//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Jubah Para Bhikkhu/ni  (Read 14297 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline senghansen

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 5
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Jubah Para Bhikkhu/ni
« on: 16 November 2010, 08:38:20 PM »


Jubah para bhikkhu/ni berakar dari sejarah 25 abad yang silam, yakni ketika Buddha Gotama meminta Yang Mulia Ananda untuk mendesain sebuah jubah yang menggambarkan ladang sawah. Yang Mulia Ananda kemudian melipat-lipat jubah yang menggambarkan petak-petak sawah dan membuat lipatan yang lebih tipis yang menggambarkan jalan. Sejak saat itulah para bhikkhu/ni buddhis terutama tradisi Theravada menggunakan teknik lipatan ini pada jubah yang mereka pakai.

Jubah para bhikkhu/ni buddhis memiliki beragam corak dan warna, tergantung dari lokasi geografis dan cuaca setempat. Pada mulanya jubah para bhikkhu/ni di India jaman kehidupan Buddha berwarna saffron (warna oranye kekuning-kuningan) dan terbuat dari “kain murni”. Kain murni disini artinya adalah kain yang tidak dipakai lagi oleh orang lain seperti kain yang telah dibuang, kain sobek/bolong-bolong bekas gigitan tikus, kain bekas kelahiran bayi, kain bekas pembungkus mayat sebelum dikremasi, dll. Semua bagian yang tidak dapat dipakai kemudian dibuang,  dibersihkan, dicuci dan dikeringkan sebelum akhirnya diberi pewarna pakaian alami. Caranya jubah yang telah dicuci direbus ke dalam kuali bersama dengan bunga-bungaan, dedaunan, dan saffron yang memberikan warna oranye kekuningan tersebut (saffron – Crocus sativu - sendiri adalah sejenis tanaman yang bermanfaat sebagai bumbu dapur, pewarna alami, dan tanaman obat). Jubah berwarna saffron ini hingga kini masih digunakan oleh para bhikkhu/ni aliran Theravada yang berkembang di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Saat ini jubah para bhikkhu/ni sudah tentu tidak lagi diperoleh dari kain yang dibuang, tetapi dari para umat yang mendanakan jubah, terutama biasanya pada saat perayaan Kathina.

Jubah para bhikkhu/ni Theravada
Jubah para bhikkhu/ni tradisi Theravada dianggap tetap mempertahankan pola dan warna asli para bhikkhu/ni sejak jaman kehidupan Buddha Gotama. Terdapat 3 bagian utama jubah:

1.       Uttarasanga
Adalah bagian terpenting dan terluar dari jubah para bhikkhu. Biasa disebut juga jubah kashaya. Jubah ini berbentuk persegi panjang, berwarna saffron, panjang sekitar 6-9 kaki sehingga dapat digunakan untuk menutupi kedua bahu, tetapi sering kali hanya digunakan untuk menutupi bahu bagian kiri sedangkan bahu bagian kanan dan tangan kanan dibiarkan terbuka.
2.       Antaravasaka
Digunakan didalam Uttarasanga dan dipakai seperti sarung, dililitkan di pinggang dan menutupi hingga mata kaki.
3.       Sanghati
Merupakan jubah ekstra yang bisa digunakan untuk menutupi tubuh bagian atas apabila membutuhkan kehangatan saat cuaca dingin. Tetapi bila tidak dipakai biasanya dilipat kecil dan ditempatkan diatas bahu bagian kiri seperti selendang.

Jubah bagi para bhikkhuni sebenarnya sama seperti di atas, tetapi ditambah 2 bagian lain sehingga terdapat 5 bagian dari jubah seorang bhikkhuni. Para bhikkhuni mengenakan samkacchika (atasan) yang dipakai dibawah uttarasanga sehingga menutupi kedua bahu bhikkhuni. Para bhikkhuni juga dilengkapi dengan Udakasatika (pakaian mandi).

Mengapa sawah padi?

