupan, yang merupakan Kebenaran Mulia tentang Penderitaan dan Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Penderitaan. Dan dalam Mahā•Sati•Paṭṭhana sutta (Khotbah Besar tentang Landasan Kewaspadaan) Beliau Menjelaskan: 17
   Dan bagaimana, para bhikkhu, lima kelompok unsur kehidupan yang tunduk pada kemelekatan (pañc•upādāna•kkhandha) secara singkat adalah penderitaan? Adalah sebagai berikut:
[1]   Kelompok unsur kemelekatan materi (rūp•upādāna•kkhandho);
[2]   Kelompok unsur kemelatan perasaan (vedan•upādāna•kkhandho);
[3]   Kelompok unsur kemelekatan persepsi (saññ•upādāna•kkhandho);
[4]   Kelompok unsur kemelekatan bentukan-bentukan (saṅkhār•upādāna•kkhandho);
[5]   Kelompok unsur kemelekatan kesadaran (viññāṇ•upādāna•kkhandho).

   Dan sebagai contoh dalam Khandha Sutta (Sutta kelompok unsur kehidupan), Beliau menjelaskan bahwa kelompok-kelompok unsur kehidupan terdiri dari sebelas kelompok kategori:18
   Dan apa, para bhikkhu, lima kelompok  unsur kehidupan yang tunduk pada kemelekatan? Apapun bentuk materi (rūpa), apakah
   [1-3]    di masa lalu, masa depan, atau masa kini (atīt•ānāgata•paccuppannaṁ);
   [4-5]    internal atau eksternal (ajjhataṁ vā bahiddhā vā);
   [6-7]    kasar atau halus (oḷārikaṁ vā sukhumaṁ vā);
   [8-9]    rendah atau tinggi (hīnaṁ vā paṇītaṁ vā);
   [10-11]   jauh atau dekat (yaṁ dūre santike vā)
   Yang ternoda (sāsava), yang bisa dilekati (upādāniya), disebut kelompok unsur materi yang tunduk pada kemelekatan. Apapun jenis perasaan… persepsi… bentukan-bentukan mental…
   Apapun bentuk kesadaran apakah dimasa lalu, masa depan, atau masa kini; internal atau eksternal; kasar atau halus; rendah atau tinggi; jauh atau dekat yang ternoda, yang bisa dilekati, disebut kelompok unsur kesadaran yang tunduk pada kemelekatan.
   Ini, para bhikkhu, adalah lima kelompok unsur kehidupan yang tunduk pada kemelekatan.

   Kelima kelompok unsur kehidupan yang tunduk pada kemelekatan ini adalah Kebenaran Mulia pertama, Kebenaran Mulia tentang Penderitaan, dan seperti yang Sang Buddha jelaskan, kelimanya terdiri dari masing-masing sebelas kategori. Ini berarti bahwa untuk mengetahui dan melihat lima kelompok unsur kehidupan adalah dengan mengetahui sebelas kategori materi, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan, dan kesadaran.
   Yang pertama dari lima kelompok unsur kehidupan yang tunduk kemelekatan (jasmani) bisa juga hanya disebut jasmani (rūpa), dan keempat yang lainnya (perasaan, persepsi, bentukan-bentukan mental, dan kesadaran) bersama-sama disebut sebagai batin (nāma). Dengan demikian, lima kelompok unsur kehidupan yang tunduk pada kemelekatan kemelekatan juga hanya disebut sebagai batin-jasmani (nāma•rūpa).19
   Untuk mengetahui dan melihat batin-jasmani sebagaimana adanya, kita juga harus mengetahui dan melihat bagaimana keduanya saling terhubung, yang berarti kita harus melihat dan mengetahui bahwa dalam lima kelompok unsur penjelmaan(pañca•vokāra•bhava), batin bergantung pada jasmani. Lima kelompok unsur penjelmaan merupakan dunia lima kelompok unsur kehidupan, dan dijelaskan dalam Sang Buddha dalam Loka Sutta (Sutta tentang dunia). Disini, Beliau menjelaskan batin-jasmani sebagai delapan belas elemen (dhātu): enam pintu indria, enam objek indria, dan enam tipe kesadaran (viññāṇa). Beliau berkata:20
   Dan apakah, para bhikkhu, asal mula dunia?
[1]   Dengan bergantung pada mata dan warna (cakkhuñ•ca paṭicca rūpe  ca21), kesadaran mata muncul (cakkhu•viññāṇaṁ).
Pertemuan ketiganya adalah kontak (phasso).
•   Karena kontak, perasaan (vedanā) [muncul];
•   Karena perasaan, ketagihan (taṇhā);
•   Karena ketagihan, kemelekatan (upādāna);
•   Karena kemelekatan, penjelmaan (bhava);
•   Karena penjelmaan, kelahiran (jāti);
•   Karena kelahiran, penuaan dan kematian (jarā•maraṇa), kesedihan (soka), ratapan (parideva), penderitaan (dukkha), kesengsaraan (domanassa) dan kekecewaan (upāyāsa) muncul.
[2]   Dengan bergantung pada telinga dan suara-suara, kesadaran telinga muncul…
[3]   Dengan bergantung pada hidung dan bebauan, kesadaran hidung muncul…
[4]   Dengan bergantung pada lidah dan kecapan, kesadaran lidah muncul…
[5]   Dengan bergantung pada tubuh dan sentuhan, kesadaran tubuh muncul…
[6]   Dengan bergantung pada pikiran dan dhamma-dhamma,22 kesadaran pikiran muncul…

Untuk melihat batin-jasmani, kita harus mengetahui dan melihat:
1)   Pintu-pintu indria
2)   Objek yang menyerang pintu indria
3)   Kesadaran yang muncul dan faktor-faktor mental pendampingnya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sang Buddha, terdapat enam pintu indria:
1.   Pintu mata (cakkhu•dvāra)
2.   Pintu telinga (sota•dvāra)
3.   Pintu hidung (ghāna•dvāra)
4.   Pintu lidah (jivhā•dvāra)
5.   Pintu tubuh (kāya•dvāra)
6.   Pintu pikiran (Bhavaṅga) (mano•dvāra)
   Lima pintu indera pertama termasuk kedalam jasmani (rūpa), dan dengan demikian sama dengan lima landasan indria (vatthu),23 namun pintu indera keenam, pintu pikiran (bhavaṅga), termasuk kedalam batin (nāma). Ia bergantung pada landasan jasmani keenam, dan landasan jantung (hadaya•vatthu).
   Lima pintu jasmani hanya meliputi objek materinya masing-masing, sementara pintu pikiran  meliputi kelima objek materi tersebut dan juga objeknya sendiri. Hal ini dijelaskan oleh Sang Buddha dalam Uṇṇābha•Brāhmaṇa sutta meskipun istilah yang digunakannya adalah indria (indriya):24
   Kelima indria ini, Brahmana, masing-masing memiliki lingkup yang berbeda (visaya), cakupan yang berbeda (gocara), dan tidak mengalami (paccanubhontānaṁ) cakupan yang lainnya. Apakah kelima itu?
[1]   Indria mata (cakkh•undriyaṁ),
[2]   Indria telinga (sot•indriyaṁ),
[3]   Indria hidung (ghān•indriyaṁ),
[4]   Indria lidah (jivh•indriyaṁ),
[5]   Indria tubuh (kāy•indriyaṁ).
   Sekarang, Brahmana, kelima indera ini, memiliki lingkup dan cakupan yang berbeda, tidak mengalami domain dan lingkup yang lainnya, memiliki pikiran sebagai perlindungannya (paṭisaraṇaṁ), dan pikiran mengalami (pacchanubhoti) lingkup dan cakupan yang lain.

