Halo teman2,Apa benar demikian? Bahkan di vinaya (Culavagga V.6.), bhikkhu diperbolehkan untuk membuat jimat sebagai perlindungan untuk dirinya sendiri (selama tidak digunakan untuk mendapatkan perolehan); DN 32. Atanatiyasutta juga digunakan untuk mengundang raja Yakkha untuk mengusir Yakkha jahat. Masa' sih tidak ada kepercayaan magis-magis begitu?
Menurut teman2 apa yg hrs kita lakukan sebagai seorang Theravada bila (amit2) kita diserang ilmu hitam?
Saya bertanya karena (menurut saya, mohon dikoreksi bila salah) :
1. Theravada TIDAK mempercayai bahwa doa seseorang mampu mengubah hidupnya/menyelesaikan masalahnya secara "ajaib".
2. Theravada TIDAK berkonsen pada unsur - unsur magis, seperti Jin/Dewa/Khodam, Suhu/Paranormal, Jimat/Hu dll
3. Dengan kata lain, aliran Theravada lebih berkonsen pada perkembangan batin umat melalui latihan meditasi dan Dhamma untuk kehidupan sehari - hari.Untuk yang ini sepertinya memang demikian. Walaupun magis-magis itu termasuk fenomena yang perlu dipahami, tapi bukan menjadi tujuan utama.
[...]
Apa benar demikian? Bahkan di vinaya (Culavagga V.6.), bhikkhu diperbolehkan untuk membuat jimat sebagai perlindungan untuk dirinya sendiri (selama tidak digunakan untuk mendapatkan perolehan); DN 32. Atanatiyasutta juga digunakan untuk mengundang raja Yakkha untuk mengusir Yakkha jahat. Masa' sih tidak ada kepercayaan magis-magis begitu?
Baru tahu kalo bhikkhu boleh buat jimat. Kalo buat jimat/amulet untuk diberikan ke umat (bukan dijual ke umat, tapi ngasih aja), itu diperbolehkan gak, om?Saya belum ketemu penjelasan boleh atau tidak. Mungkin tidak dilarang, tapi sepertinya juga potensi mendapatkan simpati umat dan juga akan mengesankan 'kesaktian'. IMO untuk hal-hal gini, baiknya kembali ke kebijaksanaan bhikkhu itu kali yah...
Apa benar demikian? Bahkan di vinaya (Culavagga V.6.), bhikkhu diperbolehkan untuk membuat jimat sebagai perlindungan untuk dirinya sendiri (selama tidak digunakan untuk mendapatkan perolehan); DN 32. Atanatiyasutta juga digunakan untuk mengundang raja Yakkha untuk mengusir Yakkha jahat. Masa' sih tidak ada kepercayaan magis-magis begitu?please note, ini dari vinaya theravāda, yg merupakan penjelasan dan implementasi dari patimokha sendiri. Jadi belum tentu berlaku di vinaya sekte lain seperti dharmaguptaka yg dipakai mahayana.
Untuk yang ini sepertinya memang demikian. Walaupun magis-magis itu termasuk fenomena yang perlu dipahami, tapi bukan menjadi tujuan utama.
please note, ini dari vinaya theravāda, yg merupakan penjelasan dan implementasi dari patimokha sendiri. Jadi belum tentu berlaku di vinaya sekte lain seperti dharmaguptaka yg dipakai mahayana.Ya, ini vinayanya Tradisi Theravada, untuk di yang lain belum tahu juga. Tapi di AN 4.67. Ahirajasutta juga disinggung perlindungan serupa. Karena AN juga termasuk karya awal, kemungkinan berlaku bagi sekte lainnya juga.
Saya belum ketemu penjelasan boleh atau tidak. Mungkin tidak dilarang, tapi sepertinya juga potensi mendapatkan simpati umat dan juga akan mengesankan 'kesaktian'. IMO untuk hal-hal gini, baiknya kembali ke kebijaksanaan bhikkhu itu kali yah...
please note, ini dari vinaya theravāda, yg merupakan penjelasan dan implementasi dari patimokha sendiri. Jadi belum tentu berlaku di vinaya sekte lain seperti dharmaguptaka yg dipakai mahayana.
