Definisi khanika samadhi dari Mahasi Sayadaw agak berbeda dengan definisi "umum".
Khanika samadhi versi Mahasi Sayadaw = konsentrasi saat ke saat.
Khanika samadhi versi "umum" = konsentrasi sesaat.
Nah inilah yang sering menjadi persoalan perdebatan dan salah pengertian umum, sehingga banyak umum yang menganggap bahwa konsentrasi yang dicapai mereka yang bermeditasi tehnik Mahasi Sayadaw konsentrasinya tak berbeda dengan manusia umumnya, karena konsentrasinya hanya sesaat.
Padahal dari pengalaman sekian banyak orang yang berlatih meditasi tehnik Mahasi Sayadaw konsentrasinya sangat dalam.
Perlu diketahui apa arti konsentrasi itu dahulu.
Konsentrasi adalah kemampuan mempertahankan perhatian selalu tetap pada objek, tanpa berkelana. Objeknya bisa bergerak seperti fenomena timbul dan lenyapnya batin-jasmani (pada Vipassana) dan bisa juga diam, seperti cahaya (pada Samatha Bhavana).
Karena meditasi Vipassana objeknya pada objek yang timbul dan lenyap (misalnya kembung-kempis perut) maka ia berubah dari saat ke saat, tapi kedalaman konsentrasi Vipassana adalah: perhatiannya tidak bergerak sedikitpun dari objek kembung-kempis perut. Dua jam, tiga jam, ia hanya memperhatikan kembung-kempis perut, tak ada muncul pikiran, perhatian tak berkelana kemana-mana. Inilah yang disebut perhatian murni.
Inilah yang menjadi kondisi timbulnya pengetahuan Magga-Phala, nantinya perasaan mulai berhenti, diikuti persepsi indera juga ikut berhenti dstnya.... hingga berhentinya Avijja (sesuai paticca samuppada).
Kalo ane cocok dengan kalimat dari Ajahn Dune,
“No matter how much you think, you won’t know.
Only when you stop thinking will you know.
But still, you have to depend on thinking so as to know.”
Panna bukan hanya hasil dari mengalami tetapi juga perenungan.
Kalo mengalami tapi tidak mengerti yang dialami jadi sia2 juga
sebagaimana hanya merenung namun tidak mengalami.
Saya juga setuju dengan apa yang dikatakan Ajahn Dune, pikiran akan berhenti, tapi yang berhenti pikiran yang kasar, umpamanya pikiran mengenai pacar, mengenai rumah, pikiran mengenai ilusi, khayalan, persepsi,
pikiran mengenai konsep (berpikir mengenai anicca, dukkha dan anatta juga adalah pikiran mengenai konsep. Karena anicca dll nantinya akan diketahui melalui pengetahuan pengalaman langsung/
direct knowledge, bukan dengan berpikir). dll.
Lantas apakah yang dimaksud panna yang muncul, saya pernah bertanya kepada seorang Bhikkhu terkenal mengenai panna dalam Vipassana ini, dan ia memberi perumpamaan demikian:
"bagai seseorang yang berada di ruangan yang sangat gelap di malam hari, kemudian ia menghidupkan lampu penerangan yang ada di ruangan itu. Seketika ia mengetahui semua yang ada di ruangan itu. Ooh ini demikian.... oh itu begitu...."
Jadi ketika ia menghidupkan lampu, ia akan otomatis mengetahui semua hal yang ada di ruangan itu tanpa perlu berpikir. Jadi demikianlah proses timbulnya panna.... demikianlah proses timbulnya vijja.... demikianlah proses timbulnya nana.... Ia muncul tanpa perlu berpikir.
Lantas bagaimana kaitannya dengan pernyataan Ajahn Dune pada kalimat terakhir...?
"
But still, you have to depend on thinking so as to know."
"Tapi, anda harus tetap bergantung pada pikiran untuk mengetahui..."
Memang dalam
ultimate realities masih ada bentuk pikiran (citta) yang mengenali objek, tapi ini hanya sebatas mengenali/mengetahui bukan untuk memikirkan. Umpamanya kita melihat botol coca-cola di jalan kita tak perlu memikirkan "Apa itu ya...? Ooh itu botol coca-cola...." Tak perlu berpikir demikian, begitu melihat kita akan langsung mengenali itu botol coca-cola tanpa berpikir.
Walaupun mengenali coca-cola kita tak perlu berpikir, tapi batin yang mengenali coca cola itu dalam
ultimate sense juga merupakan pikiran, namun beda bila kita berusaha mengenali botol tersebut. Demikian juga dengan pikiran mengenai rumah, pacar dsbnya, itu adalah pikiran kasar ynag saya maksudkan..
Pikiran yang
hanya mengetahui umumnya disebut dengan istilah "
knowing mind" bukan "
thinking mind", pikiran kasar adalah "
thinking mind".
Jadi yang dimaksud Ajahn Dune sebenarnya adalah: "Mengetahui tanpa berpikir, tapi juga termasuk masih berpikir"
Masalah ini memang agak njelimet bila tanpa praktek. Tapi ringkasnya demikian:
ada kesadaran/perhatian yang mengetahui objek (knowing mind), selain itu ada juga bentuk-bentuk pikiran sebagai objek (thinking mind). dua hal ini terpisah.Dalam Vipassana bila ada "
thinking mind" muncul, maka "
knowing mind" harus memperhatikan, tetapi yang diperhatikan adalah prosesnya, bukan isi/detil dari
thinking mind tersebut.
Setelah segala macam bentuk-bentuk pikiran (termasuk komentar batin dan persepsi) berhenti, maka yang tinggal hanya kesadaran dan perhatian murni terhadap objek meditasi terus-menerus. Kesadaran dan perhatian inilah yang sering disebut perhatian murni atau juga ada yang mengistilahkan "
knowing mind".
Panna dalam Vipassana adalah pengertian yang timbul dalam keadaan batin hanya "
knowing mind".
Semoga membantu pengertian bro Hendrako.
Mettacittena,