//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Alucard Lloyd

Pages: 1 2 3 4 5 [6] 7 8 9 10 11 12 13 ... 36
76
Sutta Vinaya / Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« on: 29 November 2017, 11:44:37 AM »
Bagaimana persepsi dan bentukan mental dipahami?

Lalu bagaimana ini dapat dipahami?
delusi = bentukan-bentukan = kesadaran = batin jasmani = 6 landasan indria = kontak = perasaan = ketagihan = kemelekatan (yang saya pahami, di sini 3 belenggu, kemelekatan) ....

Ini adalah paticasamupada delusi disini diartikan karena tidak mengetahui pandangan benar karena delusi disini di artikan karena ada aku jadi tidak memahami akan tilakana begitu juga pemahaman akan empat kebenaran mulia.
Dalam paticasamupada agak sedikit bisa salah kaprah akan arti nama dan rupa disini diartikan bahtin dan jasmani sedang bila saya mendengarkan penjelasan bhante punnaji bhante dari Srilangka yang berdomisili di Malaysia sekarang kalau tidak salah bhante mengatakan bahwa nama itu ya nama dan rupa adalah bentuk jadi bukan sebagai jasmani dan bahtin kalau saya pribadi lebih setuju dengan penjelasan ini ( sementara ini) karena lebih bisa saya terapkan ilmu paticasamupada dalam kehidupan sehari hari. Jadi nama dan rupa adalah sebuah nama dari bentuk contoh meja makan bentuk nya meja nama nya meja makan.

Bila ada salah saya minta maaf masih belajar
Bila ada yg ingin liat ceramah bhante punnaji bisa liat di youtube saya juga ntn di youtube ,,😚😀😀😀

77
Sutta Vinaya / Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« on: 29 November 2017, 09:10:07 AM »
Jadi,
mata + bentuk = pikiran muncul (kesadaran mata)
telinga + suara-suara = pikiran muncul (kesadaran telinga)
hidung + bau-bauan= pikiran muncul (kesadaran hidung)
lidah + rasa kecapan= pikiran muncul (kesadaran lidah)
badan + objek sentuhan= pikiran muncul (kesadaran badan )
Karena ini disebut 5 utas kenikmatan.

Lalu, bagaimana dengan landasan indria ke enam?
Pikiran + fenomena pikiran = pikiran muncul (kesadaran pikiran).

Kalau begitu,
Kesadaran membentuk (memunculkan) batin jasmani = 5 landasan indria + pikiran (kesadaran itu??)

Sedikit koreksi
Mata + bentuk bentuk + kesadaran mata dari ketiga ini maka terjadi kontak mata dari kontak mata terjadi perasaan mata dari perasaan mata terjadi persepsi mata dari persepsi mata terjadi pikiran mata. Dan selanjutnya dikatakan disini mata sebagai bola retina sedangkan bentuk bentuk adalah objek yang ada kesadaran mata sebagai indra mata ya itu melihat saja bagaikan kamera mengambil gambar. Jadi belum terjadi pikiran setelah ketiga nya lengkap baru terjadi kontak perasaan persepsi barulah pikiran terbentuk.

78
Buddhisme untuk Pemula / Re: Sepatu
« on: 29 November 2017, 12:54:31 AM »
kalimat bold di atas bertentangan dengan kalimat bold di bawah ini:

oke

79
Bukan nya sekarang umat buddha sudah banyak bertambah ya bukti nya banyak vihara dibangun bagus bagus.

Cuma saja sangat disayangkan sekarang ini banyak umat Bhikkhu daripada umat buddha sesungguhnya. Jadi secara kuantitas meningkat tapi secara kwalitas belum.