Ya, ini vinayanya Tradisi Theravada, untuk di yang lain belum tahu juga. Tapi di AN 4.67. Ahirajasutta juga disinggung perlindungan serupa. Karena AN juga termasuk karya awal, kemungkinan berlaku bagi sekte lainnya juga.
PS: Tidak melayani pasien alergi Buddhisme Awal.
di AN 4.67 Ahirāja Sutta (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23851.msg435477.html#msg435477) itu tidak dibilang bikin jimat. di Cullavagga 5.6 memang boleh tah bikin jimat?
di AN 4.67 Ahirāja Sutta (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23851.msg435477.html#msg435477) itu tidak dibilang bikin jimat. di Cullavagga 5.6 memang boleh tah bikin jimat?Ya, sepertinya dari kasus di AN itu maka dikeluarkan aturan dan metode "mantra" empat raja naga itu untuk perlindungan bagi bhikkhu dan dicatat di vinaya.
Kayaknya Cullavagga V.6 hanya memperbolehkan "to let blood" (pengeluaran darah kotor?) untuk mengobati luka akibat gigitan ular (http://sacred-texts.com/bud/sbe20/sbe20021.htm). Catatan kaki dari penerjemahnya mengacu juga pada "the letting of blood" pada Mahavagga VI.14 untuk mengobati penyakit tertentu (http://sacred-texts.com/bud/sbe17/sbe17028.htm).Dari teks yang saya ambil dulu (tapi lupa di mana), Cv. V.6. isinya adalah:
Mungkin sumber om KK lebih jelas terjemahannya dibandingkan sumber saya....
Waduh... kenapa malah jadi bahas vinaya (aturan kebhikkhuan) ?Bukan mau membahas vinaya secara mendalam sih, tapi untuk menunjukkan bahwa Tradisi Theravada bukan tidak membahas hal-hal magis.
[...]
Dari teks yang saya ambil dulu (tapi lupa di mana), Cv. V.6. isinya adalah:
"I allow that these four royal families of snakes be suffused with an attitude of good will for the sake of self-guarding, for the sake of self-protection, for the sake of self-warding."
Vinaya, Khandaka bagian 10 juga ada membahas tentang ini.Also metta...
Mungkin lebih jelas bisa dilihat di sini (http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/vin/cv/cv.05.06.01x.olen.html).
gw nge-translate nya menjadiAku nangkepnya juga begitu..
"Gw persilahkan 4 ular2 ini di-suffused (kepret/percik/liputi) metta untuk tujuan jaga diri, [...]"
Also metta...
gw nge-translate nya menjadiYa, memang tidak secara spesifik dijelaskan perlindungan itu berupa jimat/mantra/paritta/tato, dll., tapi di sini ada semacam metode kewaskitaan yang melibatkan 'empat raja naga' (atau raja yakkha dalam kasus Atanatiya) untuk perlindungan. Jadi rasanya bukan tidak dibahas hal-hal beginian dalam Tradisi Theravada. Itu point yang saya maksud.
"Gw persilahkan 4 ular2 ini di-suffused (kepret/percik/liputi) metta untuk tujuan jaga diri, [...]"
Also metta...
From another english translation sources:
I allow you, O Bhikkhus, to make use of a safeguard for yourselves for your security and protection,
by letting your love flow out over the four royal breeds of serpents. And thus, O Bhikkhus, are you to do so
source: http://sacred-texts.com/bud/sbe20/sbe20021.htm (http://sacred-texts.com/bud/sbe20/sbe20021.htm)
also metta..
There is no jimat (or sejenisnya)
Aku nangkepnya juga begitu..Kalau ini hanya masalah metta semata (bukan magis), kenapa tidak cukup hanya memancarkan ke makhluk yang dimaksud saja, tapi mesti ke raja naga?
Baru tahu kalo bhikkhu boleh buat jimat. Kalo buat jimat/amulet untuk diberikan ke umat (bukan dijual ke umat, tapi ngasih aja), itu diperbolehkan gak, om?