Ada banyak persepsi mengapa jubah para bhikkhu/ni menggambarkan petak-petak sawah padi. Salah satunya adalah karena sawah padi sering kali dianalogikan sebagai tempat menanam jasa. Para bhikkhu/ni adalah orang-orang yang memiliki niat dan ketulusan untuk menjalani kehidupan suci, oleh karenanya dalam tradisi buddhis mereka dianggap sebagai tempat menanam jasa kebajikan terbaik, sama halnya seperti sawah sebagai tempat menanam padi. Dalam tradisi Zen, jubah petak-petak ini menggambarkan pula “ladang tempat menanam kebajikan yang tidak berbentuk”. Bisa pula jubah ini dianggap sebagai sebuah mandala yang menggambarkan alam semesta.

Jubah para bhikkhu/ni di Asia bagian Utara

Seiring dengan perkembangan dan penyebaran agama Buddha ke Asia Utara dan Timur, jubah-jubah para bhikkhu/ni juga mengalami adaptasi menyesuaikan dengan budaya, lokasi geografis dan cuaca setempat. Agama Buddha masuk dan diterima oleh masyarakat Cina sejak abad pertama Masehi dan jubah India memperoleh tanggapan ganjil disini. Di India, menunjukkan sebelah bahu merupakan tanda rasa hormat, tidak demikian halnya di Cina. Selain budaya Cina yang menganggap lebih sopan menutup kedua bahu, juga karena cuacanya yang lebih dingin sehingga tidak cukup hanya mengenakan tiga lapis jubah saja.

Para biksu di Cina mulai mengenakan jubah terusan yang menutupi kedua bahu dan tangan. Mereka kemudian menggunakan kashaya yang menutupi seluruh jubah. Warna jubah juga mengalami adaptasi menjadi kuning cerah. Apalagi di Cina para biksu/ni lebih mandiri dibanding di Asia bagian Selatan. Hal ini membuat mereka merasa lebih nyaman menggunakan celana panjang seperti celana panjang modern saat ini. Mereka hanya menggunakan jubah dan kashaya pada saat meditasi dan upacara-upacara.

Praktek ini kemudian dibawa ke daratan Cina, Korea, Jepang, dan Tibet. Warna-warna jubah juga mengalami perubahan, tidak lagi sekedar saffron dan kuning, tetapi juga merah, putih, abu-abu, dan warna-warna polos seragam lainnya seperti coklat dan hitam di Jepang.

Di Tibet, mengingat lokasinya yang tinggi dan cuaca yang teramat dingin, para biksu/ni memiliki setidaknya 5 bagian jubah dan terkadang dilengkapi dengan topi, penutup kepala, dan jubah luar (cape). Warnanya pun mencolok seperti merah tua dan sekaligus menjadi identitas sekte/alirannya.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Jubah Para Bhikkhu/ni
« Reply #1 on: 16 November 2010, 08:48:32 PM »
kl tidak salah ada perbedaan panjang jubah antara thailand dan srilanka. Bisa terlihat dari rupam nya juga antara style thailand dan srilanka
There is no place like 127.0.0.1

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Jubah Para Bhikkhu/ni
« Reply #2 on: 16 November 2010, 10:33:03 PM »
Jubah para bhikkhu/ni Theravada
Jubah para bhikkhu/ni tradisi Theravada dianggap tetap mempertahankan pola dan warna asli para bhikkhu/ni sejak jaman kehidupan Buddha Gotama. Terdapat 3 bagian utama jubah:


para bhikkhu theravada dari Thailand dari aliran Dhammayut mengenakan jubah berwarna coklat, Thailand Mahanikaya berwarna kuning cerah, Srilanka berwarna oranye, Myanmar berwarna merah marun. warna apakah yg digunakan pada zaman Sang Buddha, yg dipertahankan keasliannya oleh para bhikkhu Theravada?