80
Diskusi Umum / Re: sila ke enam
« on: 28 November 2017, 09:14:40 PM »
Wow ga terasa saya balik lagi ke diskusi ini,... Tetapi dengan pengertian lebih baik wakaakkkkkk ternyata belajar butuh waktu yang lama,... Setelah mempraktekkan, mencoba dan belajar ternyata sila ke enam adalah tidak makan diwaktu yang salah adalah baik untuk dilakukan karena kita puasa kurang lebih 20 sampai dengan 24 jam yang dimana om dedy Corbuzier lakukan dalam hal ocd nya dan juga yang sekarang lagi gemar diet keto sudah jelas dalam puasa 24 jam tubuh kita mengunakan energi keto agar bisa berfungsi dengan tidak mengunakan bahan bakar karbo lagi. Jadi diet modern jaman sekarang ternyata kuno bagi sang buddha. Dan saya sangat banyak belajar dari dokter fung yang mengatakan beda nya lapar dengan puasa. Kelaparan itu adalah dimana situasi kita sebagai manusia tidak tau kapan bisa makan lagi. Sedangkan puasa sebenarnya tidak lapar dan hanya komitmen untuk tidak makan sampai waktu yang ditentukan. Banyak orang modern sekarang mencoba diet intemet fasting ini sama saja dengan puasa yang dilakukan oleh sang buddha.
Emang bila kita tidak biasa maka akan sulit melakukannya karena menurut pengalaman saya kita akan mulai terbiasa setelah 3 hari menjalankannya karena dari sini lah badan kita mulai beradaptasi dengan cara baru mengolah energi keto hasilnya badan lebih bertenaga tidak gampang cape pikiran lebih fresh badan tidak terasa keras atau bengkak ya pokok nya lebih fit. Tapi perlu di ingat saat waktu makan tentu kita perlu makan an yang bergizi karena jelas apa yang dikata kan buddha tubuh ini butuh nutrisi kita makan karena kita butuh nutrisi bukan sekedar rasa, karbo atau pun lemak tetapi lebih ke gizi.
Ini lah pengalaman saya saat saya menjalankan sila ke 6 secara rutin yang saya lakukan dalam 70 hari. Dan dikatakan buddha makan di waktu pagi menjelang siang hari maka ini baru teori saya kita makan di proses 4 jam dalam lambung untuk dijadikan seperti bubur untuk di proses usus. Dan dalam usus makan itu diporses kurang lebih 7 s/d 12 jam atau lebih tergantung makan an yang kita makan. Jadi bila kita makan jam 10 maka jam 2 makan baru masuk usus dan jam 9 atau lebih makan baru selesai diproses. Pada saat perut kita kosong maka liver kita akan mengganti sumber energi yang tadinnya dari gula sederhana yang ada pada makanan berubah menjadi energi lemak yang di namakan energi keto. Jadi pada saat kita tidur tubuh kita berubah menjadi lebih baik dan lebih sehat. Karena jelas dengan berubahnya sumber energi tubuh kita menjadi keto kita lebih bertenaga lebih baik staminanya. Belum lagi bila hgh kita meningkat maka akan lebih baik lagi.
Jadi bila ingin sehat kuat dan awet muda maka sila ke enam baik untuk di praktekkan.

81
Buddhisme untuk Pemula / Re: Sepatu
« on: 28 November 2017, 05:09:36 PM »
Saya sudah jawab.

Jika seseorang telah sampai di tujuan, akankah ia disebut masih di tengah jalan? Bukankah ia telah mencapai tujuan?
Demikian pula, jika pemasuk-arus telah sampai di seberang berarti sudah mencapai Arahat.

Oke,...