Ya, memang tidak secara spesifik dijelaskan perlindungan itu berupa jimat/mantra/paritta/tato, dll., tapi di sini ada semacam metode kewaskitaan yang melibatkan 'empat raja naga' (atau raja yakkha dalam kasus Atanatiya) untuk perlindungan. Jadi rasanya bukan tidak dibahas hal-hal beginian dalam Tradisi Theravada. Itu point yang saya maksud.
Kalau ini hanya masalah metta semata (bukan magis), kenapa tidak cukup hanya memancarkan ke makhluk yang dimaksud saja, tapi mesti ke raja naga?
Terima kasih untuk respon dan masukannya.
Dengan asumsi bahwa orang tsb sudah pasti dibawah pengaruh ilmu hitam dan orang tsb tidak tahu siapa pelakunya, apa yang orang tsb harus lakukan?
Dari diskusi kita, saya berpendapat kita bisa :
1. Membaca Paritta
2. Meminta Hu/Jimat dari Paranormal/Bhikkhu (saya masih ragu akan hal ini)
Bila saya membayangkan saya berada di posisi orang tsb, saya akan menghadapi dilema : di satu sisi kita harusnya percaya pada karma dan Triratna, tetapi disisi lain tidak bisa dipungkiri ilmu hitam bisa berakibat fatal dan tidak bijaksana (menurut saya) bila orang tsb tidak mencari bantuan pihak lain.
Apa yang akan teman - teman lakukan bila Anda menjadi orang tsb?
_/\_
krn dalam kasus ini lagi ngomong ttg di gigit ular...Tidak juga sih. Di sutta disebutkan format bacaan yang menyebutkan '4 raja naga' ini berlaku untuk makhluk tak berkaki, berkaki dua, empat, dan berkaki banyak (alias semuanya). Saya pikir jika memang mau secara general, langsung aja ke "semua makhluk", dan kalau mau khusus, langsung ke makhluk yang dihadapi. Tapi dalam kasus ini malah melibatkan Virupakkha dkk. yang adalah ini adalah raja naga, penguasa alam catummaharajika bagian barat. Jadi balik lagi, saya pikir ini bukan hanya metta (seperti di karaniyamettasutta), tapi ada unsur magisnya berkenaan dengan kekuasaan makhluk alam lain. Itu saja sih sebetulnya.
jd mettanya di pacarkan spesifik ke bos2 nya ular...
klo ga spesifik..yah semoga semua mahluk berbahagia...
termasuk pegarahan "pikiran" atau metta...klo lebih spesifik...
sebetulnya,Kalau gitu, Buddhis sama donk seperti Nigantha yang mau menghabiskan karma buruk untuk mencapai pembebasan?
orang tsb paling tidak harus berterima kasih bahwa salah satu karma buruknya yg hebat sedang berbuah dan berkurang satu.
bukankah orang selalu menanti2 matang-nya buah karma,
whether it's good or bad, he/she should be thankful/grateful
sebetulnya,
orang tsb paling tidak harus berterima kasih bahwa salah satu karma buruknya yg hebat sedang berbuah dan berkurang satu.
bukankah orang selalu menanti2 matang-nya buah karma,
whether it's good or bad, he/she should be thankful/grateful
Tidak juga sih. Di sutta disebutkan format bacaan yang menyebutkan '4 raja naga' ini berlaku untuk makhluk tak berkaki, berkaki dua, empat, dan berkaki banyak (alias semuanya). Saya pikir jika memang mau secara general, langsung aja ke "semua makhluk", dan kalau mau khusus, langsung ke makhluk yang dihadapi. Tapi dalam kasus ini malah melibatkan Virupakkha dkk. yang adalah ini adalah raja naga, penguasa alam catummaharajika bagian barat. Jadi balik lagi, saya pikir ini bukan hanya metta (seperti di karaniyamettasutta), tapi ada unsur magisnya berkenaan dengan kekuasaan makhluk alam lain. Itu saja sih sebetulnya.Virupakkha dan virupakkhas ..tampaknya beda arti..
