//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: T i r a t a n a  (Read 10349 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
T i r a t a n a
« on: 16 July 2007, 01:36:31 PM »
PENGERTIAN TIRATANA
Kata Tiratana terdiri dari kata Ti, yang artinya tiga dan Ratana, yang artinya permata / mustika; yang maknanya sangat berharga. Jadi, arti Tiratana secara keseluruhan adalah Tiga Permata (Tiga Mustika) yang nilainya tidak bisa diukur; karena merupakan sesuatu yang agung, luhur, mulia, yang perlu sekali dimengerti (dipahami) dan diyakini oleh umat Buddha.

ISI TIRATANA
Sesuai dengan arti katanya, yaitu Tiga Mustika atau Tiga Permata, maka isi Tiratana memang terdiri dari 3 permata atau tiga ratana, yaitu: Buddha Ratana; Dhamma Ratana; dan Sangha Ratana.

Buddha Ratana:


Sang Buddha adalah guru suci junjungan kita
Yang telah memberikan ajarannya kepada umat manusia dan para dewa
Untuk mencapai kebebasan mutlak (Nibbãna)
Dhamma Ratana:

Dhamma adalah kebenaran mutlak, dan juga merupakan ajaran Buddha
Yang menunjukkan umat manusia dan para dewa ke jalan yang benar, yaitu yang terbebas dari kejahatan, dan
Membimbing mereka mencapai kebebasan mutlak (Nibbãna)
Sangha Ratana

Sangha adalah persaudaraan Bhikkhu suci, yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian (Sotapana, Sakadagami, Anagami, Arahat)
Sebagai pengawal dan pelindung Dhamma
Mengajarkan Dhamma kepada orang lain untuk ikut melaksanakannya sehingga bisa mencapai kebebasan mutlak (Nibbãna)
Secara sistematik, dapat disimak pada skema berikut ini:



PENJELASAN TIRATANA

BUDDHA
Arti Buddha (dalam Khuddaka Nikaya) adalah:

Dia Sang Penemu (Bujjhita) Kebenaran
Ia yang telah mencapai Pengerangan Sempurna
Ia yang memberikan penerangan (Bodhita) dari generasi ke generasi
Ia yang telah mencapai kesempurnaan melalui 'penembusan', sempurna penglihatannya, dan mencapai kesempurnaan tanpa bantuan siapapun.
Di dalam Anguttara Nikaya Tikanipata 20/265, disebutkan tentang sifat-sifat mulia Sang Buddha, atau disebut Buddhaguna. Ada sembilan Buddhaguna, yaitu:

Araham= manusia suci yang terbebas dari kekotoran batin
Sammasambuddho = manusia yang mencapai penerangan sempurna dengan usahanya sendiri
Vijjacaranasampanno = mempunyai pengetahuan sempurna dan tindakannya juga sempurna
Sugato = yang terbahagia
Lokavidu = mengetahui dengan sempurna keadaan setiap alam
Anuttaro purisadammasarathi = pembimbing umat manusia yang tiada bandingnya
Satta devamanussanam = guru para dewa dan manusia
Buddho = yang sadar
Bhagava = yang patut dimuliakan (dijunjung)
Tingkat kebuddhaan adalah tingkat pencapaian penerangan sempurna. Menurut tingkat pencapaiannya, Buddha dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

Samma sambuddho

Orang yang mencapai tingkat kebuddhaan dengan usahanya sendiri, tanpa bantuan mahluk lain
Mampu mengajarkan ajaran yang ia peroleh (Dhamma) kepada mahluk lain
Yang diajar tersebut bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya
 

Pacceka Buddha

Orang yang mencapai tingkat kebuddhaan dengan usahanya sendiri, tanpa bantuan mahluk lain
Tidak mengajarkan ajaran yang ia peroleh kepada mahluk lain secara meluas
Yang diajar tersebut belum mampu mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya.
 

Savaka Buddha

Orang yang mencapai tingkat kebuddhaan karena mendengarkan dan melaksanakan ajaran dari Sammasambuddha
Mampu mengajarkan ajaran yang ia peroleh kepada mahluk lain.
Yang diajar bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya.
 

