//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: KETERKAITAN KETEGANGAN DAN PENYAKIT  (Read 2745 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
KETERKAITAN KETEGANGAN DAN PENYAKIT
« on: 20 August 2007, 03:44:16 PM »
By : Selamat Rodjali

Lebih dari dua ribu lima ratus tahun yang lalu, pernah didiskripsikan  suatu keterkaitan antara sikap batin dengan jasmani seseorang. Uraian  tersebut di antaranya berisikan analisa dan sintesa atas proses batin dan jasmani mahluk hidup, yang sampai saat ini dikenal oleh dunia Barat sebagai aspek psikologi religius yang telah membuka mata para psikolog, dokter dan ilmuwan di dunia. Menurut uraian itu, jasmani (materi tubuh) suatu mahluk berproses dikondisikan oleh 4 hal, yaitu:
1. dikondisikan oleh perbuatan
2. dikondisikan oleh pikiran
3. dikondisikan oleh makanan
4. dikondisikan oleh lingkungan (temperatur, kelembaban, udara, dsb.)

Setiap perbuatan yang dilakukan pasti memproduksi materi tertentu pada pelaku perbuatan tersebut. Pikiranpun demikian. Misalkan saja seseorang tergiur melihat mangga muda, walaupun seolah 'ia tak menyadarinya', getah lambung terproduksi. Getah lambung ini bereaksi dengan zat-zat di sekitarnya dan bereaksi pula dengan makanan yang telah dimakan, dengan suhu tubuh, kelembaban, udara, dan materi yang
diproduksi oleh perbuatan. Keempat kondisi di atas menghasilkan materi tubuh dan berkombinasi sedemikian rupa sehingga jasmani seseorang berbeda-beda bentuk dan kesehatannya.

Dalam hubungannya dengan aspek psikologi fenomena di atas, marilah kita batasi pembicaraan kita dengan melihat secara sepintas hubungan antara ketegangan dengan penyakit.Setelah berkunjung ke dokter, seorang yang mengeluh sesak di dada dapat menjadi tegang sekali. Ia disuruh ke laboratorium untuk periksa
darah lengkap. Kemudian ia disuruh datang ke rumah sakit untuk membuat foto sinar tembus dada.  Selanjutnya ia harus datang ke bagian penyakit  dalam untuk memperoleh suntikan di bawah kulit. Dan akhirnya ia menjalani perekaman aktivitas jantungnya.Ia tegang karena khawatir menderita penyakit yang berbahaya. "Jantung atau parukah yang dipersoalkan dokter?" demikianlah pertanyaan dan jawabah dugaan yang dilontarkan di dalam pikiran yang tegang itu. "Sangat mungkin paru yang kurang beres karena pertanyaan-pertanyaan dokternya banyak kali mengenai ludah, napas, dan batuk. Apakah TBC atau kanker paru? Mungkin juga kanker karena saya banyak merokok. Tapi, saya tidak batuk dan menjadi kurus pun tidak. Wah, kalau begitu jantung yang kurang baik pun bisa mendasari sesak di dada. Tapi bagaimana jantung bisa rusak? Saya masih dapat berlari seperti anak muda. Naik tangga pun tidak membuat saya letih."

Ketegangan mereda dan akhirnya lenyap setelah dokter menyatakan bahwa jantung dan parunya baik sekali dan ia tidak usah mengkhawatirkan sesak di dada itu. "Nanti juga baik sendiri," ucap dokter, sambil menyodorkan sehelai resep untuk pengambilan obat di apotik.Sambil berjalan menuju ke apotik, timbullah pertanyaan yang membingungkan dia. "Kalau nanti bisa baik sendiri, mengapa dokter memberikan obat padaku?" ia mengadakan monolog lagi. Dengan berkata dalam diri sendiri ia menjadi tenang juga,"mungkin obat itu diberi untuk mempercepat kesembuhan. Tetapi apa salahnya kalau bertanya kepada apoteker, obat yang dibeli itu untuk penyakit apa?" Ternyata bahwa obat itu adalah obat penyakit saraf. Mulailah ia berpikir lagi dengan kelanjutan menegangkan diri sendiri.

Itulah contoh mengenai ketegangan yang bisa timbul akibat kunjungan ke dokter. Seorang yang tidak mempunyai watak mudah tegang tidak berpikir panjang seperti orang yang dicontohkan. Kepribadian itu diliputi ketakutan yang tidak beralasan, yang dinamakan 'ansietas' (cat.: ansietas ini adalah istilah dalam psikologi umum). 'Takut gagal' meliputi pikiran pelajar yang sedang mempersiapkan diri untuk suatu ujian. "Takut lupa" mendorong seseorang mencatat hal sepele dalam buku catatan kecilnya. "Takut terlambat" membuat seseorang pergi ke lapangan terbang beberapa jam sebelum waktu yang ditentukan.