-------
Kalau gitu, Buddhis sama donk seperti Nigantha yang mau menghabiskan karma buruk untuk mencapai pembebasan?
sebetulnya,sebenarnya..aku ga pernah dpt sumber /catatan mengenai.. "cara org menghadapi suatu kesialan dgn berpikir bahwa telah berkurang 1 kamma buruk ku..." yg merupakan hal yg ajarkan Buddha atau di setujui Buddha
orang tsb paling tidak harus berterima kasih bahwa salah satu karma buruknya yg hebat sedang berbuah dan berkurang satu.
bukankah orang selalu menanti2 matang-nya buah karma,
whether it's good or bad, he/she should be thankful/grateful
Maaf, gak nahan mau OOT lagi, tentang pembuatan jimat, dari DN 1 Brahmajala Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_1:_Brahmaj%C4%81la_Sutta) dikatakan:Betul, tapi ini adalah tentang penghidupan yang tidak benar. Petapa Gotama (dan sanghanya) tidak melakukan semua hal itu demi mendapatkan persembahan, tapi bukan berarti tidak melakukannya sama sekali.
1.21. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brāhmaṇa memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, berpenghidupan dari keterampilan, penghidupan salah seperti membaca garis tangan,[28] meramal dari gambaran-gambaran, tanda-tanda, mimpi, tanda-tanda jasmani, gangguan tikus, pemujaan api, persembahan dari sesendok sekam, tepung beras, beras, ghee atau minyak, atau darah, dari mulut, membaca ujung jari, pengetahuan rumah dan kebun, ahli dalam jimat, pengetahuan setan, pengetahuan rumah tanah,[29] pengetahuan ular, pengetahuan racun, pengetahuan tikus, pengetahuan burung, pengetahuan gagak, meramalkan usia kehidupan seseorang, jimat melawan anak panah, pengetahuan tentang suara-suara binatang, Petapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.”’
Virupakkha dan virupakkhas ..tampaknya beda arti..Bisa dijelaskan bedanya bagaimana?
yah memang sistim Buddhist beberapa di ajarkan bertahap...ini salah satunya.. bbrp dimulai dgn memancarkan cinta kasih ke 4 arah utama..( di mulai dgn 1 arah... ) kemudian ke atas , kebawah, ke sekeliling dan kesegala penjuru, walau simplenya..bilang aja kesegala penjuru..Ya, betul. Tapi balik lagi, jika memang hanya metta, apa gunanya menyinggung 4 raja naga?
tp tentu itu juga tidak sendang mengajarkan jimat..hanya krn mengajarkan ke 1 arah dulu, sedangkan... bisa langsung ngomong kesegala penjuru...
Bisa dijelaskan bedanya bagaimana?dalam terjemahan bahasa indo:
Ya, betul. Tapi balik lagi, jika memang hanya metta, apa gunanya menyinggung 4 raja naga?
dalam terjemahan bahasa indo:Iya, tapi kenapa tidak langsung kepada makhluk bersangkutan saja? Ini seperti misalnya kita dizolimi bendahara RT, lalu kita mengarahkan pikiran, "Kupancarkan metta pada SBY dan kabinetnya" gitu.
kupancarkan metta kepada suku-suku ular Virupakkha
kupancarkan metta kepada suku-suku ular Erapatha
kupancarkan metta kepada suku-suku ular Chabyaputta
kupancarkan metta kepada suku-suku ular Kanhagotama
ini mungkin maksudnya memancarkan metta kepada jenis-jenis ular dibawah kekuasaan salah satu dari 4 raja naga tsb (bukan kepada dewanya)
Virupakkha = nama salah 1 raja di catumaharajikaCatummaharajika 'kan empat penjuru, di utara raja Yakkha, di timur raja Gandhabba, di selatan raja Kumbhanda, dan di barat raja Naga.
virupakkhas = nama salah 1 suku ular/naga
namanya mirip... ga masalah..blm tentu merujuk ke subject yg sama....
selain itu nama2 4 raja naga bisa di temukan dimana? soalnya yg aku temukan merujuk ke suku/family/kelas bukan nama rajanya...
lagian dari sumbernya mengatakan itu adalah jenis ular/naga
"by letting your love flow out over the four royal breeds of serpents. "
yah kebetulan salah satunya namanya sama dgn salah 1 raja dewa catumaharajika..ga berarti dewa itu adalah naga..., tp dia memang memimpin para naga...