Para Buddha pada dasarnya mempunyai tiga prinsip dasar ajaran, yaitu seperti yang tercantum di dalam Dhammapada 183 sebagai berikut:

Sabbapapassa akaranam = tidak melakukan segala bentuk kejahatan
Kusalasupasampada = senantiasa mengembangkan kebajikan
Sacittapariyodapanam = membersihkan batin atau pikiran
Etam buddhana sasanam = inilah ajaran para Buddha

Ajaran Sang Buddha memberikan bimbingan kepada kita untuk membebaskan batin dari kemelekatan kepada hal yang selalu berubah (anicca), yang menimbulkan ketidakpuasan (dukkha); karena semuanya itu tidak mempunyai inti yang kekal, tanpa kepemilikan (anatta). Usaha pembebasan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan dan pengertian masing-masing individu.

Jadi, ajaran Buddha bukan merupakan paksaan untuk dilaksanakan. Sang Buddha hanya penunjuk jalan pembebasan, sedangkan untuk mencapai tujuan itu tergantung pada upaya masing-masing. Bagi mereka yang tidak ragu-ragu lagi dan dengan semangat yang teguh melaksanakan petunjuk-Nya itu, pasti akan lebih cepat sampai dibandingkan dengan mereka yang masih ragu-ragu dan kurang semangat.

Adalah bijaksana bila sebagai umat Buddha, setelah terlahir sebagai manusia janganlah tenggelam di dalam kepuasan sang 'aku'. Di dunia ini kita telah diberi warisan yang sangat berharga oleh para bijaksana. Sungguh bahagia bagi manusia yang bisa menerima ajaran Buddha yang telah dibabarkan di hadapan kita. Mengapa? Karena hadirnya seorang Buddha di alam kehidupan ini adalah sangat jarang. Di dalam Dhammapada 182 disebutkan demikian:

Kiccho manussapatilabho = sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia
Kiccho maccana jivitam = sungguh sulit kehidupan manusia
Kiccho saddhammasavanam = sungguh sulit untuk dapat mendengarkan ajaran benar
Kiccho Buddhanam uppado = sungguh sulit munculnya seorang Buddha

Jadi, manfaatkanlah kehidupan kita sebagai manusia sekarang ini untuk lebih giat lagi mempelajari Dhamma yang telah diajarkan oleh Sang Buddha. Ajaran Sang Buddha yang telah dibabarkan kepada manusia dan bahkan juga kepada para dewa, adalah demi keuntungan manusia dan para dewa itu sendiri guna mencapai Kebebasan Mutlak (Nibbãna).

 

DHAMMA

Dhamma berarti kebenaran, kesunyataan, atau bisa juga dikatakan sebagai ajaran sang Buddha. Istilah Dhamma ini mempunyai arti yang sangat luas, yaitu mencakup tidak hanya segala sesuatu yang bersyarat saja, tetapi juga mencakup yang tidak bersyarat / yang mutlak. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan dalam penjelasan berikut ini.

Dhamma terbagi menjadi dua bagian, yaitu Paramattha Dhamma dan Pannatti Dhamma.

Paramattha Dhamma = kenyataan tertinggi, ada 4, yaitu citta (kesadaran), cetasika (faktor batin), rupa (materi), dan Nibbana
Pannatti Dhamma = sebutan, konsep, untuk dijadikan panggilan atau sebutan sesuai dengan keinginan manusia.
Paramattha Dhamma terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu Sankhata Dhamma dan Asankhata Dhamma.

Sankhata Dhamma, berarti keadaan yang bersyarat, yaitu:
Tertampak dilahirkan / timbulnya (uppado pannayati)
Tertampak padamnya (vayo pannayati)
Selama masih ada, tertampak perubahan-perubahannya (thitassa annathattan pannayati)
Asankhata Dhamma, berarti sesuatu yang tidak bersyarat, yaitu:
Tidak dilahirkan (na uppado pannayati)
Tidak termusnah (na vayo pannayati)
Ada dan tidak berubah (na thitassa annathattan pannayati)
 

Nibbana disebut Asankhata Dhamma.