82
Sutta Vinaya / Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« on: 28 November 2017, 05:04:52 PM »
Entah saya lupa pernah dengar dari mana bahwa sesungguh nya kesadaran pikiran itu berasal dari jantung kalau ga salah di abhidamma saya lupa lupa ingat,... Karena udah lama ga belajar abhidamma lagi. Jadi kalau ga salah setiap proses semburan darah baru mengandung kesadaran pikiran yang bermiliyar miliar kali. Benar ga ya? Sampai sekarang sih masih ini yang saya buat acuan maka dari itu manusia bisa hidup tanpa otak tapi tidak bisa hidup tanpa jantung.
Maaf kalau salah ya nama juga masih belajar ,,😚😀😀😀

83
Buddhisme untuk Pemula / Re: Sepatu
« on: 28 November 2017, 03:53:28 PM »
Para bhikkhu tidak bergembira karena bhikkhu-bhikkhu itu menganut pandangan Nibbana sebagai suatu alam, atau suatu tempat, atau suatu kondisi ke-ada-an, atau dengan kata lain, mereka menganut pandangan "Diri". (Di lain waktu, para bhikkhu itu diajarkan hingga mencapai Arahat.)

Adakah alam Sepatu? Adakah alam Duduk? Adakah alam Tidur? Adakah alam Layar? (dll.)
Jawabannya: ini pertanyaan kosong! Ngaco!

Demikian pula jika seseorang menganggap ada alam Nibbana, ini pandangan kosong (salah), ngaco! Walaupun ia tidak mengatakan demikian, dari cara ungkapannya telah dipahami, ia menganggap Nibbana sebagai suatu tempat, keberadaan atau kondisi.

Saya menulis pernyataan itu, tentunya saya pahami, mengapa saya tidak bergembira?

"... Tidak seharusnya ...." Inilah yang harus digarisbawahi.

Yang saya tanya apakah setelah baca sutta itu anda gembira atau seperti para Bhikkhu itu tidak gembira?

Untuk masalah nibbana sebagai tempat ini hanya sebuah ungkapan seperti hal nya sang buddha mengungkapkan sebagai pantai seberang.... Pertanyaan saya apakah seorang sotapana sudah sampai pantai seberang atau belum?

84
Buddhisme untuk Pemula / Re: Sepatu
« on: 28 November 2017, 03:43:05 PM »
Nibbana adalah tujuan. jika anda naik kereta, ketika anda sudah naik gerbong, apakah dengan begitu anda sudah sampai tujuan? sebuah tulisan akan dibaca orang-orang dari berbagai kalangan, bagaimana jika tulisan ini dibaca oleh orang yg memahaminya demikian? bahwa naik gerbong berarti sampai tujuan? bukankah ini pemahaman sesat?

Tapi saya pernah dengar dari seorang bhante bahwa bila sudah masuk pemasuk arus minimal sotaphana maka dia sebenar nya sudah mengalami sedikit nibbana.
Apa pernyataan ini saya kurang paham atau bhante nya yg salah ngomong?

85
Buddhisme untuk Pemula / Re: Sepatu
« on: 28 November 2017, 12:08:56 PM »
“Ia secara langsung mengetahui Nibbāna sebagai Nibbāna. Setelah mengetahui Nibbāna sebagai Nibbāna, ia
seharusnya tidak menganggap [dirinya sebagai] Nibbāna, ia seharusnya tidak menganggap [dirinya] dalam Nibbāna, ia seharusnya tidak menganggap [dirinya terpisah] dari Nibbāna, ia seharusnya tidak menganggap Nibbāna sebagai ‘milikku', ia seharusnya tidak bersenang dalam Nibbāna. Mengapakah? Agar ia dapat memahaminya sepenuhnya, Aku [Sang Bhagava] katakan." [MN 1].


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Tetapi para bhikkhu itu tidak bergembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.