Iya, tapi kenapa tidak langsung kepada makhluk bersangkutan saja? Ini seperti misalnya kita dizolimi bendahara RT, lalu kita mengarahkan pikiran, "Kupancarkan metta pada SBY dan kabinetnya" gitu.Kupancarkan metta ke arah timur
pertama pastikan dulu apa benar itu nama 4 raja ular..atau nama famili/kelas/suku ular...? jd mo menghormat cobra misalnya..silakan.. cobra bisa saja salah satu jenis dari 4 kelas/suku itu...
Iya, tapi kenapa tidak langsung kepada makhluk bersangkutan saja? Ini seperti misalnya kita dizolimi bendahara RT, lalu kita mengarahkan pikiran, "Kupancarkan metta pada SBY dan kabinetnya" gitu.
Dan sebetulnya saya tertarik dengan bagian awalnya:
"Pasti, para bhikkhu, bhikkhu itu tidak meliputi keempat keluarga kerajaan ular dengan pikiran cinta kasih. Karena jika ia melakukan demikian, maka ia tidak akan digigit ular dan tewas..."
Empat raja-raja ular ini adalah tradisi dan mitologi di India pada masa itu, jadi untuk yang tidak kenal tradisi itu jadinya bagaimana? Misalnya kalau di Mesir kuno, mereka menghormat ke Wadjet, berarti objek yang keliru donk? ;D Tapi ini Intermezzo saja.
Catummaharajika 'kan empat penjuru, di utara raja Yakkha, di timur raja Gandhabba, di selatan raja Kumbhanda, dan di barat raja Naga.
Kupancarkan metta ke arah timur
Kupancarkan metta ke arah tenggara
Kupancarkan metta ke arah selatan
Kupancarkan metta ke arah barat daya
Kupancarkan metta ke arah barat
Kupancarkan metta ke arah barat laut
Kupancarkan metta ke arah utara
Kupancarkan metta ke arah timur laut
Kupancarkan metta ke arah atas
Kupancarkan metta ke arah bawah
ini sama aja dengan memancarkan metta ke segala penjuru, cuma oleh Sang Buddha disebutkan satu2
sama halnya seperti:
Kupancarkan metta terhadap ular kobra
Kupancarkan metta terhadap ular boa
Kupancarkan metta terhadap ular piton
Kupancarkan metta terhadap ular sawah
Kupancarkan metta terhadap ular sanca
Kupancarkan metta terhadap ular laut
Kupancarkan metta terhadap ular kepala dua
Kupancarkan metta terhadap ular siput
Kupancarkan metta terhadap ular sendok
(dst, yang jumlahnya bisa jadi puluhan s/d ratusan)
suku2 ular dari Virupakkha sampai Kanhagotama itu mungkin maksudnya adalah mencakup semua jenis ularnya, kalau mau disebutin satu2 dari ular piton, boa, kobra, sawah, dst, yang ada kecapekan bacanya
pertama pastikan dulu apa benar itu nama 4 raja ular..atau nama famili/kelas/suku ular...? jd mo menghormat cobra misalnya..silakan.. cobra bisa saja salah satu jenis dari 4 kelas/suku itu...
malas sebutin 4 kelas.. yah 1 aja..ular.., malas sebutin ular..semua mahluk d..malas juga..tidur aja... tp terlepas dari kemalasan..itu teknik nya begitu..walau pada akhir syair..mengarah kepada semua mahluk.. dan untuk jimat? ga nyambung...
catumaharajika benar 4 penjuru..
aku ga bilang loh 4 raja catumaharajika adalah naga...
aku bilang salah 1 raja itu namanya sama dgn nama suku ular/naga..ga berarti dia harus Naga..
Halo teman2,
Menurut teman2 apa yg hrs kita lakukan sebagai seorang Theravada bila (amit2) kita diserang ilmu hitam?