Di dalam Anguttara Nikaya Tikanipata 20/266, disebutkan tentang sifat Dhamma, atau Dhammaguna. Ada enam Dhammaguna, yaitu:

Svakkhato Bhagavata Dhammo Dhamma
Ajaran Sang Bhagava telah sempurna dibabarkan.
Sanditthiko
Berada sangat dekat (kesunyataan yang dapat dilihat dan dilaksanakan dengan kekuatan sendiri).
Akaliko
Tak ada jeda waktu atau tak lapuk oleh waktu
Ehipassiko
Mengundang untuk dibuktikan
Opanayiko
Menuntun ke dalam batin (dapat dipraktikkan)
Paccattam veditabbo vinnuhi
Dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing
Untuk dapat mengerti dengan benar mengenai Dhamma tersebut, maka kita harus melaksanakan dengan tiga tahap, yaitu:

Pariyatti Dhamma
Mempelajari Dhamma secara teori, dalam hal ini, yaitu mempelajari dengan tekun Kitab Suci Tipitaka.
Patipatti Dhamma
Melaksanakan (mempraktikkan) Dhamma tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.
Pativedha Dhamma Hasil (penembusan), yaitu hasil menganalisa dan merealisasi kejadian-kejadian hidup melalui meditasi pandangan terang (vipassana) hingga merealisasi Kebebasan Mutlak.
Istilah Dhamma di atas, meliputi Sutta Pitaka, Vinaya Pitaka dan Abhidhamma Pitaka atau Kitab Suci Tipitaka.

Dhamma akan melindungi mereka yang mempraktikkan Dhamma. Praktik Dhamma akan membawa kebahagiaan. Barang siapa mengikuti Dhamma, maka tidak akan jatuh ke alam penderitaan.

 

SANGHA
Sangha berarti pesamuan atau persaudaraan para Bhikkhu. Kata Sangha pada umumnya ditujukan untuk sekelompok Bhikkhu. Ada 2 jenis Sangha (persaudaraan para Bhikkhu), yaitu:

Sammuti Sangha = persaudaraan para Bhikkhu biasa, artinya yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian.
Ariya Sangha = persaudaraan para Bhikkhu suci, artinya yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian.
Pengertian "Sangha" di dalam Sangha Ratana ini, berarti kumpulan para Ariya atau kumpulan para mahluk suci. Di dalam ajaran Agama Buddha, dikenal adanya mahluk suci, yang disebut dengan istilah Ariya Puggala. Ariya puggala ini ada 4 tingkat, yaitu:

Sotapanna = orang suci tingkat pertama (sotapatti-phala) yang terlahir paling banyak tujuh kali lagi.
Sakadagami = orang suci tingkat kedua (sakadagami-phala) yang akan terlahir sekali lagi (di alam nafsu).
Anagami = orang suci tingkat ketiga (anagami-phala) yang tidak akan terlahir lagi (di alam nafsu).
Arahat = orang suci tingkat keempat (arahatta-phala) yang terbebas dari kelahiran dan kematian).
Selain ditinjau dari 'belenggu' yang mengikat pada roda kehidupan yang harus dipatahkan, pengertian mahluk suci ini juga dapat ditinjau dari segi Kekotoran batin (kilesa)-nya, yang telah berhasil mereka basmi.

Di dalam Anguttara Nikaya, Tikanipata 20/267, disebutkan tentang sifat-sifat mulia Sangha, yang disebut Sanghaguna. Ada 9 jenis Sanghaguna, yaitu:

Supatipanno
Bertindak / berkelakuan baik
Ujupatipanno
Bertindak jujur / lurus
Nayapatipanno
Bertindak benar (berjalan di 'jalan' yang benar, yang mengarah pada perealisasian Nibbana)
Samicipatipanno
Bertindak patut, penuh tanggung jawab dalam tindakannya
Ahuneyyo
Patut menerima pemberian / persembahan
Pahuneyyuo
Patut menerima (diberikan) tempat bernaung
Dakkhineyyo
Patut menerima persembahan / dana
Anjalikaraniyo
Patut menerima penghormatan (patut dihormati)
Anuttaram punnakhettam lokassa
Lapangan (tempat) untuk menanam jasa yang paling luhur, yang tiada bandingnya di alam semesta.
Dalam Tiratana, yang dimaksud Sangha di sini berarti Ariya Sangha. Jadi kita berlindung kepada Ariya Sangha. Kita tidak berlindung kepada Sammuti Sangha; tetapi kita menghormati Sammuti Sangha karena para beliau ini mengemban amanat Sang Buddha sebagai penyebar Dhamma yang jalan hidupnya mengarah ke jalan Dhamma.