   Ketika objek materi menyerang pintu indera jasmani mereka, mereka menyerang pintu pikiran (bhavaṅga) pada saat yang sama:25 Semua objek lain hanya menyerang pintu pikiran. Objek-objek yang hanya menyerang pintu pikiran termasuk juga objek yang bukan batin-jasmani, yang bukan dunia. Terdapat enam jenis objek.
1)   Objek warna (rūp•ārammaṇa)
2)   Objek suara (sadd•ārammaṇa)
3)   Objek bau (gandh•ārammaṇa)
4)   Objek kecapan (ras•ārammaṇa)
5)   Objek sentuhan (phoṭṭhabb•ārammaṇa)
6)   Objek dhamma (dhamm•ārammaṇa)
   Objek dhamma adalah segala jenis objek yang tidak termasuk kelima objek materi yang pertama: semua objek lain di dunia, yang hanya bisa dikenali oleh pikiran. Mereka terdiri dari enam jenis:
1)   Lima jenis jasmani kasat mata (pasāda•rūpa): mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh yang kasat mata.26  Mereka adalah jasmani kasar (oḷārika•rūpa).27
2)   Enam belas jenis jasmani halus (sukhuma•rūpa)
3)   Enam jenis elemen kesadaran (viññāṇa•dhātu)
4)   Lima puluh dua jenis faktor mental (cetasika)
5)   Elemen Nibbāna, elemen Tak Berbentuk (Asaṅkhata•Dhātu)
6)   Konsep-konsep yang tak terhingga (paññatti), contohnya: konsep pernafasan, objek kasiṇa, dan nama-nama untuk kebenaran mutlak, yang tanpanya kita tidak bisa berkomunikasi
   Sebagaimana yang dijelaskan Sang Buddha, ketika salah satu dari enam pintu indera bertemu dengan objek yang sesuai, kesadaran muncul. Dengan demikian kita memiliki enam jenis kesadaran:
1)   Kesadaran mata (cakkhu•viññāṇa)
2)   Kesadaran telinga (sota•viññāṇa)
3)   Kesadaran hidung (ghāna•viññāṇa)28
4)   Kesadaran lidah (jivhā•viññāṇa)29
5)   Kesadaran tubuh (kāya•viññāṇa)
6)   Kesadaran pikiran (mano•viññāṇa)
   Sama seperti yang Sang Buddha jelaskan juga kepada Brahmana tersebut, ketika sebuah objek menyerang salah satu dari lima pintu indria, ia menyerang pintu batin juga. Ketika anda telah mengembangkan konsentrasi yang kokoh dan kuat, anda juga bisa melihat bahwa objek-objek dipantulkan oleh pintu batin (bhavaṇga) seperti halnya cermin.
   Maka anda juga akan mampu melihat bahwa kesadaran yang muncul dalam salah satu pintu indria adalah sangat lemah. Mereka hanya ‘mengambil’ objek (abhinipātamattā). Pengetahuan akan objek dilakukan oleh rentetan kesadaran pikiran (mano•viññāṇa)  yang muncul belakangan.30
Sebagai contoh., ketika objek material seperti warna menyerang pintu indria mata, dan menyerang pintu pikiran (bhavaṇga) pada saat bersamaan, kesadaran pikiran muncul diikuti oleh kesadaran mata: mereka tidak ‘mengenali’ objek; mereka tidak tahu bahwa itu adalah warna. Objek dikenali oleh kesadaran pikiran yang muncul sesudahnya.
Dengan demikian kita mungkin memahami bahwa untuk mengenali batin-jasmani, kita perlu mengenal setiap jenis batin, setiap jenis jasmani, dan bagaimana mereka bekerja bersama-sama. Kita perlu mengetahui:
1)   Wujud dari pintu.
2)   Wujud dari objek.
3)   Kondisi batin yang muncul dalam pintu jasmani dan pintu batin.
   Kita harus mengetahui dan melihat pintu mata, objeknya (warna), dan kesadaran pikiran serta kesadaran mata yang muncul ketika warna menyerang pintu mata. Dan kita perlu mengetahui dan melihat bahwa tanpa perwujudan dari pintu mata, tidak ada kesadaran mata yang muncul, tanpa perwujudan landasan jantung, tidak ada kesadaran pikiran yang muncul, dan tanpa perwujudan objek (warna), tidak ada kesadaran mata dan pikiran yang muncul pula. Kita juga perlu melihat hal ini pada telinga, hidung, lidah, dan tubuh, dan kita harus mengetahui dan melihat bahwa ada objek-objek yang hanya dikenal oleh kesadaran pikiran, yang juga muncul tergantung pada perwujudan landasan jantung.
   Namun kebenaran-kebenaran ini tidak boleh hanya diketahui hanya sebatas konsep, karena itu berarti hanya mengetahui dan melihat hal-hal sebagaimana mereka muncul, yang berarti kita tetap menjadi seperti yang Sang Buddha  katakan, seorang umat biasa yang bodoh, buta dan tak berpenglihatan, yang tidak mengetahui dan melihat.
   Untuk mengetahui dan melihat hal-hal sebagaimana adanya, kita perlu menembus kebenaran mutlak (paramattha•sacca); kita perlu mengetahui dan melihat batin-jasmani secara mutlak (paramattha•nāma•rūpa).

hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Knowing and Seeing - By Venerable Pa Auk Tawya Sayadaw
« Reply #4 on: 24 July 2013, 03:16:22 PM »
MENGETAHUI DAN MELIHAT KEBENARAN MULIA PERTAMA

   Kita perlu mengetahui dan melihat setiap dan segala jenis batin. Kita harus melihat bahwa dalam lima landasan indria muncul salah satu dari dua jenis kesadaran, ‘dua kali lima kesadaran’ (dve•pañca•viññāṇa):
1)   Kesadaran-kesadaran resultan yang bermanfaat (kusala•vipāka•viññāṇa): yang meliputi kesadaran-kesadaran mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh: lima jenis kesadaran
2)   Kesadaran-kesadaran resultan yang tidak bermanfaat (akusala•vipāka•viññāṇa): yang meliputi pula kesadaran-kesadaran mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh: lima jenis kesadaran yang lain
Semuanya berjumlah sepuluh jenis kesadaran, dan dalam landasan jantung muncul semua jenis kesadaran lainnya:
•   Dua belas jenis kesadaran tidak bermanfaat (akusala•citta): delapan akar-keserakahan, dua akar-kebencian, dan dua akar-delusi.
•   Delapan belas jenis kesadaran tak berakar (a•hetuka•citta): sepuluh yang disebutkan pertama tadi sebagai ‘dua kali lima kesadaran’, juga ada dua jenis kesadaran menerima, tiga jenis kesadaran penyelidikan, dan lima pintu yang mengalihkan kesadaran, pintu batin yang mengalihkan kesadaran, dan kesadaran penghasil-senyum Arahant.
•   Dua puluh Empat jenis kesadaran lingkup indria yang baik (kāma•sobhaṇa•citta): yang meliputi delapan jenis kesadaran lingkup indria yang bermanfaat, delapan jenis kesadaran resultan lingkup indria, dan delapan jenis kesadaran lingkup indria fungsional Arahant.
•   Lima belas jenis kesadaran lingkup materi halus (rūp•āvacara•citta): yang meliputi lima jenis kesadaran bermanfaat jhāna, lima jenis kesadaran fungsional jhāna lima jenis kesadaran fungsional jhāna para Arahant.
•   Dua belas jenis kesadaran lingkup tanpa-materi (arūp•āvacara•citta): yang meliputi Empat jenis kesadaran bermanfaat jhāna tanpa-materi, empat jenis kesadaran resultan jhāna tanpa-materi, dan empat jenis kesadaran fungsional jhāna tanpa-materi Arahant.
•   Delapan jenis kesadaran lokuttara (lokuttarā•citta): yang meliputi empat jenis Kesadaran Jalan, dan empat jenis Kesadaran Buah.
   Ini memberikan delapan puluh sembilan jenis kesadaran. Dan kapanpun salah satu jenis kesadaran ini muncul, muncul pula sejumlah faktor mental pendamping, yang meliputi lima puluh dua jenis secara keseluruhan. Dengan demikian, batin berdiri dari delapan puluh sembilan jenis kesadaran dan lima puluh dua jenis faktor mentalnya.31  Mereka termasuk dalam Kebenaran Mulia tentang Penderitaan.
   Namun selama kita masih belum tercerahkan, kita hanya mampu mengamati lima puluh empat dari delapan puluh sembilan jenis kesadaran dan faktor mentalnya yang meliputi:
•   Dua belas jenis kesadaran bermanfaat (akusala•citta)
•   Hanya tujuh belas jenis kesadaran tak berakar (a•hetuka•citta) (kita belum mampu mengamati kesadaran tak berakar penghasil-senyum arahant)
•   Hanya enam belas jenis kesadaran lingkup indria yang bermanfaat (kita belum mampu mengamati delapan jenis kesadaran fungsional lingkup indera, karena hanya ditemukan dalam diri Arahant)
•   Hanya lima jenis kesadaran materi halus yang bermanfaat. (kita belum mampu mengamati lima jenis kesadaran resultan materi halus dan kesadaran fungsional materi halus)
•   Hanya empat jenis kesadaran tanpa-materi yang bermanfaat (kita belum mampu mengamati empat jenis kesadaran resultan lingkup tanpa-materi dan empat jenis kesadaran fungsional lingkup tanpa-materi).
   Untuk mengetahui dan melihat Kebenaran Mulia tentang Penderitaan sebagaimana adanya, kita perlu mengetahui dan melihat secara langsung kelima puluh empat jenis kesadaran ini dan faktor-faktor mental pendampingnya. Namun seperti yang dijelaskan Sang Buddha, dalam dunia lima kelompok unsur kehidupan ini, batin muncul bergantung pada jasmani; kesadaran individual muncul tergantung dengan landasan yang berhubungan dengannya. Itu berarti bahwa kita juga harus mengetahui dan melihat secara langsung jasmani ini.
   Untuk mengetahui dan melihat jasmani ini sebagaimana adanya, kita perlu mengetahui dan melihat bagaimana jasmani terdiri dari partikel sub-atomik yang dalam bahasa Pali disebut rūpa-kalāpa.32  Mereka muncul dan lenyap dengan sangat cepat, namun itu hanyalah kebenaran konseptual (vijjamāna•paññatti), bukan jasmani secara mutlak (paramattha•rūpa). Untuk mengetahui dan melihat jasmani sebagaimana adanya, kita perlu menembus konsep rūpa-kalāpa (menembus delusi kepadatan33) dan melihat kebenaran mutlak (paramattha•saccā), jenis lain dari jasmani secara mutlak (paramattha•rūpa), yang mencakup jenis-jenis individual rūpa-kalāpa.
   Dalam Mahā•Gopālaka sutta,34 Sang Buddha menjelaskan pengetahuan jasmani yang diperlukan bagi seorang bhikkhu untuk maju dalam Dhamma dan Vinaya.
   Bagaimana seorang bhikkhu, memiliki pengetahuan akan jasmani (rūp•aññū)? Disini seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya: ‘Semua jenis jasmani terdiri dari empat elemen utama (cattāri mahā•bhūtāni), dan jasmani berasal dari empat elemen utama (catunna•ñca mahā•bhūtānaṁ upādāya•rūpaṁ).’
   Demikianlah seorang bhikkhu memiliki pengetahuan akan jasmani.