Saya bertanya karena (menurut saya, mohon dikoreksi bila salah) :
1. Theravada TIDAK mempercayai bahwa doa seseorang mampu mengubah hidupnya/menyelesaikan masalahnya secara "ajaib".
2. Theravada TIDAK berkonsen pada unsur - unsur magis, seperti Jin/Dewa/Khodam, Suhu/Paranormal, Jimat/Hu dll
3. Dengan kata lain, aliran Theravada lebih berkonsen pada perkembangan batin umat melalui latihan meditasi dan Dhamma untuk kehidupan sehari - hari.
Contoh kasus :
Seorang Theravada diberitahu oleh temannya yang terpecaya, bahwa ia diguna2 dan berada dalam pengaruh ilmu hitam.
Apa yg harus orang ini lakukan menurut tradisi Theravada?
Bila ia seorang Mahayana/Tantrayana/Tridharma tentunya ia bisa ke Suhu/Paranormal, tapi bagaimana kalau ia berpegang murni pada Theravada?
Pertanyaan ini saya ajukan karena saya melihat adanya perbedaan yang cukup mencolok dalam hal ini (magis) pada aliran Theravada dan aliran2 lainnya.
Note : Mohon maaf bila saya ada salah kata, jujur saja saya adalah seorang Theravada, tidak ada niatan untuk menjelek2an aliran ini. Segala sesuatu yg saya tulis diatas hanya berupa pendapat saya.
2 post saya gabung saja karena sama-sama menganggap "empat keluarga kerajaan naga" tidak ada hubungannya sama sekali dengan deva di Catummaharajika, hanya menyinggung genus-genus ular saja, sedangkan saya berpandangan berbeda.
Dengan demikian, saya terpaksa tidak lanjutkan. Jadi sekian, saya pamit dulu.
Pertanyaannya... darimana bisa dipastikan kena "ilmu hitam" ?Bro apakah anda pernah melihat ada binatang hidup (sebangsa "otis" bhs jawa nya, oma kgk tau bhs indonesia nya, binatang yg berwarna hitam dan kulitnya sangat keras) berjalan2 didalam tubuh manusia ? pernahkah anda melihat bola pingpong berjalan2 didalam tubuh manusia...sebentar di perut...sebentar di dada...sebentar di tenggorokan (klo sedang ditenggorokan dia sampe melotot2 n kelojotan krn kgk bs nafas).... #medis tdk bisa menjelaskan penyakit ini tp sembuh hny dengan sentuhan tangan seseorang#
Bro apakah anda pernah melihat ada binatang hidup (sebangsa "otis" bhs jawa nya, oma kgk tau bhs indonesia nya, binatang yg berwarna hitam dan kulitnya sangat keras) berjalan2 didalam tubuh manusia ? pernahkah anda melihat bola pingpong berjalan2 didalam tubuh manusia...sebentar di perut...sebentar di dada...sebentar di tenggorokan (klo sedang ditenggorokan dia sampe melotot2 n kelojotan krn kgk bs nafas).... #medis tdk bisa menjelaskan penyakit ini tp sembuh hny dengan sentuhan tangan seseorang#
Bro apakah anda pernah melihat ada binatang hidup (sebangsa "otis" bhs jawa nya, oma kgk tau bhs indonesia nya, binatang yg berwarna hitam dan kulitnya sangat keras) berjalan2 didalam tubuh manusia ? pernahkah anda melihat bola pingpong berjalan2 didalam tubuh manusia...sebentar di perut...sebentar di dada...sebentar di tenggorokan (klo sedang ditenggorokan dia sampe melotot2 n kelojotan krn kgk bs nafas).... #medis tdk bisa menjelaskan penyakit ini tp sembuh hny dengan sentuhan tangan seseorang#kadang yang belum bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan, acap kali di-hubung-hubung-kan dengan kena ilmu hitam...
Jika permasalahan yang dimaksud dalam AN 4.67 Ahi Sutta hanya rajanya yang dipancarkan metta atau seluruh keluarga/sukunya maka penjelasannya ada dalam bahasa Palinya.Di sini bukan masalah hanya rajanya atau tidak. Di sini "kula" sudah berarti "keluarga/suku" yang berarti bukan satu pribadi. Perbedaan pendapat di sini adalah saya dari berbagai rujukan mengatakan keempat suku itu adalah naga di alam deva yang merupakan pelindung (lokapala), sedangkan ada pendapat lain bahwa itu hanyalah murni ular sebagai hewan semata. Karena pihak yang berbeda pendapat tidak memberikan referensi pendukung untuk saya pelajari, maka saya tidak lanjutkan.
