//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 588673 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #300 on: 17 November 2009, 09:11:21 AM »
thanks bro Kainyn_Kutho dan marcedes,

kalau tanya mereka yg berinvestasi... ya katanya max 20 % kekayaan yg dimainkan...

Dlm ajaran Buddhist diajarkan berpikir n berkata benar....

biasanya kalau orang sudah/akan cerai... sering menyebutkan
   TIDAK ADA KECOCOKAN LAGI...

sedangkan sewaktu pacaran.... kata PENUH PENGERTIAN, dan COCOK...

pertanyaan :

apa sih itu arti sebenarnya dari COCOK, atau TIDAK COCOK dlm sebuah perkawinan?

apakah itu sesutu yg sangat bisa berubah-ubah? dan apakah itu menjadi
pertimbangan yg BENAR utk menceraikan pasangannya?

trims sebelumnya
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #301 on: 17 November 2009, 09:25:58 AM »
biasanya kalau orang sudah/akan cerai... sering menyebutkan
   TIDAK ADA KECOCOKAN LAGI...

sedangkan sewaktu pacaran.... kata PENUH PENGERTIAN, dan COCOK...

pertanyaan :

apa sih itu arti sebenarnya dari COCOK, atau TIDAK COCOK dlm sebuah perkawinan?

Kalau dari agama Buddha, memiliki kesamaan keyakinan, kemoralan, kedermawanan, dan kebijaksanaan. Kalau dari "bahasa umum", menurut saya adalah sepadan, punya visi yang sama dan bisa saling menerima kekurang masing-masing.

Quote
apakah itu sesutu yg sangat bisa berubah-ubah? dan apakah itu menjadi
pertimbangan yg BENAR utk menceraikan pasangannya?

trims sebelumnya
Tentu saja hal tersebut sangat rentan dan berubah. Karena itu, pasangan yang berpikir keadaan akan sama selamanya telah keliru. Menurut saya, penceraian itu juga bukan benar bukan salah. Ada penceraian yang sebetulnya tidak perlu, ada juga yang perlu, tergantung kasusnya. Demikian pula pertimbangannya.

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #302 on: 25 December 2009, 10:53:08 PM »
Om,mau tanya pendapat om lg

banyak orang(tua maupun muda,kebanyakan orang tua ;D) yg mengatakan kepada sy bahwa 'sesunguhnya (jadi orang)hidup itu ga ada maknanya' bahasa tionghuanya 'co nang bo ishe' ;D

*orangnya yg bicara begitu bukan buddhis,

bagaimana menurut om dan rekan2 lainya ttg statement di atas?

_/\_
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #303 on: 26 December 2009, 09:18:30 AM »
Tanya balik :

Kalo ngak ada makna kenapa lu mau jalanin hidup? bunuh diri kan beres..... ^-^


Hidup jadi manusia harusnya bersyukur, karena ada kesempatan untuk membina diri ataupun menjalankan Dhamma. Orang yg tidak mengenal Dhamma pun ada yg memaknai hidup agar bisa bersenang-senang (sekalipun pandangan salah dengan memanjakan indriawi).

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #304 on: 26 December 2009, 10:26:16 AM »
Om,mau tanya pendapat om lg

banyak orang(tua maupun muda,kebanyakan orang tua ;D) yg mengatakan kepada sy bahwa 'sesunguhnya (jadi orang)hidup itu ga ada maknanya' bahasa tionghuanya 'co nang bo ishe' ;D

*orangnya yg bicara begitu bukan buddhis,

bagaimana menurut om dan rekan2 lainya ttg statement di atas?

_/\_
Menurut saya, "arti hidup" seseorang itu dibuat oleh diri sendiri. Bagi orang yang berdedikasi untuk "menolong orang lain", maka itulah arti hidup bagi mereka. Bagi kaum Hedonist, maka "kesenangan indriah" adalah tujuan hidupnya. Jadi memang sebetulnya "arti hidup" itu memang "tidak ada" kalau kita tidak berpikir itu ada. Tetapi sebagian besar "arti hidup" seseorang berasal dari "sesuatu yang menurutnya pantas diperjuangkan".

Orang secara umum memiliki tujuan hidup yang berdasarkan "opini masyarakat", misalnya: sekolah yang tinggi lalu cari kerja/karir yang mapan, menikah, punya anak, dst. Itu yang paling umum. Ketika sudah tua, jika sudah memenuhi "tujuan hidup" tersebut, melihat kematian sudah tidak jauh, akan berpikir, "sekarang apa lagi?" Di situlah kepercayaan mempengaruhi seseorang. Yang paling umum: "mau masuk sorga" atau "bertumimbal lahir di kondisi berbahagia".