Pertanyaan nya apakah anda gembira setelah mendengar sutta ini atau anda sama dengan para Bhikkhu tidak bergembira setelah mendengar kata kata sang bhagava

86
Buddhisme untuk Pemula / Re: Sepatu
« on: 28 November 2017, 12:05:20 PM »
“Demikian pula, para bhikkhu, Aku melihat jalan setapak tua, jalan tua yang dilalui oleh mereka Yang Tercerahkan Sempurna di masa lalu. Dan apakah jalan setapak tua itu, jalan tua itu? Bukan lain adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan; yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, konsentrasi benar. Aku mengikuti jalan itu dan dengan melakukan hal ini Aku telah secara langsung mengetahui penuaan-dan-kematian, asal-mulanya, lenyapnya, dan jalan menuju lenyapnya. Aku secara langsung mengetahui kelahiran … penjelmaan … kemelekatan … ketagihan … perasaan … kontak … enam landasan indria … nama-dan-bentuk … kesadaran … bentukan-bentukan kehendak, asal-mulanya, lenyapnya, dan jalan menuju lenyapnya. 2.107setelah mengetahuinya secara langsung, Aku telah menjelaskannya kepada para bhikkhu, para bhikkhunī, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan. Kehidupan suci ini, para bhikkhu, telah menjadi berhasil dan makmur, meluas, terkenal, menyebar, dibabarkan dengan sempurna di antara para deva dan manusia.” )SN 12.65)


Bahkan Sang Buddha tidak membangun jalan apa pun, Sang Buddha hanya menemukan jalan tua itu, dan Jalan itu yang telah ditemukan oleh Sang Buddha juga telah dinyatakan, diumumkan, diajarkan kepada para dewa dan manusia, dan tercatat dalam sutta-sutta. Lalu kenapa masih harus membangun jalan yang mungkin saja malah menyesatkan? dan parodi di atas juga jelas bertentangan dengan ajaran Sang Buddha, contohnya bahwa Sotapanna sudah ada di Nibbana, kalimat ini saja sudah dua pertentangan dengan ajaran Buddha, yaitu bahwa Nibbana adalah suatu tempat, dan bahwa Sotapanna sudah ada di Nibbana, yang menurut Sang Buddha seorang Sottapanna masih ada yang harus dilakukan untuk mencapai Nibbana, beda dengan para Arahat yang apa yang harus dilakukan telah dilakukan

Peringatan:
Hati-hati mengikuti jalan palsu yang mungkin menjerumuskan anda

Siap om,...
Tetang sotaphana yang sudah berada di nibbana dimaksud kan sudah naik gerbong om,... Emang sotaphana harus masih berlatih lagi agar dia bisa pindah gerbong selanjutnya.
Karena itu saya hanya membahas dari level umat awam ke sotapana,... Sebab seorang sotapana pasti dengan sendirinya tau level selanjutnya apa yang ia harus kerjakan.
Cerita diatas hanya kiasan gambaran umat awam untuk melangkah ke jalur sotaphana.

87
Buddhisme untuk Pemula / Re: Sepatu
« on: 28 November 2017, 10:59:32 AM »
Di manakah alam Duduk, alam Sila, alam Batu, alam Jalan, alam Membangun, alam Runtuh?

* saya sedang memegang kata "Nibbana".

“Ia memahami Nibbāna sebagai Nibbāna. Setelah memahami Nibbāna sebagai Nibbāna, ia menganggap dirinya sebagai Nibbāna, ia menganggap dirinya dalam Nibbāna, ia menganggap dirinya terpisah dari Nibbāna, ia menganggap Nibbāna sebagai ‘milikku,’ ia bersenang dalam Nibbāna. Mengapakah? Karena ia belum sepenuhnya memahaminya, Aku katakan.

Kutipan dari sutta mn1 akar dari segala sesuatu. Mungkin ini bisa menjawab tentu jawaban panjang nya adalah sutta lengkapnya.