   Dan Beliau berkata tanpa pengetahuan ini seorang bhikkhu
   Tidak mampu tumbuh, berkembang, dan memenuhi Dhamma-Vinaya ini.
   Ini berarti kita harus mengetahui dan melihat keseluruhan dua puluh delapan jenis jasmani yang merupakan empat elemen utama (mahā•bhūta):
1)   Elemen tanah (pathavī•dhātu)
2)   Elemen air (āpo•dhātu)
3)   Elemen api (tejo•dhātu)
4)   Elemen udara (vāyo•dhātu)
   Dan dua puluh empat jenis jasmani turunan (upādāya•rūpa), seperti:35
•   Lima jenis jasmani yang kasat mata (pasāda•rūpa): mata-, telinga-, hidung-, lidah-, dan tubuh yang kasat mata, yang terdiri dari lima pintu indria.
•   Empat jenis jasmani lingkup-indria (gocara•rūpa): warna, suara, bebauan, rasa.
•   Zat nutrisi (ojā)
•   Vitalitas (jīvit•indriya)
•   Jasmani jantung (hadaya•rūpa): landasan materi bagi kesadaran pikiran (mano•viññāṇa) dan faktor-faktor mental pendampingnya.

BAGAIMANA MENGETAHUI DAN MELIHAT KEBENARAN MULIA PERTAMA DAN KEDUA

MENGEMBANGKAN KONSENTRASI

   Mampu melihat jenis-jenis jasmani individual dari rūpa-kalāpa individual sama dengan mampu melihat jasmani secara mutlak, dan itu memerlukan konsentrasi yang kokoh dan kuat. Hanya konsentrasi yang kokoh dan kuat yang mampu mengetahui dan melihat hal-hal sebagaimana adanya.36 Ini dijelaskan oleh Sang Buddha contohnya dalam Samādhi sutta (Sutta Sehubungan Dengan Konsentrasi) dari Sacca•Saṁyutta (Kelompok Kebenaran):37
   Kembangkanlah konsentrasi (samādhi), para bhikkhu. Dengan terkonsentrasi (samāhito), para bhikkhu, seorang bhikkhu memahami sesuai dengan kebenaran. Dan apakah yang ia pahami sesuai dengan kebenaran?
[1]   Ia memahami ‘Ini adalah penderitaan’ sesuai dengan kebenaran;
[2]   Ia memahami ‘Ini adalah asal mula penderitaan’ sesuai dengan kebenaran
[3]   Ia memahami ‘Ini adalah berhentinya penderitaan’ sesuai dengan kebenaran;
[4]   Ia memahami ‘Ini adalah jalan menuju berhentinya penderitaan’ sesuai dengan kebenaran;
   Kembangkanlah konsentrasi, bhikkhu. Terkonsentrasi, para bhikkhu, seorang bhikkhu memahami sesuai dengan kebenaran.

   Inilah alasan mengapa, di Pa-Auk, kami pertama-tama mengajarkan untuk mengembangkan konsentrasi yang kokoh dan kuat dari jhāna-jhāna (konsentrasi absorpsi (apannā•samādhi)) menggunakan, sebagai contoh kewaspadaan terhadap nafas (ān•āpāna•sati) dan sepuluh kasiṇa, atau konsentrasi akses (upacāra•samādhi)38 menggunakan empat elemen meditasi (catu-dhātu vavatthāna).39

MENGEMBANGKAN CAHAYA KEBIJAKSANAAN

   Konsentrasi yang kokoh dan kuat menghasilkan cahaya yang kokoh dan kuat pula, dan oleh cahaya itu anda bisa menembus kebenaran mutlak. Hal ini dijelaskan oleh Sang Buddha dalam Ābhā•Vagga (Kelompok Kemegahan) dari Aṅguttara•Nikāya:40
•   Terdapat, para bhikkhu, empat kemegahan. Apakah empat ini? Kemegahan bulan, kemegahan matahari, kemegahan api, dan kemegahan kebijaksanaan (paññ•ābha)
•   Terdapat, para bhikkhu, empat sinar ini. Apakah empat ini? Sinar bulan, sinar matahari, sinar api, dan sinar kebijaksanaan (paññā•pabhā).
•   Terdapat, para bhikkhu, empat kilauan ini. Apakah empat ini? Kilauan bulan, kilauan matahari, kilauan api, dan kilauan kebijaksanaan (paññ•obhāso).
•   Terdapat, para bhikkhu, empat kecemerlangan ini. Apakah empat ini? Kecemerlangan bulan, kecemerlangan matahari, kecemerlangan api, dan kecemerlangan kebijaksanaan (paññā•pajjoto).