Sedangkan dari sisi "tidak punya tujuan hidup", menurut saya ada 2 jenis. Yang pertama adalah orang yang tidak menyadari dan memahami gejolak yang timbul dalam bathinnya. Ia tidak tenang, tapi tidak tahu apa yang mengganggunya. Ia tidak puas, tetapi tidak tahu apa yang diinginkan. Biasanya sebab dari hal ini adalah 1. tujuannya sudah tercapai, sehingga bingung apa lagi yang mau dicapai; 2. dia menyadari tujuannya ternyata sia-sia, misalnya mau mengubah dunia; 3. menyerah, baik karena faktor internal atau pun karena kondisi tidak memungkinkan.

Yang ke dua adalah yang memang orang yang memiliki sedikit keinginan, memiliki keinginan yang masuk akal, tidak mengutamakan ego, dan selalu berusaha menerima perubahan. Mereka hidup demi hidup itu sendiri, walaupun menyadari hidup adalah suka dan duka.
Saya rasa yang seperti inilah yang sesuai dengan Ajaran Buddha, karena sangat berpotensi untuk senantiasa bahagia.


Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #305 on: 26 December 2009, 11:41:42 AM »
keinginan menimbulkan penderitaan (dukkha).

adalah kalimat tidak lengkap.

seharusnya

keinginan (duniawi) menimbulkan penderitaan,
kecuali keinginan mencapai nirvana (kebebasan lahir kembali)...


soalnya Gautama sendiri juga memiliki keinginan utk melenyapkan pendiritaan.
apakah begitu ? gimana kalimat yg bener ya bro ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #306 on: 26 December 2009, 12:03:43 PM »
keinginan menimbulkan penderitaan (dukkha).

adalah kalimat tidak lengkap.

seharusnya

keinginan (duniawi) menimbulkan penderitaan,
kecuali keinginan mencapai nirvana (kebebasan lahir kembali)...


soalnya Gautama sendiri juga memiliki keinginan utk melenyapkan pendiritaan.
apakah begitu ? gimana kalimat yg bener ya bro ?


Hal seperti ini pernah saya lihat juga di salah satu website Is1am yang mengatakan ajaran Buddha itu paradoks karena dikatakan Dukkha disebabkan keinginan, namun untuk menghentikan dukkha juga memerlukan "keinginan" untuk menjalani Jalan Mulia Berunsur 8.

Saya pikir sebetulnya hanya masalah bahasa saja, yang menimbulkan dukkha itu adalah kemelekatan, bukan keinginan. Contoh gampangnya, orang berkeinginan makan tidak menimbulkan dukkha, tetapi kemelekatan pada hal makan di mana ia menjadi senang ketika makan dan menjadi tidak senang ketika tidak bisa makan itulah yang menimbulkan dukkha. Kalau tidak salah, keinginan istilahnya adalah "chanda" dan kemelekatan adalah "tanha".

Dalam perumpamaan lain adalah seperti orang yang kecanduan obat terlarang. Ketika ia ingin sembuh, ingin melepas ketergantungan obat, maka ia menjalani terapi dan juga makan obat. Lalu apakah kemudian kita mengatakan melepas kecanduan dengan obat terapi adalah sesuatu yang paradoksikal? Saya rasa bagi orang yang bukan pandir akan mengerti bahwa tujuan dari terapi dan obat itu bukan ketergantungan, namun dalam prosesnya memang masih tergantung pada terapi dan obat tersebut.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #307 on: 26 December 2009, 12:58:36 PM »
keinginan menimbulkan penderitaan (dukkha).

adalah kalimat tidak lengkap.

seharusnya

keinginan (duniawi) menimbulkan penderitaan,
kecuali keinginan mencapai nirvana (kebebasan lahir kembali)...


soalnya Gautama sendiri juga memiliki keinginan utk melenyapkan pendiritaan.
apakah begitu ? gimana kalimat yg bener ya bro ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #308 on: 26 December 2009, 01:41:33 PM »
keinginan menimbulkan penderitaan (dukkha).

adalah kalimat tidak lengkap.

seharusnya

keinginan (duniawi) menimbulkan penderitaan,
kecuali keinginan mencapai nirvana (kebebasan lahir kembali)...


soalnya Gautama sendiri juga memiliki keinginan utk melenyapkan pendiritaan.
apakah begitu ? gimana kalimat yg bener ya bro ?