Para Bhikkhu Sangha yang selalu kokoh dalam Dhamma-Vinaya adalah merupakan ladang yang subur juga bagi para umat. Oleh karena itu para umat diharapkan juga bersedia berkewajiban menyokong agar para Bhikkhu Sangha kokoh dalam moralitas dan tindak-tanduknya.

 

Disusun oleh: Dhamma Study Group Bogor


Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: T i r a t a n a
« Reply #1 on: 16 July 2007, 06:26:38 PM »
makasih kk...

berguna neh...

 ^:)^

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: T i r a t a n a
« Reply #2 on: 16 July 2007, 07:10:29 PM »
Thanks 4 d sharing
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: T i r a t a n a
« Reply #3 on: 17 July 2007, 09:53:25 AM »
mbah markos, selama ini referensi tipitaka selalu menyebutkan sangha adalah persaudaraan bhikkhu suci. saya blom pernah ketemu referensi ttg sammuti sangha. apakah ada referensinya di tipitaka?

ini sering sekali diperdebatkan seiring dengan tereksposenya perilaku bhikkhu2 yg gak terpuji...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Fei Lun Hai

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 686
  • Reputasi: 24
  • Gender: Female
Re: T i r a t a n a
« Reply #4 on: 09 August 2007, 11:03:33 AM »
Menurut saya, mungkin Sammuti Sangha tidak tercantum dalam referensi Tipitaka karena di dalam Tipitaka hanya mengisahkan tentang kehidupan para Bhikkhu yg sudah mencapai tingkat2 kesucian (khususnya Arahat). Sedangkan kehidupan Bhikkhu yg belum mencapai tingkat2 kesucian tidak diekspos dalam Tipitaka sehingga memberi kesan bahwa Sangha dalam referensi Tipitaka hanya merujuk pada persaudaraan Bhikkhu suci (CMIIW) _/\_
your life simple or complex is depend on yourself

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: T i r a t a n a
« Reply #5 on: 09 August 2007, 10:06:03 PM »
wah nice artikel, bro markos sering" ya post artikel seperti ini.. mantap  :>-

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: T i r a t a n a
« Reply #6 on: 10 August 2007, 04:48:37 PM »
 [at] morpheus : sebenarnya banyak kok kisah2 sammuti sangha.... pernah ada cerita dimana ada 2 bhikkhu yang nge-gang terus ribut satu dengan yang laen.... Buddha sudah berusaha memberi nasehat2, namun mereka tetap ribut terus

akhirnya Buddha keluar dari Vihara tersebut dan diam di hutan selama 3 bulan....

ada juga kisah dimana mereka nilep dana......

jadi benernya dari dulu udah banyak bhikkhu2 yang tidak terpuji......

sebenarnya itu sesuatu yang biasa lah bro.... itu kenapa buddhist diharap untuk tidak terpaku pada label "bhikkhu" karena itu sebenarnya adalah kemelekatan....

misal kaya waktu kasus Ferry... org2 pada mencemooh bilang bhikkhu Ferry ngebunuh tuh... yah gw sih cm bilang bahwa Rinpoche tuh beda ama bhikkhu... bahwa rinpoche hanya gelar

dan misal bhikkhu pun yang membunuh, so what??? apa karena 1 bhikkhu membunuh, lalu dibilang buddhism itu jelek???  ;D

sama aja kaya bilang : karena pisau dipake untuk membunuh, lalu orang harus menjauhi pisau ???
..... atau karena TV banyak menyiarkan kekerasan dan seksualitas, lalu TV dilarang kaya di Afganishtan waktu jaman Taliban???  ;D

moga bisa memperjelas yah, bro..........