   Dan Beliau menyinggung tentang cahaya juga pada khotbah pertamaNya, Dhamma•Cakka•Ppavattana sutta, ketika Beliau menjelaskan pencerahanNya.41
   …demikian, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal (dhammā) yang belum pernah terdengar sebelumnya, timbullah dalam diriKu penglihatan (cakkhu), pengetahuan (ñāṇa), kebijaksanaan (Paññā), pengetahuan sejati (vijjā), dan cahaya (āloko).
   Kesadaran terhadap vipassanā duniawi menghasilkan ‘cahaya pencerahan’ yang kokoh dan kuat (vipassan•obhāso), namun kesadaran terhadap vipassana lokuttara menghasilkan cahaya yang bahkan lebih kokoh dan kuat: sebagai contoh, cahaya pencerahan Yang Terberkahi yang menyebar ke sepuluh ribu sistem dunia.42
   Bagaimana cahaya ini muncul? Kesadaran yang terkonsentrasi secara mendalam berhubungan dengan kebijaksanaan (paññā). Kesadaran demikian menghasilkan banyak kemunculan jasmani yang berasal dari kesadaran (cittaja•rūpa) yang bercahaya amat terang.43
   Menggunakan cahaya itu, kita mampu menembus kebenaran mutlak (paramattha•sacca); untuk melihat hal-hal sebagaimana adanya. Ini sama halnya seperti masuk ke dalam ruangan gelap: kita perlu cahaya untuk melihat benda-benda yang ada disana.44

MELINDUNGI KONSENTRASI
   
   Namun tidaklah cukup hanya dengan konsentrasi yang mendalam, karena untuk mampu menembus kebenaran mutlak merupakan hal yang mendalam, dan merupakan kesempatan yang tidak boleh hilang. Karena itu kami mengajarkan bagaimana anda melindungi diri dan meditasi anda dengan mengembangkan empat kediaman luhur (brahma•vihāra) hingga mencapai jhāna atau konsentrasi akses:45
1)   Cinta kasih (mettā) untuk mengatasi kemarahan dan kebencian.46
2)   Belas kasih (karuṇā) untuk mengatasi niat jahat dan kekejaman.
3)   Kegembiraan simpatik (muditā) untuk mengatasi iri hati.
4)   Ketenang-seimbangan (upekkhā) untuk mengatasi ketidakpedulian terhadap makhluk lain.
   Dengan alasan yang sama, kami mengajarkan pula empat Meditasi Perlindungan (catur•ārakkhā•bhāvanā) hingga mencapai jhāna atau konsentrasi akses:47
1)   Cinta kasih (mettā) untuk melindungi anda dari bahaya makhluk lain.48
2)   Perenungan terhadap Buddha (Buddh•Ānussati) untuk melindungi anda terhadap ketakutan,49  dan bahaya dari makhluk lain
3)   Meditasi terhadap kejijikan (asubha•bhāvanā) untuk melindungi anda terhadap nafsu dan hasrat.50
4)   Perenungan terhadap kematian (maraṇ•ānussati) untuk melindungi anda dari kemalasan dalam meditasi: untuk menyemangati anda dengan perasaan mendesak (saṁvega).51
   Dengan konsentrasi jhāna atau konsentrasi akses yang telah anda kembangkan, hal-hal diatas tidak sulit untuk dlatih.52
« Last Edit: 24 July 2013, 03:41:48 PM by will_i_am »
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Knowing and Seeing - By Venerable Pa Auk Tawya Sayadaw
« Reply #5 on: 24 July 2013, 03:40:52 PM »
MENEMBUS KEBENARAN MUTLAK

MENEMBUS JASMANI SECARA MUTLAK

   Bila anda adalah seorang yogi samatha, dengan konsentrasi yang kokoh dan kuat yang terlindungi dengan baik, kami kemudian akan mengajarkan cara mengetahui dan melihat jasmani sebagaimana adanya, menggunakan empat elemen meditasi (catu-dhātu vavatthāna).53 Namun bila anda memilih untuk tidak mengembangkan samatha, dan hanya berniat mengembangkan konsentrasi akses, anda langsung lanjut ke dalam meditasi terhadap empat elemen.
   Kami mengajarkan pengamatan terhadap jasmani terlebih dahulu dengan beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah untuk mengamati jasmani adalah sangat halus dan mendalam. Namun meskipun jasmani mengalami perubahan milyaran kali dalam satu detik, ia tidak berubah secepat yang dilakukan oleh batin. Ini berarti bahwa sekali anda telah menyelesaikan pengamatan yang mendalam terhadap jasmani, pengamatan batin yang lebih dalam akan lebih mudah anda lakukan. Alasan lainnya adalah bahwa batin bergantung pada jasmani, dan kecuali bila seseorang bisa melihat jasmani spesifik tempat bergantungnya kesadaran, seseorang tidak akan bisa melihat batin sama sekali. Untuk mampu melihatnya, ia harus melihat bagaimana kemunculannya.54
   Meditasi empat elemen berarti anda mengamati empat elemen didalam jasmani, dan anda memulainya dari tubuh anda sendiri, yang oleh Sang Buddha disebut jasmani internal (ajjhatta). Sang Buddha menjelaskan empat elemen meditasi dalam Mahā•Sati•Paṭṭhāna sutta:55
   Sekali lagi, para bhikkhu, seorang bhikkhu melihat tubuh ini, bagaimanapun tubuh ini diletakkan atau dilepaskan, sehubungan dengan elemen-elemen (dhātu): ‘Terdapat dalam tubuh ini
[1]   Elemen tanah (pathavī•dhātu),
[2]   Elemen air (āpo•dhātu),
[3]   Elemen api (tejo•dhātu),
[4]   Elemen udara (vāyo•dhātu)
.
   Adalah hal yang lebih mudah bagi seseorang bila ia memulai dari jasmaninya sendiri karena akan lebih mudah baginya untuk mengetahui apakah jasmaninya panas atau dingin, kasar atau lembut dibandingkan dengan jasmani eksternal seperti jasmani makhluk lain. Namun setelah anda terlatih dalam mengamati jasmani internal, anda harus mengamati pula sepuluh kategori jasmani lainnya yang disebutkan oleh Sang Buddha: masa lalu, masa depan, masa kini, eksternal, kasar, halus, rendah, tinggi, jauh dan dekat.56
   Sang Buddha mengajarkan meditasi empat-elemen agar kita bisa mengetahui dan melihat jasmani secara mutlak. Pertama-tama, anda mengembangkan kemampuan untuk mengetahui dan melihat karakteristik berbeda terhadap empat elemen dalam diri anda sebagai sebuah kepadatan massa jasmani, sebagai sebuah gumpalan. Sementara keahlian dan konsentrasi anda berkembang, pada akhirnya anda akan mampu melihat rūpa-kalāpa, dan kemudian, menggunakan cahaya konsentrasi yang telah anda kembangkan, anda akan mampu menembus delusi kepadatan,57  menembus jasmani secara mutlak, mengetahui dan melihat, untuk mengidentifikasi dan menganalisis jenis-jenis jasmani individual dalam jenis-jenis rūpa-kalāpa yang berbeda.

