namun sebuah emosi dan ketidak mampuan dia mengontrol kata kata supaya tidak menyakiti orang lain kan tidak bisa juga dibilang melanggar sila. Jadi mengenai kasus ini bagaimana pendapat kk sekalian ?? apakah orang tersebut pasti mampu meraih konsetrasi yang kokoh dalam meditasinya ?
Dear Lucky...
Dalam hal melatih konsentrasi, seseorang yang mencapai tingkat konsentrasi yang cukp tinggi bisa saja batinnya masih bergejolak... Tapi biasanya hal tersebut dapat segera di netralisir sehingga kalaupun ada perkataan ataupun perbuatan yang sudah terlanjur diucap atau diperbuat, dapat segera di ralatnya (ataupun kalau seseorang yang bisa konsentrasi kuat mengeluarkan ucapan tertentu yang tidak dapat diterima pihak lain, bukan berarti ucapannya yang salah tapi juga ada argumen kuat dari orang tersebut)...
Seperti halnya kalau seseorang menerima sesuatu hal yang baru yang akan di'pakai'nya dikemudian hari sebagai 'ilmu hidup', tentunya perlu alasan-alasan yang sangat jelas baginya untuk dapat menerima hal baru tersebut...
Contoh-contoh yang jelas ada pada buku-buku pada jaman Sang Buddha...
Sebelum Dhamma Agung di temukan kembali oleh Sang Buddha, banyak sekali para pertapa mempunyai konsentrasi yang tahap pencapaiannya sudah luar biasa tinggi, namun tetap saja mereka tidak dapat dengan secara bijaksana mengungkapkan obat dari usia tua, sakit dan mati...
Dari situ, kita ambil kesimpulan bahwa, tingkat konsentrasi bukanlah satu-satunya jalan untuk mencapai pembebasan tanpa diimbangi kebijaksanaan untuk itu... (yang kemudian metode samatha bhavana yang dikenal saat itu, di sempurnakan menjadi vipassana bhavana oleh Sang Buddha)...
salam... Namo Buddhaya...
...