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: T i r a t a n a
« Reply #7 on: 10 August 2007, 09:23:36 PM »
bang markos, arah pertanyaan saya bukan ke sana...

sering disebutkan bahwa berdana kepada sangha itu nilainya sangat besar. nah, apakah samutti sangha di sini termasuk di dalamnya? apakah samutti sangha ini mewakili savaka sangho yg disebut2 dalam sanghanussati?

ujung2nya adalah apakah penghormatan dan dana kepada samutti sangha ini tetap diwajibkan tanpa memperdulikan perilakunya? pokoknya asalkan 5 orang, apakah kita tetap harus memperlakukannya sebagai savaka sangha atau ariya sangha?

apakah ada referensi mengenai hal ini di sutta?

ini penting sekali mengingat kejadian belakangan...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: T i r a t a n a
« Reply #8 on: 09 July 2008, 12:47:25 AM »
bagus nih bwt pemula... up up ...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: T i r a t a n a
« Reply #9 on: 09 July 2008, 08:36:41 AM »
sering disebutkan bahwa berdana kepada sangha itu nilainya sangat besar. nah, apakah samutti sangha di sini termasuk di dalamnya? apakah samutti sangha ini mewakili savaka sangho yg disebut2 dalam sanghanussati?

ujung2nya adalah apakah penghormatan dan dana kepada samutti sangha ini tetap diwajibkan tanpa memperdulikan perilakunya? pokoknya asalkan 5 orang, apakah kita tetap harus memperlakukannya sebagai savaka sangha atau ariya sangha?

apakah ada referensi mengenai hal ini di sutta?

ini penting sekali mengingat kejadian belakangan...


Apel yang belum masak dengan apel yang sudah masak mereka tetaplah apel, bila anda memberikan pupuk dan perhatian yang cukup maka apel yang belum masak itu akan manis di kemudian hari. namun untuk apel yang sudah masak, anda bisa langsung mencicipi manisnya apel itu.

Analogi yang saya gunakan adalah untuk menunjukkan baik Sangha tingkat tinggi dan tingkat bawah,mereka adalah sama. anda berdana untuk Samutti Sangha telah mempersiapkan mereka menuju realisasi Dhamma dan ini sesungguhnya berkah yang sangat mulia.

Dan karena Sang Buddha sendiri menggariskan bahwa kesucian tidak layak dipertontonkan seperti magic show dan show show lain untuk membuktikan dia telah suci, Suci itu terletak pada tindakan,ucapan, dan pemikiran. maka gunakan kebijaksanaan dalam memperlakukan Sangha.

Kita menghormati jubah yang digariskan oleh Sang Buddha, kita menghormati sila-sila yang digariskan oleh Sang Buddha,atas dasar diri seorang bhikkhu ia telah memantapkan hatinya mengambil Jalan Dhamma,jadi berikan penghormatan selayaknya dan secukupnya.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: T i r a t a n a
« Reply #10 on: 09 July 2008, 03:42:10 PM »
pertanyaannya bang, apakah ada referensi samutti sangha di tipitaka? soalnya di mana2 adanya savaka sangha. sedangkan sering dikabarkan kalo berdana kepada kumpulan bhikkhu berjumlah 5 itu udah sama dengan berdana ke savaka sangha. juga sering mendengar pernyataan "menghormati jubah" seperti yg anda sebut2 di atas. menghormati jubah atau menghormati orangnya? apakah pernyataan ini benar? kalo benar, apa dasar dan referensinya?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: T i r a t a n a
« Reply #11 on: 09 July 2008, 04:33:21 PM »
3. The Sangha

At the conventional or mundane level the Sangha signifies the Bhikkhu-Sangha, the order of monks. The Sangha here is an institutional body governed by formally promulgated regulations. Its doors of membership are open to any candidate meeting the required standards. All that is needed to enter the Sangha is to undergo ordination according to the procedure laid down in the Vinaya, the system of monastic discipline.

Despite its formal character, the order of monks fulfills an indispensable role in the preservation and perpetuation of the Buddha's dispensation. In an unbroken lineage extending back over twenty-five hundred years, the monastic order has served as the custodian of the Dhamma. The mode of life it makes possible permits it to exercise this function. The Buddha's dispensation, as we suggested, possesses a twofold character; it is a path of practice leading to liberation from suffering, and also a distinctive set of doctrines embedded in scriptures expounding the details of this path. The Sangha bears the responsibility for maintaining both aspects of the dispensation. Its members assume the burden of continuing the tradition of practice with the aim of showing that the goal can be realized and deliverance attained. They also take up the task of preserving the doctrines, seeing to it that the scriptures are taught and transmitted to posterity free from distortion and misinterpretation.