Sace hi so bhikkhave bhikkhu cattāri ahirājakulāni mettena cittena phareyya, na hi so bhikkhave bhikkhu ahinā daṭṭho kālaṃ kareyya. Katamāni cattāri ahirājakulāni?
Pasti, para bhikkhu, bhikkhu itu tidak meliputi keempat keluarga kerajaan ular dengan pikiran cinta kasih. Karena jika ia melakukan demikian, maka ia tidak akan digigit ular dan tewas. Apa saja keempat suku/keluarga (Pali: kulā) raja ular tersebut?
Jika kita bisa terjemahkan secara harfiah nama-nama keluarga ular tersebut, mungkin kita bisa tahu jenis ular seperti apa, dan mengingat bahwa tidak menutup kemungkinan seseorang memberi nama pada sesuatu berdasarkan ciri atau sifat sesuatu tersebut. Misalnya kaṇhāgotamaka, maka artinya adalah hitam (kanha) yang beracun (gotamaka), jadi keluarga ular hitam beracun.
dan selama ini belum menemukan arti "Gotama" secara pasti. Dari beberapa sumber hanya mengatakan nama suku keturunan Okkaka, sedangkan ada juga yang menjelaskan sebagai "गो" (go/gau = kerbau) + "तम" (tama = terbaik). Thanks.
Gotama = Pawang KerbauOK, masukan baru lagi. Thanks buat infonya. :)
Go = Kerbau, Tama = Pawang
kebetulan dapat terjemahan dari seorangh Bhikkhu STI yang fasih di bahasa Pali :)
Apakah orang yang kena guna2 akan tau dirinya di guna2,kalau bisa tau sebelum kena buat pemusnahnya dulu aja
Pertanyaannya... darimana bisa dipastikan kena "ilmu hitam" ?
Di sini bukan masalah hanya rajanya atau tidak. Di sini "kula" sudah berarti "keluarga/suku" yang berarti bukan satu pribadi. Perbedaan pendapat di sini adalah saya dari berbagai rujukan mengatakan keempat suku itu adalah naga di alam deva yang merupakan pelindung (lokapala), sedangkan ada pendapat lain bahwa itu hanyalah murni ular sebagai hewan semata. Karena pihak yang berbeda pendapat tidak memberikan referensi pendukung untuk saya pelajari, maka saya tidak lanjutkan.
OOT dikit, mengenai "gotamaka" = "beracun", boleh dijelaskan detailnya? Sebab setahu saya "racun" adalah "visa" (asal kata "bisa"), dan selama ini belum menemukan arti "Gotama" secara pasti. Dari beberapa sumber hanya mengatakan nama suku keturunan Okkaka, sedangkan ada juga yang menjelaskan sebagai "गो" (go/gau = kerbau) + "तम" (tama = terbaik). Thanks.
IC.Sekali lagi, yang jadi perbedaan sebelumnya di sini adalah anggapan bahwa nama-nama itu hanya seperti klasifikasi dalam biologi saja, tidak ada hubungannya dengan sosok lokapala dari catummaharajika, yang mana tentu saja tidak bisa dilanjutkan diskusinya.
Menurut saya begini, Sdr. Kainyn. Ketika kita mengatakan keempat suku itu adalah naga di alam deva yang merupakan pelindung (lokapala), kita tahu kan bahwa arti dari naga itu adalah ular (jenis kobra)? Kita bisa cari di kamus Pali maupun Sanskerta. Dan jika kita pernah nonton film India berjudul “Nagin” (dari kata naga) juga bercerita mengenai wanita ular. Naga dalam kebudayaan India bukan makhluk seperti liong di budaya Tionghoa. Contoh , Mucalinda itu adalah ular kobra, dalam teks ia disebut naga dan ia memiliki tudung. Jadi naga itu adalah ular, dan sah-sah saja jika ada di alam dewa dan menjadi pelindung dan namanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tradisi India, ular memiliki peran yang cukup penting dan dijadikan dewa.