88
Buddhisme untuk Pemula / Re: Sepatu
« on: 28 November 2017, 10:11:10 AM »

89
Buddhisme untuk Pemula / Sepatu
« on: 28 November 2017, 09:24:26 AM »
Membangun kembali apa yang telah runtuh.

Dalam kehidupan kita banyak yang sudah kita lakukan baik itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Kehidupan terus saja berputar dan berubah sesuai kondisinya. Banyak perbuatan baik yang kita telah lakukan dan banyak perbuatan baik itu yang dapat membawa kita ke jalur nibbana pertanyaannya adalah kenapa kita tidak bisa sampai ketujuan jalan tersebut. Banyak dari kita selalu hancur dan jatuh kembali kebawah seperti layaknya susunan bata yang ketinggian dan tidak kuat dan hancur kembali. Atau bagaikan permainan ular tangga yang sudah hampir sampai selalu jatuh turun kembali kebawah. Inilah kehidupan kita dan pertanyaan nya adalah kenapa atau bagaimana? Kenapa adalah kita melihat kesalahan pada luar inti masalah sedangkan bagaimana adalah melihat didalam inti masalah. Bila kenapa adalah pertanyaan yang muncul maka kita akan menjadi depresi bila jawab tidak memuaskan dan akhirnya kita hanya akan mencari pembenaran bukan kebeneran. Bila bagaimana adalah pertanyaan yang muncul maka bisa jadi adalah jawab benar bila kita jalan kan permasalahan selangkah demi selangkah. Bagaimana kita membangun sesuatu yang sudah runtuh ini adalah pekerjaan yang berat dari pada membangun dari awal. Membangun kembali membutuhkan kerja keras dan ketelitian yang baik. Bagaikan membangun gedung tua yang lama dan harus membangun kembali semirip mungkin dengan yang aslinya tanpa menghilangkan atau menambah kan dari bentuk asli nya maka kita butuh ketelitan dan kerja keras akan usaha ini. Begitu juga dengan kehidupan kita bagaimana kita membangun kembali jalan menuju nibbana. Jalan yang sangat tua ini. Dalam membangun jalan ke nibbana kita membutuhkan 3 hal 1 sang buddha sebagai sang arsitek 2 kita membutuhkan dhamma sebagai blueprint nya 3 kita membutuhkan sangha sebagai pekerjaannya. Ke tiga hal ini adalah dasar pembangunan jalan kita ke nibbana. Dan dalam mengerjakan nya kita butuh alat meterial yang mendukung kita membuat jalan ini. Yaitu sila,... Sebagai batunya,... Samadhi pasirnya,... Dan pannya sebagai perekatnya. Ketiga material ini kita butuh kan disetiap tahap entah itu tahap umat awam,... Sotapana,... Sakadagami,... Anagami,... Atau pun yang sudah memcapai arahat. Yang berbeda hanyalah kehalusan material masing masing tahap. Karena kita masih hanya level dasar umat awam maka mari kita bangun jalan kita ke nibbana sotaphana. Ya sotaphana sudah ada di nibbana karena ia sudah berada di jalan yang benar bahkan dikatakan tidak akan jatuh ke 4 alam rendah dan tidak akan membuat kelahirannya yang ke-delapan kali nya. Ini adalah buah nibbana dari seorang sotaphana. Kita sebagai umat awam butuh perjuangan yang extra untuk mencapai jalur sotaphana karena bagaikan naik kereta umat awam ini masih dalam stasiun yang sedang berbaris di belakang garis kuning untuk masuk gerbong kereta sotaphana. Perjuangan keras itu adalah hanya membutuhkan satu langkah maju untuk melewati garis kuning tersebut untuk masuk gerbong kereta.bila kita sudah masuk gerbong dan kereta sudah berjalan maka sudah benar kita pada jalur nya. Kita hanya tinggal duduk manis dan menikmati perjalan ini. Tetapi untuk melangkah kan kaki melewati garis kuning tersebut sangat sulit karena sepatu kita melekat erat pada jalan stasiun. ini lah kenapa kita tidak bisa melangkah hanya bagi yang sadar mengetahui dan berani melepas maka dia bisa melangkah dengan mudah melewati garis kuning tersebut dan masuk kedalam gerbong kereta.
Banyak dari kita yang sudah merasa saya berjalan pada jalur yang benar saya menjalankan sila berdana,... Meditasi,... Berpandangan terang bahkan saya sudah cukup bijaksana. Tetapi kenapa saya tidak masuk gerbong sotaphana? Karena ini lah kita belum bisa melangkah kita masih pakai sepatu beranikah kita melepas sepatu dan melangkah dan pergi ke jalur nibbana sebab banyak dari kita masih suka dengan sepatu nya masih suka dengan suasana stasiunnya masih suka dengan kantinnya ( dalam cerita ini sepatu bisa berjalan jalan didalam stasiun). Kita masuk ada rasa kesukaan akan suasana stasiun ( nafsu duniawi) kita masih takut, ragu, malas, bahkan marah dan benci bila kita tidak jadi bagian dari stasiun itu mungkin anda kepala stasiun mungkin anda yg punya stasiun atau mungkin ada gadis cantik berbaju merah yang anda suka di pojok stasiun. Ini lah alasan alasan kenapa kita tidak mau melapaskan sepatu dan melangkah melewati garis kuning itu. Biarpun anda sudah membeli tiket ke nibbana ( dhamma) itu hanya lah sebuah tiket belaka tidak berguna kalau kita tidak masuk ke dalam gerbong. Biarpun anda sudah melihat kereta nya tiba dan beberapa orang masuk dengan cara melepas sepatunya ( sangha dalam hal ini para pemasuk arus) tetap saja kita masih takut kehilangan gadis berbaju merah dipojok sana. Ini lah kehancuran batu bata yang kita susun lalu kita menangis dan kemudian kita susun kembali dan hancur kembali selalu seperti itu berulang ulang entah berapa lama sudah kita tidak ingat. Tetapi tetap saja yang keluar pertanyaan nya adalah kenapa ( why???).