Offline choroqie

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 21
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Jubah Para Bhikkhu/ni
« Reply #3 on: 16 November 2010, 11:54:09 PM »
para bhikkhu theravada dari Thailand dari aliran Dhammayut mengenakan jubah berwarna coklat, Thailand Mahanikaya berwarna kuning cerah, Srilanka berwarna oranye, Myanmar berwarna merah marun. warna apakah yg digunakan pada zaman Sang Buddha, yg dipertahankan keasliannya oleh para bhikkhu Theravada?

cmiiw, dulu pernah denger/baca??(lupa darimana) warna yg asli(yg pertama kali digunakan) adalah coklat,sesuai dengan warna daun yg gugur,selaras dengan makna "pelepasan"

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Jubah Para Bhikkhu/ni
« Reply #4 on: 17 November 2010, 12:09:18 AM »
para bhikkhu theravada dari Thailand dari aliran Dhammayut mengenakan jubah berwarna coklat, Thailand Mahanikaya berwarna kuning cerah, Srilanka berwarna oranye, Myanmar berwarna merah marun. warna apakah yg digunakan pada zaman Sang Buddha, yg dipertahankan keasliannya oleh para bhikkhu Theravada?
mungkin ..... TS-nya gak bisa jawab
karna artikel ini di copas dari sini
http://shambhalaguardian.wordpress.com/2010/11/15/jubah-para-bhikkhuni/

Gw kemarin pengen copas juga tentang jubah ini .....
bro senghansen ..... duluan  ;D
kalo gak gw pasti yg ditanyain dulu sama om kumis  ^-^

Kenapa juga sesama aliran Theravada ..... berlainan warna jubah?
ada yg bisa ngasih "pencerahan"  ;)
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Jubah Para Bhikkhu/ni
« Reply #5 on: 17 November 2010, 01:03:49 AM »
para bhikkhu theravada dari Thailand dari aliran Dhammayut mengenakan jubah berwarna coklat, Thailand Mahanikaya berwarna kuning cerah, Srilanka berwarna oranye, Myanmar berwarna merah marun. warna apakah yg digunakan pada zaman Sang Buddha, yg dipertahankan keasliannya oleh para bhikkhu Theravada?

nama aslinya kasāva, ada warnanya.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline senghansen

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 5
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Jubah Para Bhikkhu/ni
« Reply #6 on: 17 November 2010, 04:22:51 AM »
 [at] all: senang dengan respon dari teman2. berikut saya mencoba menjawab pertanyaan ttg warna jubah bhikkhu
- Jubah para bhikkhu/ni tradisi Theravada dianggap tetap mempertahankan pola dan warna asli para bhikkhu/ni sejak jaman kehidupan Buddha Gotama.
Ini adalah anggapan karena kita tidak pernah tahu warna apa yang sesungguhnya dipakai oleh para bhikkhu/ni pada masa kehidupan Buddha Gotama. Lantas atas dasar apakah para ahli berani "menganggap" bahwa warna yang dipakai adalah sama dengan warna jubah bhikkhu Theravada saat ini (warna saffron):
1. warna saffron adalah warna yang diperoleh dari pewarna alami dari tanaman kasava/saffron. warna saffron sendiri adalah seperti warna jubah bhikkhu theravada yang ada di indonesia seperti yang dipakai bhante pannya, uttamo, joti, dll. tanaman ini merupakan tanaman yang tumbuh subur di Asia Selatan terutama di India dan sudah sejak dulu lazim digunakan sebagai pewarna pakaian, selain untuk pewarna makanan.
2. warna saffron sebenarnya adalah warna yang sudah lebih dulu ada sebelum masa pembabaran ajaran Buddha. Warna saffron merupakan warna api/agni yang menggambarkan Makhluk Adidaya dalam masyarakat india kuno. Pemujaan terhadap dewa api terdapat dalam Veda, bahkan hymne penting dalam Rig Veda melantunkan pujian terhadap api. oleh karena dianggap sebagai warna suci oleh masyarakat india saat itu, maka penggunaannya sebatas oleh orang-orang yang menjalani kehidupan suci. oleh karena itu sampai saat ini pendeta hindu dan para bhikkhu/ni buddhis (tradisi theravada) tetap menggunakan warna saffron sebagai tanda pelepasan kesenangan indriawi dan menjalani kehidupan suci