MENEMBUS BATIN SECARA MUTLAK

   Setelah sepenuhnya mengetahui dan melihat jenis-jenis jasmani secara mutlak yang berbeda-beda, anda bisa melanjutkan untuk mengetahui dan melihat batin secara mutlak, yang merupakan meditasi terhadap batin (nāma•kamaṭṭhāna).
   Kita bisa mengamati batin melalui enam landasan indria atau melalui enam pintu indria.58 Namun, karena anda telah mengamati jasmani melalui pintu-pintu indria, Visuddhi•Magga mengatakan bahwa anda harus melakukan hal yang sama dengan batin:59 ketika ia telah mengamati jasmani demikian, kondisi tanpa materi menjadi jelas baginya sehubungan dengan pintu-pintu indria. Dan sub-komentar lebih jauh lagi mengatakan bahwa untuk mengamati batin melalui pintu-pintu indria adalah sama dengan terbebaskan dari kebingungan.60
   Keenam pintu indria dengan objek-objeknya telah disinggung sebelumnya, dan meliputi:
1)   Pintu mata, yang menggenggam objek warna.
2)   Pintu telinga, yang menggenggam objek suara.
3)   Pintu hidung, yang menggenggam objek bebauan.
4)   Pintu lidah, yang menggenggam objek citarasa.
5)   Pintu tubuh, yang menggenggam objek sentuhan
6)   Pintu pikiran (bhavaṅga) yang menggenggam kelima objek sebelumnya, juga objek-objek dhamma.61
   Ketika salah satu dari enam jenis objek menyerang pintu indrianya, serangkaian kesadaran (citta) muncul, dan dengan setiap kemunculan kesadaran, muncul pula sejumlah faktor mental pendamping (cetasika): hal ini sesuai dengan hukum alami kesadaran (citta•niyāma). Rangkaian kesadaran dan faktor mental pendamping ini disebut proses mental (citta•vīthi), dan terdiri dari enam jenis:
1)   Proses pintu-mata (cakkhu•dvāra•vīthi)
2)   Proses pintu-telinga (sota•dvāra•vīthi)
3)   Proses pintu-hidung (ghāna•dvāra•vīthi)
4)   Proses pintu-lidah (jivhā•dvāra•vīthi)
5)   Proses pintu-tubuh (kāya•dvāra•vīthi)
6)   Proses pintu-pikiran (mano•dvāra•vīthi)
   Ketika sebuah objek material menyerang pintu materialnya, sebuah proses mental dari lima pintu indria pertama muncul: ini disebut dengan proses lima pintu indria (pañca•dvāra•vīthi).namun proses mental dari pintu keenam, pintu pikiran (bhavaṅga), disebut proses pintu-pikiran  (mano•dvāra•vīthi).
   Seperti yang telah disinggung sebelumnya, ketika salah satu dari lima jenis objek material menyerang pintu materialnya, ia menyerang pintu pikiran pula pada waktu yang sama:62 pintu lima indria, dan pintu pikiran muncul bersamaan.
   Sebagai contoh, ketika objek warna menyerang pintu mata, ia menyerang pintu pikiran pula pada waktu yang bersamaan, yang memunculkan proses pintu mata pertama kali, kemudian banyak proses pintu pikiran.63 Hal ini juga sesuai dengan hukum alami kesadaran (citta•niyāma).
   Dengan demikian jelaslah bahwa untuk mengetahui dan melihat batin, kita perlu terlebih dahulu mengetahui dan melihat jasmani, karena untuk melihat proses-proses batin ini, kita perlu mengetahui dan melihat dulu pintu indria dan objek-objeknya. Ini anda lakukan ketika anda telah mengamati jasmani.64
   Ketika sedang mengamati batin, anda terlebih dahulu melihat jenis-jenis berbeda dari proses mental, yang berarti anda mengamati berapa banyak momen kesadaran (citta•kkhaṇa) yang ada dalam setiap proses mental, dan mengamati jenis-jenis berbeda dari momen kesadaran. Namun itu bukanlah batin secara mutlak (paramattha•nāma). Sama seperti halnya anda harus menghancurkan delusi kepadatan jasmani yang merupakan rūpa-kalāpa, begitu pula anda disini harus menghancurkan delusi kepadatan yang merupakan proses mental.65
   Setiap proses mental terdiri dari sejumlah momen kesadaran (citta•kkhaṇa), dan setiap momen kesadaran adalah waktu yang diperlukan bagi satu kesadaran (citta) dan faktor mental pendampingnya (cetasika) untuk muncul, bertahan, dan lenyap. Suatu kesadaran tidak muncul sendirian, ia selalu muncul didampingi oleh faktor-faktor mental. Demikian pula faktor mental pendamping tidak muncul sendiri: mereka selalu muncul bersama dengan kesadaran. Dengan demikian, sebuah kesadaran dan faktor mental pendampingnya muncul sebagai satu kelompok bersama. Untuk menghancurkan kepadatan ini, anda perlu menganalisa setiap jenis momen kesadaran serta mengetahui dan melihat kesadaran individual dan faktor-faktor mental pendampingnya dengan cara mengetahui dan melihat jenis-jenis berbeda dari batin secara mutlak (paramattha•nāma). Ini jauh lebih halus dibandingkan mengetahui dan melihat jenis-jenis berbeda dari jasmani secara mutlak. Namun anda bisa melakukannya karena cahaya konsentrasi yang kokoh dan kuat yang telah anda kembangkan sebelumnya, dan karena kekuatan pengamatan yang telah anda kembangkan ketika mengamati jasmani.
   Batin, seperti yang telah disinggung,66 terdiri dari delapan puluh sembilan jenis kesadaran dan lima puluh dua jenis faktor mental pendamping. Namun delapan dari kesadaran tersebut adalah lokuttara (Lokuttarā): empat Jalan dan empat Buah, dan mereka hanya muncul ketika anda melakukan praktik vipassanā terhadap delapan puluh satu jenis kesadaran yang lain (semuanya duniawi), dan faktor-faktor mental pendampingnya. Dengan kata lain, objek-objek vipassanā hanyalah delapan puluh satu jenis kesadaran duniawi, dan faktor mental pendampingnya, sedangkan hasilnya adalah delapan kesadaran lokuttara
   Lebih jauh lagi, yang termasuk dalam delapan puluh satu jenis kesadaran duniawi adalah jhāna-jhāna. Namun anda tidak mampu mengamatinya kecuali bila anda telah mencapainya. bila anda ingin menjadi seorang yogi vipassanā-murni, maka anda meninggalkan pengamatan terhadap kesadaran-kesadaran jhāna.
   Apa yang akan mampu anda amati sekarang dijelaskan oleh Sang Buddha dalam Mahā•Sati•Paṭṭhāna sutta:67
   Lagi dan lebih jauh lagi, para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu berdiam merenungkan kesadaran sebagai kesadaran? Disini, para bhikkhu, seorang bhikkhu memahami:
[1]   Kesadaran yang dipenuhi nafsu (sa•raga•citta) sebagai kesadaran yang dipenuhi nafsu
[2]   Kesadaran yang tidak dipenuhi nafsu (vita •raga•citta) sebagai kesadaran yang tidak dipenuhi nafsu
[3]   Kesadaran yang dipenuhi kebencian (sa•dosa•citta) sebagai kesadaran yang dipenuhi kebencian
[4]   Kesadaran yang tidak dipenuhi kebencian (vita•dosa•citta) sebagai kesadaran yang tidak dipenuhi kebencian
[5]   Kesadaran yang terdelusi (sa•moha•citta) sebagai kesadaran yang terdelusi
[6]   Kesadaran yang tidak terdelusi (vita•moha•citta) sebagai kesadaran yang tidak terdelusi
[7]   Kesadaran yang mengkerut (samkhitta•citta) sebagai kesadaran yang mengkerut
[8]   Kesadaran yang teralih  (vikkhitta•citta)68 sebagai kesadaran yang teralih
[9]   Kesadaran yang luhur (mahaggata•citta) sebagai kesadaran yang luhur
[10]   Kesadaran yang tidak luhur (a•mahaggata•citta) sebagai kesadaran yang tidak luhur
[11]   Kesadaran yang terlampaui (sa•uttara•citta) sebagai kesadaran yang terlampaui
[12]   Kesadaran yang tidak terlampaui (an•uttara•citta) sebagai kesadaran yang tidak terlampaui
[13]   Kesadaran yang terkonsentrasi (samahita•citta) sebagai kesadaran yang terkonsentrasi
[14]   Kesadaran yang tidak terkonsentrasi (a•samahita•citta) sebagai kesadaran yang tidak terkonsentrasi
[15]   Kesadaran yang terbebaskan (vimutta•citta) sebagai kesadaran yang terbebaskan
[16]   Kesadaran yang tidak terbebaskan (a•vimutta•citta) sebagai kesadaran yang tidak terbebaskan
•   Demikian ia berdiam merenungkan pikiran sebagai pikiran secara internal (ajjhataṁ),
•   Atau ia berdiam merenungkan pikiran sebagai pikiran secara eksternal (bahiddhā),
•   Atau ia berdiam merenungkan pikiran sebagai pikiran baik secara internal dan eksternal (ajjhata•bahiddhā).

   Disini, Sang Buddha menjelaskan batin sebagai tersusun dari enam belas jenis kesadaran, ini berarti anda harus mengetahui dan melihat setiap pasangannya, seperti kesadaran yang diiringi nafsu, dan yang tidak diiringi nafsu, sebagaimana adanya, melalui jalan enam pintu indria, dan melakukannya secara internal, eksternal, dan keduanya sekaligus. Dengan demikian anda telah menembus batin secara mutlak, serta mengetahui dan melihat hal itu sebagaimana adanya.