90
Theravada / Re: Penghidupan benar
« on: 23 November 2017, 04:54:33 PM »
Apakah 62 padangan ini yang disebut dalam bramajala sutta?
Saya rasa ajaran buddha untuk jalan mulia berunsur 8 tidak bisa di pecah jadi untuk lokiya sebab hanya ada 1 jalan dan itu untuk mencapai nibbana,... Saya sebagai umat awam tentu jalur nibbana juga sebagai tujuan. Sang buddha mengajarkan kepada para Bhikkhu dan perumah tangga tetap saja yang diajarakan 1 jalan ke nibbana tidak dipisahkan sebagai ajaran lokutara dan lokiya. Benar bila ingin naik smp kita harus lulus sd tetapi itu hanyalah sebatas perubahan bahtin kita saja....
Maaf saya sangat tidak setuju bila jalan ke nibbana di bagi menjadi dua karena ini akan rancu dan akan menjadi sebuah pemikiran salah kaprah terlebih lagi duniawi dan nibbana... Saya berpendapat sang buddha memutar roda dhamma bukan untuk sebuah permainan tetapi sebagai kendaraan kita sebagai umat untuk mencapai nibbana. Maka saya sebagai umat dan yang lain saya rasa sangat ingin mencapai dhamma sejati yaitu nibbana. Dari umat awam menjadi para siswa ariya karena bagi saya ini lah ajaran guru agung kita yang di putar sebagai roda dhamma.
Dari sedikit sutta yang saya baca sang buddha hanya menjelaskan 4 kebenaran mulia 1 jalan beruas 8 tidak ada yang lain....
Jadi saya menolak padangan tentang jalan mulia berunsur delapan ada 2 jenis. Kalau ada bertahap mungkin tapi tidak berubah jenisnya bagaikan air kotor menjadi air bersih.

Dan pertanyaan saya lebih lanjut adalah apakah dalam uposata 3 sila tambahan yang berlaku adalah sebagai pedoman penghidupan benar?

Pages: 1 2 3 4 5 [6] 7 8 9 10 11 12 13 ... 36