Ansietas adalah perasaan takut yang tumbuh dalam batin seseorang akan hal-hal yang belum terjadi. Ansietas ini tertanam dan tumbuh dalam batin seseorang oleh lingkungan semasa perkembangan hidup menjelang tahap kedewasaannya. Orang tua dengan ansietas, mendidik dan membesarkan anaknya dalam suasana ansietas. Jaman yang penuh dengan ketegangan dan bahaya membekas dalam batin manusia dan mudah mengkondisikan berkembangnya ansietas.

Reaksi jasmani yang timbul pada saat ansietas itu muncul merupakan fenomena perangai/tingkah laku emosional. contohnya, seseorang yang tegang karena nyaris melakukan perbuatan yang tidak diingini. Seorang ibu menahan dirinya sewaktu anaknya membantah pendapatnya. Darah terasa naik ke kepala dan kepalanya terasa menjadi besar. jantungnya berdentum. Otot di sekitar mulut bergerak-gerak tanpa dikehendaki.

Kata-kata yang hendak dikeluarkan 'terhalang di dalam tenggoroknya' sehingga akhirnya ia tidak berdaya untuk melakukan apa-apa selain merenungkan fungsinya sebagai ibu yang tidak dapat dihargai anaknya. "Untung" ia dapat menahan diri. Jika tidak, hampir saja ia melemparkan tempat abu rokok ke arah anaknya.

Ketegangan yang dialami ibu di atas dapat menimbulkan reaksi jasmani yang menyebabkan lemas sehingga si ibu jatuh lunglai di lantai dan 'tak sadar'/pingsan.

Contoh yang menjelaskan dapat diberikan oleh seseorang yang sangat tegang karena ngeri tertimpa musibah. Dalam hal ini, seorang pengendara mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi secara mendadak menghentikan mobilnya karena ada orang yang memotong jalan. Dengan reaksi yang cepat ia menginjak rem dan nyaris menabrak orang. Saat-saat yang menegangkan itu, walaupun berlangsung sejenak, menimbulkan reaksi jasmani yang hebat. Ia kehilangan tenaga. Seluruh tubuhnya lemas, hampir tak dapat memegang stir mobil. seluruh badan gemetar. Jantung berdenyut cepat dan keringat dingin membasahi kulit wajah dan lehernya. Bicara pun hampir tak kuat lagi. Setelah beberapa menit barulah ia menarik napas dalam dan legalah dadanya.

Tiap orang dapat mengalami hal di atas. Tapi bagi yang mudah terpengaruh oleh ketengangan yang kecil, maka mudah terkena lemas, jantung berdebar, 'sakit kepala', 'sakit pinggang', 'berkeringat banyak', 'susah buang air besar', 'buang-buang air besar', dan orang ini adalah orang yang memiliki saraf lemah.

Dalam uraian psikologi pada bagian awal tulisan ini, dinyatakan bahwa 'pemimpin' yang mengkondisikan seseorang dilahirkan dengan saraf yang kuat adalah 'perbuatan'. Selanjutnya pikiran yang tergolong 'ansietas' akan menghasilkan materi tertentu yang mengkondisikan lemahnya saraf tersebut, di samping kombinasinya dengan faktor panas/dingin/lembab dan makanan yang dikonsumsi orang tersebut. Dengan demikian, orang yang lahir dengan saraf yang kuat, apabila batinnya secara terus-menerus diliputi ansietas, maka pada taraf tertentu sarafnya akan menjadi lemah. Hal ini sering menimpa orang-orang yang kehidupannya diperbudak oleh materi dan waktu, yang batinnya sangat kecil sekali mengkonsumsi hal-hal yang bersifat menenangkan. Oleh karena itu, tidaklah heran bahwa di dunia saat ini banyak penyakit-penyakit fisik yang tiba-tiba menimpa sebagian besar orang yang disinyalir sehat fisiknya. Tidak lain dan tidak bukan, karena sebagian besar orang-orang itu memiliki sebab-sebab sebelumnya, yaitu 'penyakit pikiran' yang tergolong 'ansietas.' Penyakit pikiran inipun memiliki sebab, yaitu hasrat yang melekat kuat terhadap objek-objek yang ingin dinikmatinya atau hasrat yang menolak kuat terhadap objek-objek yang tidak disukainya, akibat kebodohannya akan hakekat sesungguhnya objek-objek dan dirinya itu. Secara keseluruhan, kombinasi proses batin yang kompleks akan menghasilkan struktur tubuh yang kompleks pula, sehingga sangat logis bahwa semua manusia tidak ada yang berwajah sama, sekalipun kembar, hanya mirip saja, bahkan lebih banyak perbedaannya, demikian pula prilaku batinnya.

Catatan: Aspek Stress yang berupa kegembiraan, keharuan dan sebagainya dan kaitannya dengan jasmani akan dibahas pada kesempatan berikutnya.

Bahan bacaan:

Dhammananda, K. 1967. Why Worry. The Buddhist Missionary Society, Malaysia, 116p.

Sidharta, P. 1991. Seri Kedokteran: Ketegangan dan Akibatnya, Gaya Favorit Press, Jakarta, 103 hal.