Secara umum memang bisa saja dikatakan "keinginan duniawi" atau keinginan yang berhubungan dengan nafsu inderawi. Kalau untuk yang lengkap, mau tidak mau harus kembali kepada Paticca Samuppada, tidak bisa dirangkum langsung begitu karena akan menimbulkan kerancuan.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #309 on: 26 December 2009, 02:15:31 PM »
keinginan menimbulkan penderitaan (dukkha).

adalah kalimat tidak lengkap.

seharusnya

keinginan (duniawi) menimbulkan penderitaan,
kecuali keinginan mencapai nirvana (kebebasan lahir kembali)...


soalnya Gautama sendiri juga memiliki keinginan utk melenyapkan pendiritaan.
apakah begitu ? gimana kalimat yg bener ya bro ?


Secara umum memang bisa saja dikatakan "keinginan duniawi" atau keinginan yang berhubungan dengan nafsu inderawi. Kalau untuk yang lengkap, mau tidak mau harus kembali kepada Paticca Samuppada, tidak bisa dirangkum langsung begitu karena akan menimbulkan kerancuan.


Selama masih INGIN, berati tidak puas
Kalo tidak puas, berati penderitaan
Kalo tidak ada ingin, berati puas
Kalo puas, berati tidak ada penderitaan

Tepat pada saat seseorang ingin, tepat pada titik itu pula orang tersebut tidak puas dengan keadaannya yg sekarang.
Termasuk keinginan luhur sekalipun.
Namun keinginan luhur itu tetap diperlukan untuk mengawali jalan menuju pada tanpa keinginan.

Dari tampilan luar memang terlihat paradoksal.
Namun dari segi praktek memang begitulah alaminya dan apabila benar2 diperhatikan justru sangat bersifat logis.
Sebagai contoh adalah meditasi ketenangan.
Awalnya mau tidak mau harus ada keinginan untuk berlatih meditasi.
Kalau tidak ada keinginan bagaimana seseorang bisa berlatih?
Namun di dalam prosesnya, apabila masi ada keinginan untuk tenang,
Maka pikiran tidak dapat tenang.
Setelah keinginan untuk tenang tidak ada.
Maka pikiran menjadi tenang.
yaa... gitu deh

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #310 on: 26 December 2009, 08:13:52 PM »
keinginan menimbulkan penderitaan (dukkha).

adalah kalimat tidak lengkap.

seharusnya

keinginan (duniawi) menimbulkan penderitaan,
kecuali keinginan mencapai nirvana (kebebasan lahir kembali)...


soalnya Gautama sendiri juga memiliki keinginan utk melenyapkan pendiritaan.
apakah begitu ? gimana kalimat yg bener ya bro ?

lalu bagaimana dengan pesan YM Ajahn Chah mengenai penderitaan,
"Jangan menjadi Bodhisatta,jangan menjadi Arahat,jangan menjadi apapun juga.
Bila Anda seorang Bodhisatta, Anda akan menderita;
bila Anda seorang Arahat, Anda akan menderita;
bila Anda menjadi apapun juga, Anda akan menderita."


bagaimana menurut om joh dan om kainyt?
Apakah keinginan menjadi makhluk suci juga termasuk dukkha?
Ato
mungkin maksud Ajahn Chah jangan [menjadi]melekat pada Label makhluk suci?

Mohon pencerahannya
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #311 on: 26 December 2009, 09:49:14 PM »
keinginan menimbulkan penderitaan (dukkha).

adalah kalimat tidak lengkap.

seharusnya

keinginan (duniawi) menimbulkan penderitaan,
kecuali keinginan mencapai nirvana (kebebasan lahir kembali)...


soalnya Gautama sendiri juga memiliki keinginan utk melenyapkan pendiritaan.
apakah begitu ? gimana kalimat yg bener ya bro ?

lalu bagaimana dengan pesan YM Ajahn Chah mengenai penderitaan,
"Jangan menjadi Bodhisatta,jangan menjadi Arahat,jangan menjadi apapun juga.
Bila Anda seorang Bodhisatta, Anda akan menderita;
bila Anda seorang Arahat, Anda akan menderita;
bila Anda menjadi apapun juga, Anda akan menderita."


bagaimana menurut om joh dan om kainyt?
Apakah keinginan menjadi makhluk suci juga termasuk dukkha?
Ato
mungkin maksud Ajahn Chah jangan [menjadi]melekat pada Label makhluk suci?