For these reasons the institutional Sangha is extremely vital to the perpetuation of the Buddha's teaching. However, the order of monks is not itself the Sangha which takes the position of the third refuge. The Sangha which serves as refuge is not an institutional body but an unchartered spiritual community comprising all those who have achieved penetration of the innermost meaning of the Buddha's teaching. The Sangha-refuge is the ariyan Sangha, the noble community, made up exclusively of ariyans, person of superior spiritual stature. Its membership is not bound together by formal ecclesiastical ties but by the invisible bond of a common inward realization. The one requirement for admission is the attainment of this realization, which in itself is sufficient to grant entrance.

Though the way of life laid down for the monastic order, with its emphasis on renunciation and meditation, is most conducive to attaining the state of an ariyan, the monastic Sangha and the ariyan Sangha are not coextensive. Their makeup can differ, and that for two reasons: first, because many monks — the vast majority in fact — are still worldlings (puthujjana) and thence cannot function as a refuge; and second, because the ariyan Sangha can also include laymen. Membership in the ariyan Sangha depends solely on spiritual achievement and not on formal ordination. Anyone — layman or monk — who penetrates the Buddha's teaching by direct vision gains admission through that very attainment itself.2

The membership of the ariyan Sangha comprises eight types of persons, which unite into four pairs. The first pair consists of the person standing on the path of stream-entry and the stream-enterer, who has entered the way to deliverance and will attain the goal in a maximum of seven lives; the second pair of the person standing on the path of the once-returner and the once-returner, who will return to the human world only one more time before reaching the goal; the third pair of the person standing on the path of the non-returner and the non-returner, who will not come back to the human world again but will take rebirth in a pure heavenly world where he will reach the final goal; and the fourth pair of the person standing on the path of arahatship and the arahant, who has expelled all defilements and cut off the ten fetters causing bondage to samsara.

The eight persons can be divided in another way into two general classes. One consists of those who, by penetrating the teaching, have entered the supramundane path to liberation but still must practice further to arrive at the goal. These include the first seven types of ariyan persons, who are collectively called "trainees" or "learners" (sekha) because they are still in the process of training. The second class comprises the arahats, who have completed the practice and fully actualized the goal. These are called "beyond training" (asekha) because they have no further training left to undertake.

Both the learners and the arahats have directly understood the essential import of the Buddha's teaching for themselves. The teaching has taken root in them, and to the extent that any work remains to be done they no longer depend on others to bring it to its consummation. By virtue of this inner mastery these individuals possess the qualifications needed to guide others towards the goal. Hence the ariyan Sangha, the community of noble persons, can function as a refuge.
« Last Edit: 09 July 2008, 05:13:39 PM by nyanadhana »
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: T i r a t a n a
« Reply #12 on: 09 July 2008, 04:35:48 PM »
4 pasang makhluk suci = 8 tipe
Sotapana magga dan phala, Sakadagami magga dan phala, Anagami magga dan phala, Arahat magga dan phala.

Apa artinya magga yaitu Sangha yang sedang menempuh didalam jalan itu sendiri. apa itu namanya Phala yaitu Sangha yang telah berbuah magganya.berhasil di jalan tersebut.

Jadi , baik Samutti dan Savaka Sangha merupakan ladang berkah penghormatan.

Jika kurang mengerti atau kurang menjawab silahkan tanya lagi.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: T i r a t a n a
« Reply #13 on: 09 July 2008, 05:06:10 PM »
setahu saya bhikkhu yg belum suci sama sekali tidak bisa dianggep sotapanna magga...
sotapanna magga sudah mencapai pencerahan / tingkat insight tertentu...
jadi dalam hal ini samutti sangha gak termasuk dalam 4 pasang mahluk suci yg disebut2 di sanghanussati...

gimana menurut anda? ataukah ada referensi tipitaka?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

 

anything