Kedua, seperti yang saya sampaikan bahwa kadang orang memberikan nama atau julukan pada sesuatu karena berdasarkan ciri atau sifat sesuatu itu. Contoh , Virupakkha (Pali) = Virupaksha (Sankserta) = mata yang berbeda / mata dengan bentuk yang tidak sesuai. Dalam agama Hindu, Virupaksha adalah salah satu julukan bagi Dewa Shiva karena ia memiliki 3 mata, satu matanya ada di kening dalam posisi vertikal.
Keluarga ular Virupakkha, kemungkinan jenis ular yang memiliki mata yang tidak seperti biasanya. Demikian seterusnya.
Mengingat bahasa Pali adalah sekeluarga dengan bahasa Sanskerta, saya memperluas artinya dalam pengertian bahasa Sanskerta-nya ”gautama”. Jadi kata gotama atau gautama bisa bermacam-macam artinya. Salah satunya berarti racun atau sejenis racun.Memang itu yang saya perlukan. Thanks buat infonya. :)
http://spokensanskrit.de/index.php?tinput=gautama&direction=SE&script=HK&link=yes&beginning=0 (http://spokensanskrit.de/index.php?tinput=gautama&direction=SE&script=HK&link=yes&beginning=0)
Hanya itu yang bisa saya sampaikan.
Bro apakah anda pernah melihat ada binatang hidup (sebangsa "otis" bhs jawa nya, oma kgk tau bhs indonesia nya, binatang yg berwarna hitam dan kulitnya sangat keras) berjalan2 didalam tubuh manusia ? pernahkah anda melihat bola pingpong berjalan2 didalam tubuh manusia...sebentar di perut...sebentar di dada...sebentar di tenggorokan (klo sedang ditenggorokan dia sampe melotot2 n kelojotan krn kgk bs nafas).... #medis tdk bisa menjelaskan penyakit ini tp sembuh hny dengan sentuhan tangan seseorang#
Sekali lagi, yang jadi perbedaan sebelumnya di sini adalah anggapan bahwa nama-nama itu hanya seperti klasifikasi dalam biologi saja, tidak ada hubungannya dengan sosok lokapala dari catummaharajika, yang mana tentu saja tidak bisa dilanjutkan diskusinya.
Jika dikatakan itu adalah seperti dalam legenda (baik India maupun China) yang melibatkan makhluk supranatural, saya sepaham. Dan memang tampaknya masuk akal logikanya jika kita mengarahkan metta pada mereka, maka lokapala dan para pengikutnya akan membalas sikap tanpa permusuhan itu dan melindungi kita dari binatang-binatang (yang mereka kuasai tersebut).
Memang itu yang saya perlukan. Thanks buat infonya. :)
Saya baru dapat info belum lama ini, dan setelah saya cek ternyata benar
Ada bagian dari Khanda Paritta yang paralel dengan Mahamayuri Vidyarajni Sutra , tentang 4 suku ular
Just info
Sepertinya sutra Mahayana ini juga cukup tua, bisa dilihat dari sosok yang disebutkan adalah yang muncul pada literatur awal, tidak termasuk sosok yang biasanya muncul dalam sutra mahayana belakangan.
Barusan juga mengintip sedikit Bhuridatta Jataka dan diceritakan tentang Virupakkha yang melayani Sakka di alam surga. Pengikut wanitanya juga diceritakan menghibur dengan permainan musik. Jadi makin menguatkan pandangan bahwa naga-naga yang dimaksud dalam Ahirajasutta adalah makhluk-makhluk gaib, bukan merujuk pada hewan ular biasa.
Thanks buat infonya yang bagus.
OOT, cukup menarik jika diingat salah satu Mahasavaka, Upasena Vangantaputta juga meninggal karena terpagut ular. Membuat saya bertanya-tanya apakah Arahant tidak senantiasa memancarkan metta, sekadar inkonsistensi cerita, atau ada teori lainnya.