Mohon pencerahannya

akan = maksudnya perjalanan itu tidak mudah... dan akan menderita...
           prosesnya tentu "menderita"... tapi hasilnya...

pertanyaan begini ini lebih pas bro Kainyn_Kutho yg menjawab saja....
gw masih harus banyak belajar sama MOD2 disini....
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #312 on: 28 December 2009, 09:04:08 AM »
Selama masih INGIN, berati tidak puas
Kalo tidak puas, berati penderitaan
Kalo tidak ada ingin, berati puas
Kalo puas, berati tidak ada penderitaan

Tepat pada saat seseorang ingin, tepat pada titik itu pula orang tersebut tidak puas dengan keadaannya yg sekarang.
Termasuk keinginan luhur sekalipun.
Namun keinginan luhur itu tetap diperlukan untuk mengawali jalan menuju pada tanpa keinginan.

Dari tampilan luar memang terlihat paradoksal.
Namun dari segi praktek memang begitulah alaminya dan apabila benar2 diperhatikan justru sangat bersifat logis.
Sebagai contoh adalah meditasi ketenangan.
Awalnya mau tidak mau harus ada keinginan untuk berlatih meditasi.
Kalau tidak ada keinginan bagaimana seseorang bisa berlatih?
Namun di dalam prosesnya, apabila masi ada keinginan untuk tenang,
Maka pikiran tidak dapat tenang.
Setelah keinginan untuk tenang tidak ada.
Maka pikiran menjadi tenang.

Ya, setuju secara umum memang begitu. Hal-hal seperti ini sulit dimengerti jika hanya melihat kalimat begitu saja tanpa ada penjelasan. Kalau dibilang semata-mata "tidak punya keinginan", nanti akan dikritik sebagai apatis, tidak peduli, "hidup segan mati tak mau", dsb.
Yang menjadikan logis adalah karena Ajaran Buddha percaya segala sesuatu memiliki sebab, jadi semua ada prosesnya. Seperti contoh Bro hendrako, kita mau tenang tetapi juga tidak bisa menjadi tenang hanya karena kita menginginkannya. Ketika kita berlatih membuang ego yang menuntut ketenangan, berusaha menerima kenyataan, maka dengan sendirinya kita menjadi tenang. Itulah meditasi.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #313 on: 28 December 2009, 09:13:08 AM »
lalu bagaimana dengan pesan YM Ajahn Chah mengenai penderitaan,
"Jangan menjadi Bodhisatta,jangan menjadi Arahat,jangan menjadi apapun juga.
Bila Anda seorang Bodhisatta, Anda akan menderita;
bila Anda seorang Arahat, Anda akan menderita;
bila Anda menjadi apapun juga, Anda akan menderita."


bagaimana menurut om joh dan om kainyt?
Apakah keinginan menjadi makhluk suci juga termasuk dukkha?
Ato
mungkin maksud Ajahn Chah jangan [menjadi]melekat pada Label makhluk suci?

Mohon pencerahannya

Terus terang saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan Ajahn Chah karena saya juga tidak pernah tahu tentangnya. Tetapi saya menafsirkan perkataan tersebut adalah ketika kita mengejar "status" tersebut, maka tetap tidak akan bahagia.
Mungkin kalau "versi" saya seperti "mencari cinta sejati". Ketika seseorang mencari "cinta sejati" yang konon tidak berkondisi, maka ia akan menderita. Ia tidak akan menemukannya dan akan jatuh pada kemelekatan konsep "cinta sejati". Sebaliknya kalau orang berusaha menyadari dan membuang semua kebencian yang timbul, maka ia tidak memandang segala sesuatu dengan kebencian lagi. Itulah yang bisa disebut "cinta sejati".

Jadi menurut saya, maksud hal itu adalah ketika orang mengejar pencapaian (apakah Bodhisatta, Arahat, dll) maka ia tidak akan mencapainya. Ketika orang bisa "melupakan" konsep tersebut, menyadari penderitaan sebagaimana adanya, maka baru ia bisa bahagia.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #314 on: 28 December 2009, 09:16:19 AM »
akan = maksudnya perjalanan itu tidak mudah... dan akan menderita...
           prosesnya tentu "menderita"... tapi hasilnya...

pertanyaan begini ini lebih pas bro Kainyn_Kutho yg menjawab saja....
gw masih harus banyak belajar sama MOD2 disini....

Bro johan, kita di sini sebetulnya saling mengajar dan belajar, bukan belajar pada orang/pihak tertentu. Moderator tugasnya adalah memoderasi diskusi agar berjalan sehat, tetapi sama sekali bukan berarti lebih benar dari member biasa. :)

 

anything