- pada awalnya, Buddha tidak pernah mempersoalkan jubah para bhikkhu/ni. tetapi dikisahkan ketika Raja Bimbisara hendak menghaturkan rasa hormatnya kepada para bhikkhu/ni buddhis, beliau kebingungan dalam hal membedakan mana pertapa biasa dan mana yang merupakan bhikkhu buddhis. akhirnya pada suatu hari raja meminta Buddha untuk membedakan jubah para muridNya. Saat itu mereka sedang berjalan di sawah padi di Magadha. Buddha kemudian meminta YM Ananda untuk mendesain jubah bagi murid2Nya sesuai dengan pola petak-petak sawah. jubah ini kemudian menjelma seperti jubah para bhikkhu theravada sekarang yang berpola petak-petak dan selanjutnya dikenal dengan nama kasaya (pakaian bhikkhu/ni). kasaya sendiri berasal dari kata kasava yakni bahan pewarna alami berwarna saffron. tetapi kita juga bisa menemukan kata civara (pakaian/jubah) yang lebih umum, terlepas dari warna apapun jubah itu. dalam kesempatan berdana sering kali kita menyebutkan berdana jubah (civara) dan bukan kasaya (jubah berwarna saffron). ini menunjukkan bahwa sebenarnya perbedaan warna jubah bukanlah sebuah masalah.

- makna dari warna saffron ada banyak. terlepas dari makna warna saffron dalam ajaran hindu yang berarti warna makhluk adidaya atau merupakan lambang dari warna api. dalam buddhis warna saffron dianggap sebagai warna netral atau warna bumi/tanah. warna ini juga melambangkan makna pelepasan dari kehidupan keduniawian. bahkan penggunaan warna ini juga dikarenakan warnanya yang mirip tanah/debu sehingga tidak terlalu kentara ketika para bhikkhu yang sedang mengembara dari satu tempat ke tempat lain (pada jaman dulu para bhikkhu/ni mengembara untuk menyebarkan ajaran buddha)

- memang benar bahkan dalam tradisi theravada sendiri pun memiliki beragam warna. mengapa bisa demikian? karena memang tidak ada ketentuan yang mengatur warna jubah para bhikkhu/ni. pada intinya warna jubah merupakan warna polos (tidak bercorak/bergambar) dan tetap memiliki pola petak2. aliran sarvatisvada memakai jubah berwarna hitam. aliran dharmaguptaka berwarna merah. aliran mahasanghika berwarna kuning cerah atau biru. aliran mahisasaka berwarna biru. aliran kasyapiya berwarna magnolia. belum lagi vajrayana yang berwarna merah marun, bhikkhu dari sri lanka yang berwarna oranye kuning cerah, bhikkhu dari korea yang abu-abu dll.

 [at] sumedho: sayang sekali saya tidak bisa memperoleh referensi mengenai perbedaan panjang jubah antara jubah bhikkhu Thailand dan Sri Lanka.

semoga menjawab, berikut saya ingin menutup dengan sebuah gatha atau syair yang biasa dilantunkan oleh seorang biksu Zen saat akan mengenakan jubahnya:
(terjemahannya kira2 begini) 
"Begitu mulia jubah kebebasan ini,
Sebuah ladang menanam jasa yang tiada tara,
Menutupi tubuh kita dengan ajaran Buddha,
Kita selamatkan semua makhluk."

--- Semoga kita semua diselimuti dengan hangat oleh jubah ini, semoga kita selalu berusaha menjalani kehidupan benar sesuai dengan dhamma... sadhu3x

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Jubah Para Bhikkhu/ni
« Reply #7 on: 17 November 2010, 05:31:13 AM »
para bhikkhu theravada dari Thailand dari aliran Dhammayut mengenakan jubah berwarna coklat, Thailand Mahanikaya berwarna kuning cerah, Srilanka berwarna oranye, Myanmar berwarna merah marun. warna apakah yg digunakan pada zaman Sang Buddha, yg dipertahankan keasliannya oleh para bhikkhu Theravada?

di thai, Mahanikay ada juga yang berwarna orange
tetapi saya pernah ketemu Bhikkhu Mahanikay pakai warna yang sama dengan Dhammayut


 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.