TIGA PEMURNIAN

   Setelah mengetahui dan melihat batin-jasmani sebagaimana adanya, anda telah menyadari apa yang disebut tiga pemurnian.69  Visuddhi•Magga,70  menjelaskan:71
[1]   ...pemurnian moral (sīla•visuddhi) adalah empat moralitas yang sangat murni dimulai dengan pengendalian Paṭhimokkha
[2]   …pemurnian kesadaran (citta•visuddhi), yaitu, delapan pencapaian [jhāna-jhāna] bersama dengan konsentrasi akses.72
[3]   …pemurnian pandangan (diṭṭhi•visuddhi) merupakan penglihatan yang benar terhadap batin-jasmani.

MENGETAHUI DAN MELIHAT KEBENARAN MULIA KEDUA DAN KETIGA

   Namun, untuk mencapai Nibbāna, kita perlu mengetahui dan melihat pula Kebenaran Mulia tentang Asal-Mula Penderitaan. Kebenaran Mulia tentang Asal-Mula Penderitaan dijelaskan Sang Buddha dalam Dhamma•Cakka•Ppavattana sutta:73
   Sekarang ini, para bhikkhu, adalah Kebenaran Mulia tentang Asal-Mula Penderitaan: adalah ketagihan (taṇhā) ini yang membawa pada penjelmaan baru, diiringi oleh kesenangan dan nafsu, mencari kesenangan disana sini; yang meliputi,
[1]   Ketagihan terhadap kesenangan indria (kamā•taṇhā),
[2]   Ketagihan terhadap penjelmaan (bhava•taṇhā),
[3]   Ketagihan terhadap pemusnahan (vibhava•taṇhā).

   Secara lebih mendetil, Sang Buddha menjelaskan Kebenaran Mulia tentang Asal-Mula Penderitaan sebagai sebab akibat yang saling bergantungan (paṭicca•samuppāda):74
   Dan apakah, para bhikkhu, Kebenaran Mulia tentang Asal-Mula Penderitaan (Dukkha•Samudayaṁ Ariya•Saccaṁ)?
[1]   Karena ketidaktahuan (avijjā), bentukan-bentukan [muncul] (saṅkhārā);
[2]   Karena bentukan-bentukan, kesadaran (viññāṇa);
[3]   Karena kesadaran, batin-jasmani (nāma•rūpa);
[4]   Karena batin-jasmani, enam landasan indria (saḷ•āyatana);
[5]   Karena enam landasan indria, kontak (phassa);
[6]   Karena kontak, perasaan (vedanā);
[7]   Karena perasaan, ketagihan (taṇhā);
[8]   Karena ketagihan, kemelekatan (upādāna);
[9]   Karena kemelekatan; penjelmaan (bhava);
[10]   Karena penjelmaan, kelahiran (jāti);
[11]   Karena kelahiran,
[12]   Penuaan dan kematian (jarā•maraṇa), kesedihan (soka), ratapan (parideva), kesakitan (dukkha), dukacita (domanassa), dan keputus-asaan (upāyāsā) muncul.
Demikianlah asal mula keseluruhan massa penderitaan ini
   Ini, para bhikkhu, disebut Kebenaran Mulia tentang Asal-Mula Penderitaan (idaṁ vuccati bhikkhave, Dukkha•Samudayaṁ Ariya•Saccaṁ)

   Hal ini juga perlu diketahui dan dilihat sebagaimana adanya, yaitu mengetahui dan melihat lima sebab dalam satu kehidupan (ketidaktahuan, bentukan-bentukan kehendak, ketagihan, kemelekatan, dan penjelmaan75) menyebabkan kelahiran kembali, yang merupakan lima hasil (kesadaran, batin-jasmani, enam landasan indria, kontak, dan perasaan). Anda perlu melihat bagaimana proses ini berlanjut dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya.

BAGAIMANA MENGETAHUI DAN MELIHAT KEBENARAN MULIA KETIGA

   Namun tidaklah cukup hanya dengan melihat sebab akibat yang saling bergantungan sebagai munculnya bentukan-bentukan; anda juga perlu melihatnya sebagai lenyapnya dan berhentinya bentukan-bentukan:76
   Dan apakah, para bhikkhu, Kebenaran Mulia tentang Lenyapnya Penderitaan (Dukkha•Nirodhaṁ Ariya•Saccaṁ)?
[1]   Dengan berhentinya dan lenyapnya ketidaktahuan tanpa sisa (avijjāya tveva asesa•virāga•nirodhā),
[2]   Bentukan-bentukan kehendak pun lenyap (saṅkhāra•nirodho);
[3]   Dengan lenyapnya bentukan-bentukan kehendak, kesadaran pun lenyap (viññāṇa•nirodho);
[4]   Dengan lenyapnya kesadaran, batin-jasmani pun lenyap (nāma•rūpa•nirodho);
[5]   Dengan lenyapnya batin-jasmani, enam landasan indria pun lenyap (sal•āyatana•nirodho);
[6]   Dengan lenyapnya enam landasan indria, kontak pun lenyap (phassa•nirodho);
[7]   Dengan lenyapnya kontak, perasaan pun lenyap (vedanā•nirodho);
[8]   Dengan lenyapnya perasaan, ketagihan pun lenyap (taṇha•nirodho);
[9]   Dengan lenyapnya ketagihan, kemelekatan pun lenyap (upādāna•nirodho);
[10]   Dengan lenyapnya kemelekatan, penjelmaan pun lenyap (bhava•nirodho);
[11]   Dengan lenyapnya penjelmaan, kelahiran pun lenyap (jāti•nirodho);
[12]   Dengan lenyapnya kelahiran, penuaan dan kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, dukacita, dan keputus-asaan pun lenyap (jarā•maraṇaṁ, soka•parideva•dukkha•domanass•upāyāsā nirujjhanti).
   Demikianlah penghentian seluruh massa penderitaan ini.   
   Ini, para bhikkhu, adalah Kebenaran Mulia tentang Lenyapnya Dukkha (Idaṁ vuccati, bhikkhave, Dukkha•Nirodhaṁ Ariya•Saccaṁ).

   Anda perlu melihat penghentian sesaat dari bentukan-bentukan yang terjadi dalam momen kesadaran yang satu ke yang lainnya yang sama dengan mengetahui dan melihat Kebenaran tentang Penderitaan (duniawi). Dan anda perlu melanjutkannya hingga anda melihat dimasa depan anda mencapai kearahattaan dan kemudian mencapai Parinibbāna.
   Ketika dimasa depan anda mencapai kearahattaan, ketidaktahuan (1) akan telah dihancurkan, dan bentukan-bentukan kehendak (2), ketagihan (8), dan kemelekatan (9) akan telah berhenti tanpa sisa (ana•avasesa•nirodhā): penyebab penderitaan akan telah berhenti, namun penderitaan itu sendiri belum akan hancur, karena akibat kamma masa lampau masih akan bekerja: anda masih akan memiliki lima kelompok unsur kehidupan.77 (Bahkan Sang Buddha memiliki lima kelompok unsur kehidupan, dan mengalami perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan.78) Hanya ketika parinibbāna-lah kelima kelompok unsur kehidupan lenyap tanpa sisa: hanya ketika parinibbāna penderitaan anda padam. Ini berarti ada 2 jenis pelenyapan:
1)   Pelenyapan ketika anda mencapai kearahattaan
2)   Pelenyapan ketika Parinibbāna anda.
   Penyebab kedua pelenyapan ini adalah Pengetahuan Jalan Arahant, yang sama dengan mengetahui dan melihat Nibbāna (yang tak-terkondisi (A•Saṅkhata)), Kebenaran Mulia tentang Lenyapnya Penderitaan (Nirodha Ariya•Sacca). Namun ini bukan berarti bahwa ketika anda melihat ke masa depan serta mengetahui dan melihat pencapaian Kearahattaan dan Parinibbana, anda mengetahui dan melihat Nibbāna: anda tidak berada dalam tingkatan mengetahui dan mencapai Nibbāna. Pada tingkatan ini anda hanya mengetahui dan melihat ketika lima penyebab yang memunculkan bentukan-bentukan padam, tidak ada lagi bentukan-bentukan. Dengan pengetahuan demikian, anda memahami bahwa Parinibbāna akan telah dicapai.
   Sang Buddha berkata, tanpa melihat hal ini, anda tidak bisa mencapai Nibbāna, tujuan hidup petapaan dan Brahmana:79
Para bhikkhu, para petapa dan Brahmana (samaṇā vā brāhmanā vā)
[1]   Yang tidak memahami penuaan dan kematian,
[2]   Yang tidak memahami Asal-Mula penuaan dan kematian (samudaya),
[3]   Yang tidak memahami berhentinya penuaan dan kematian (Nirodha),
[4]   Dan yang tidak memahami jalan menuju berhentinya penuaan dan kematian (nirodha•gāmini•paṭipadaṁ);
Yang tidak memahami kelahiran… penjelmaan… kemelekatan… ketagihan… perasaan… kontak… enam landasan indria… batin-jasmani… kesadaran… bentukan-bentukan kehendak, Asal-Mulanya, berhentinya, dan jalan menuju berhentinya: Aku tidak menganggap mereka sebagai petapa diantara para petapa atau Brahmana diantara para Brahmana, dan para mulia itu tidak, dengan merealisasi bagi diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini juga memasuki dan berdiam dalam tujuan hidup petapaan atau tujuan hidup Brahmana.

