maksudnya dalam kasus kecelakaan yang saya tuliskan di atas...
apakah kecelakaan itu tidak bisa disebut kamma??
Tanam kamma atau buah kamma? Kalau buah kamma, ya. Kita bisa ketemu korban, nabrak korban, itu adalah juga buah kamma masa lampau, walaupun sekarang ini tidak kita niati (jadi bukan sedang tanam kamma).
kalau itu kan sudah ada pengaruh dosanya juga om...
engga mungkin donk kita bicara kasar kepada orang yang engga kita kenal??
Ya, ada dosa-nya, juga ada moha-nya yang mengkondisikan perasaan netral tersebut. Yang lebih ekstrem misalnya kita menghindari pembunuhan. Kadang orang khilaf (dikuasai dosa), maka membunuh orang disertai dengan gejolak macam-macam. Tapi kasus lain, misalnya seseorang punya pandangan salah (seperti melekat pada ritual sesat), maka dia bisa bunuh orang dengan perasaan biasa-biasa aja, beranggapan itu baik. Jadi pikirannya seimbang, perasaannya netral, tapi di situ jelas ada kamma tertanam.
saya buat perumpamaan lagi ya..
misalnya pada saat seseorang bermeditasi, suatu saat akan muncul dalam pikiran orang tersebut seperti "saya tenang, saya bahagia", ini kan melibatkan adanya si-Aku...
nah, moha jenis ini apakah ada kamma buruknya, atau hanya membuat orang tersebut menetap di samsara??
Jika seseorang meditasi dengan benar (bukan asal-asalan) kemudian dia berdiam di sana, menguatkan aku, maka itu adalah moha yang halus, tidak akan berakibat buruk apapun (secara langsung) dan hanya akan menjerat orang dalam samsara.
Namun namanya penguatan 'keakuan' ini juga tetap berpotensi 'bahaya', karena tetap akan melibatkan keinginan. Contoh umum seperti Devadatta yang juga melekat pada pencapaian meditasinya (yang memang bukan main-main), jatuh pada kesombongan. Kesombongan ini, ketika terusik (seperti ketika dicela oleh Buddha Gotama), maka timbul kebencian, dan seterusnya.