   Namun anda bisa memasuki dan berdiam dalam tujuan petapaan, anda bisa melihat hal-hal ini, karena anda telah mengembangkan konsentrasi yang kokoh dan kuat. Sang Buddha menjelaskan dalam Samādhi sutta (Sutta tentang konsentrasi) dari Khandha•Saṁyutta (Bagian Kelompok Unsur):80
   Kembangkanlah konsentrasi, para bhikkhu, (samādhiṁ, bhikkhave, bhāvetha).
   Para bhikkhu, dengan terkonsentrasi, seorang bhikkhu memahami sesuai dengan kebenaran (yathā•bhūtaṁ pajānāti). Dan apa yang ia pahami sesuai dengan kebenaran?
[1]   Kemunculan dan lenyapnya jasmani;
[2]   Kemunculan dan lenyapnya perasaan;
[3]   Kemunculan dan lenyapnya persepsi;
[4]   Kemunculan dan lenyapnya bentukan-bentukan;
[5]   Kemunculan dan lenyapnya kesadaran.



hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Knowing and Seeing - By Venerable Pa Auk Tawya Sayadaw
« Reply #6 on: 24 July 2013, 03:58:35 PM »
MENGETAHUI DAN MELIHAT SEBAB AKIBAT YANG SALING BERGANTUNGAN

   Kebijaksanaan yang megah, bersinar, bercahaya, berkilau, dan gemilang yang telah anda kembangkan membuat anda mampu menyusuri kembali urutan batin-jasmani dari masa kini hingga ke momen kelahiran kembali anda dalam kehidupan ini, momen kematian anda di kehidupan sebelumnya, dan kelahiran-kelahiran yang lebih jauh lagi sejauh yang bisa anda amati, dan kemudian melihat masa depan juga hingga waktu anda Parinibbāna.81 Dengan melihat unsur-unsur individual dari batin-jasmani, anda akan mampu mengenali berbagai sebab dan akibat.
   Ketika sedang latihan dengan tekun dan dengan pikiran yang dimurnikan oleh konsentrasi yang kokoh dan kuat, masuk ke dalam latihan yang mendalam dalam mengamati batin-jasmani secara mutlak, anda akan melihat bahwa di masa depan terdapat pencapaian pemadaman akhir: Nibbāna. Namun bila anda berhenti meditasi dan lain sebagainya, kondisi-kondisi itu bisa saja berubah, yang mengakibatkan hasil di masa depan juga berubah.
   Salah satu contohnya adalah tentang Mahādahana, putra seorang bendahara serta istrinya.82 Mereka berdua mewarisi kekayaan yang sangat banyak, namun Mahādhana menghamburkannya dengan minum-minum dan mencari hiburan. Akhirnya, ia dan istrinya tidak memiliki apa-apa lagi, dan mengemis di jalanan. Sang Buddha menjelaskan kepada Ānanda bahwa kalau saja Mahādhana menjadi bhikkhu ketika masih muda, ia akan menjadi Arahant; bila ia menjadi bhikkhu ketika berusia paruh baya, ia akan menjadi Yang-Tidak-Kembali; dan bila ia menjadi bhikkhu dimasa tuanya, ia akan menjadi Yang-Kembali-Sekali; Demikianlah paramī-nya. Namun karena suka minum minuman keras, ia tidak mencapai apapun, dan sekarang menjadi seorang pengemis. Ini menunjukan bahwa masa depan ditentukan oleh kita di masa kini. Itulah mengapa, ketika melatih meditasi yang mendalam terus-menerus dari waktu ke waktu, anda akan melihat Parinibbāna anda sendiri baik di kehidupan ini maupun masa depan. Tanpa melihat kehidupan lalu dan kehidupan mendatang, adalah tidak mungkin bagi anda untuk memahami sebab akibat yang bergantungan sebagaimana adanya: untuk mengetahui dan melihat bagaimana masa lalu menyebabkan hasil dimasa kini, dan masa kini menyebabkan hasil dimasa depan, dan bagaimana padamnya penyebab-penyebab tersebut menyebabkan padamnya hasil. Dan tanpa mengetahui dan melihat sebab akibat yang saling bergantungan, adalah tidak mungkin untuk mengetahui dan melihat Kebenaran Mulia tentang Asal-Mula Penderitaan sebagaimana adanya. Hal ini dijelaskan dalam Visuddhi•Magga:83
   Tidak ada seorangpun, bahkan dalam mimpi, yang telah keluar dari lingkaran kelahiran kembali yang mengerikan, yang selalu menghancurkan layaknya halilintar, kecuali bila ia telah memotong Roda Penjelmaan dengan pisau pengetahuan yang diasah dengan baik diatas batu konsentrasi yang luhur, yang tidak memberikan pijakan karena kedalamannya, dan sulit didapatkan bagaikan labirin dengan banyak jalan. Dan hal ini telah dikatakan oleh Yang Terberkahi:
   Sebab akibat yang saling bergantungan ini adalah mendalam, Ānanda, dan terlihat dalam. Dan Ānanda, adalah melalui ketidak-pahaman, karena tidak menembusnya, sehingga generasi ini menjadi gulungan yang kusut, bola benang yang tersimpul, saling terikat bagaikan akar rerumputan, dan tidak menemukan jalan keluar dari lingkaran kelahiran kembali, dengan keadaannya yang tidak menguntungkan, tujuan tidak menyenangkan… ditakdirkan untuk musnah.84

   Setelah anda mengetahui dan melihat Kebenaran Mulia Kedua, (Kebenaran Tentang Asal-Mula Penderitaan) sebagaimana adanya, anda akan telah mengatasi keraguan tentang tiga jenis waktu: masa kini, masa lalu, dan masa depan. Hal ini dijelaskan dalam Visudhi•Magga:85
   Ketika ia telah melihat demikian bahwa kemunculan batin-jasmani adalah dikarenakan berbagai penyebab (paccayato), maka ia melihat (samanupassati)  bahwa sama seperti sekarang, demikian pula di masa lalu kemunculannya adalah dikarenakan berbagai penyebab, dan demikian di masa depan juga, kemunculanya juga akan dikarenakan berbagai penyebab.
   Setelah mencapai tingkat ini, anda telah memahami Pemurnian Mengatasi-Keraguan (kaṅkhā•Vitaraṇa Visuddhi)86.   Hanya dalam tingkat Inilah anda bisa mulai mempraktikkan vipassanā, karena hanya pada tingkat ini anda mengetahui dan melihat kebenaran mutlak: anda tidak bisa mempraktikkan vipassanā sebelum melihat dhamma-dhamma87 sebagaimana adanya

MEMPRAKTIKKAN VIPASSANĀ

   Ketika mempraktikkan vipassanā, anda kembali serta mengetahui dan melihat lagi Kebenaran Mulia tentang Penderitaan sebagaimana adanya, dan Kebenaran Mulia tentang Asal-Mula Penderitaan sebagaimana adanya: anda mengetahui dan melihat kemunculan dan lenyapnya sebelas kategori batin-jasmani. Namun kali ini anda mengetahui dan melihatnya sebagai tidak kekal (anicca), penderitaan (dukkha) dan tanpa diri, bukan-diri (an•atta). Anda mengetahui dan melihat bentukan-bentukan sebagaimana adanya, dan merenungkannya sesuai instruksi Sang Buddha dalam khotbah keduaNya, An•Atta•Lakkhaṇa sutta (Sutta Karakteristik Tanpa-Diri), yang diajarkan oleh Beliau kepada kelompok lima bhikkhu (pañca•vaggiyā•bhikkhū):88
[1]   Bagaimana menurutmu, para bhikkhu, apakah jasmani ini kekal atau tidak kekal (niccaṁ vā aniccaṁ vā)? (Tidak kekal, Yang Mulia)
[2]   Apakah yang tidak kekal itu, penderitaan atau kebahagiaan (dukkhaṁ vā taṁ sukhaṁ vā)? (Penderitaan, Yang Mulia)
[3]   Apakah yang tidak kekal itu, yang merupakan penderitaan dan subjek perubahan, cocok dianggap demikian: ‘Ini milikku (etaṁ mama); ini aku (esohamasmi); ini diriku (eso me attā)’? (Tidak, Yang Mulia)
Karena itu, para bhikkhu,
[1]   Apapun jenis jasmani, apakah dimasa lalu, masa depan, atau masa kini; internal atau eksternal; kasar atau halus; rendah atau tinggi; jauh atau dekat, semua jasmani harus dilihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan demikian: ‘ini bukan milikku (netaṁ mama;); ini bukan aku (nesohamasmi;); ini bukan diriku (na meso attā)’.
[2]   Apapun jenis perasaan, apakah dimasa lalu, masa depan, atau masa kini; internal atau eksternal; kasar atau halus; rendah atau tinggi; jauh atau dekat, semua perasaan…
[3]   Apapun jenis persepsi, apakah dimasa lalu, masa depan, atau masa kini; internal atau eksternal; kasar atau halus; rendah atau tinggi; jauh atau dekat, semua persepsi…
[4]   Apapun jenis bentukan-bentukan batin, apakah dimasa lalu, masa depan, atau masa kini; internal atau eksternal; kasar atau halus; rendah atau tinggi; jauh atau dekat, semua bentukan-bentukan batin…
[5]   Apapun jenis kesadaran, apakah dimasa lalu, masa depan, atau masa kini; internal atau eksternal; kasar atau halus; rendah atau tinggi; jauh atau dekat, semua kesadaran harus dilihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan demikian: ‘ini bukan milikku; ini bukan aku; ini bukan diriku’.
89
   Dengan kata lain, bentukan-bentukan (saṅkhārā), yang meliputi batin-jasmani dan penyebab-penyebabnya, lenyap segera setelah mereka muncul, yang juga alasan mengapa mereka tidak kekal (anicca); mereka adalah subjek dari kemunculan dan kelenyapan yang terus menerus, yang merupakan alasan mengapa mereka adalah penderitaan (dukkha); mereka tidak memiliki diri (atta), atau inti yang stabil dan tidak dapat dihancurkan, yang merupakan alasan mengapa mereka adalah tanpa-diri (anatta).

MENGETAHUI DAN MELIHAT YANG TAK TERKONDISI

   Melalui serangkaian latihan dimana anda merenungkan timbul dan tenggelamnya bentukan-bentukan, lalu hanya lenyapnya bentukan-bentukan, anda berlanjut menuju Pengetahuan (Ñāṇa) yang tersisa, hingga akhirnya anda akan mengetahui dan melihat yang Tak Terkondisi (A•saṅkhata), atau Nibbāna.
   Ketika anda mengetahui dan melihat yang Tak Terkondisi, anda mengetahui dan melihat Yang Tanpa Kematian (A•mata). Hal ini dijelaskan oleh Sang Buddha:90
                           Biarkan ia melihat dunia sebagai kekosongan:
                           Demikian, Mogharāja, waspadalah selalu,
                           Ia bisa terlepas dari cengkeraman kematian
                           Dengan melepaskan kepercayaan akan diri.
                           Karena Raja Kematian tidak dapat menemukan
                           Mereka yang melihat dunia dengan cara ini.

   Ketika Sang Buddha mengatakan kita harus mengetahui dan melihat dunia sebagai kekosongan, artinya adalah kita harus mengetahui dan melihatnya sebagai kosong dari kekekalan (nicca), kosong dari kebahagiaan (sukha) dan kosong dari diri (atta).91  Dalam bahasa sehari-hari bisa diartikan bahwa anda harus melihat kekosongan mutlak.
   Namun ini tidak berarti bahwa kesadaran anda adalah kekosongan mutlak: kesadaran anda sepenuhnya sadar: objek yang anda ketahui dan lihatlah yang merupakan kekosongan mutlak. Objek yang disadari sepenuhnya serta anda ketahui dan lihat adalah elemen Nibbāna: Elemen Tak Terkondisi (A•saṅkhata•Dhātu).92  Ini merupakan realisasi dari Jalan Mulia Berunsur Delapan yang lokuttara, ketika kedelapan faktor tersebut mengambil Nibbāna sebagai objeknya.93

MENYADARI SEPENUHNYA EMPAT KEBENARAN MULIA

   Dalam tahap ini anda akan telah menyadari Empat Kebenaran Mulia sebagaimana adanya, dan hal itu hanya mungkin dilakukan karena kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mencapainya sudah terpenuhi. Dalam Kūṭāgāra sutta (Sutta Rumah Beratap Runcing) yang dibahas sebelumnya, Sang Buddha juga menjelaskan bagaimana kondisi-kondisi tersebut membuatnya menjadi mungkin untuk mengakhiri penderitaan sepenuhnya:94
   Adalah Benar, para bhikkhu, bila seseorang berkata: ‘Setelah membangun lantai bawah dari rumah beratap runcing, aku akan membangun lantai atasnya’, hal itu adalah mungkin. Demikian pula, bila seseorang berkata:
[1]   ‘Setelah menyadari Kebenaran Mulia tentang Penderitaan sebagaimana adanya;
[2]   ‘setelah menyadari Kebenaran Mulia tentang Asal-Mula Penderitaan sebagaimana adanya;
[3]   ‘setelah menyadari Kebenaran Mulia tentang Berhentinya Penderitaan sebagaimana adanya;
[4]   ‘setelah menyadari Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Berhentinya Penderitaan sebagaimana adanya, ‘Aku akan mengakhiri penderitaan sepenuhnya’; hal demikian adalah mungkin.

Dan Beliau menambahkan:
[1]   Karena itu, para bhikkhu, pengerahan tenaga harus dilakukan (yogo karaṇīyo) untuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan (idaṁ dukkhan’ti).’
[2]   Karena itu, para bhikkhu, pengerahan tenaga harus dilakukan untuk memahami: ‘Ini adalah asal mula penderitaan (idaṁ dukkha•samudayan’ti).’
[3]   Karena itu, para bhikkhu, pengerahan tenaga harus dilakukan untuk memahami: ‘Ini adalah berhentinya penderitaan (idaṁ dukkha•nirodhan’ti).’
[4]   Karena itu, para bhikkhu, pengerahan tenaga harus dilakukan untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju berhentinya penderitaan (idaṁ dukkha•nirodha•gāminī•paṭipadā’ti).’

   Semoga semua makhluk menemukan kesempatan untuk melakukan pengerahan tenaga yang cukup untuk sepenuhnya menyadari Empat Kebenaran Mulia, dan mengakhiri penderitaan sepenuhnya.
Pa-Auk Tawya Sayadaw
Pa-Auk Tawya Monastery
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_