//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Vipassana Jhana  (Read 25498 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Vipassana Jhana
« Reply #60 on: 15 April 2011, 09:20:20 PM »
Menurut yang saya ketahui perbedaannya Pa Auk Sayadaw beranggapan bahwa untuk mencapai Magga-Phala harus melihat timbul dan lenyapnya fenomena, melihat ultimate realities (paramattha Dhamma), yaitu rupa-kalapa.

Sedangkan metode direct Vipassana (Mahasi Sayadaw) juga beranggapan untuk mencapai Magga-Phala harus melihat paramatta Dhamma, tapi tak perlu harus sampai melihat rupa-kalapa, cukup melihat timbul dan tenggelamnya kecenderungan batin (sankhara). (tolong dikoreksi bila salah)

Intinya sama, yaitu melihat timbul dan tenggelamnya (anicca) dari paramattha dhamma.

Bila ada teman-teman yang beranggapan lain silahkan...

Mettacittena

 Selain rupa kalapa, juga kemelekatan di kehidupan lampau. Ttg paticcasamupada ini ada perbedaan pandangan. Ada yg berpendapat bhw paticcasamupada bisa jg dilihat hanya pada kehidupan ini bukan melibatkan 3 kehidupan. Bagaimana dgn hal ini ?
« Last Edit: 15 April 2011, 09:27:22 PM by rooney »

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Vipassana Jhana
« Reply #61 on: 15 April 2011, 09:21:06 PM »
OOT dikit ya..

btw om fabian romo atau mantan bikkhu atau sejenisnya ya?

saya rasa bahkan bikkhu pun bisa kalah teori pengetahuannya dr bro fabian..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Vipassana Jhana
« Reply #62 on: 15 April 2011, 09:40:15 PM »
Kayaknya aye pernah diskusi dengan leighb deh.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Vipassana Jhana
« Reply #63 on: 15 April 2011, 10:45:32 PM »
Menurut yang saya ketahui perbedaannya Pa Auk Sayadaw beranggapan bahwa untuk mencapai Magga-Phala harus melihat timbul dan lenyapnya fenomena, melihat ultimate realities (paramattha Dhamma), yaitu rupa-kalapa.

Sedangkan metode direct Vipassana (Mahasi Sayadaw) juga beranggapan untuk mencapai Magga-Phala harus melihat paramatta Dhamma, tapi tak perlu harus sampai melihat rupa-kalapa, cukup melihat timbul dan tenggelamnya kecenderungan batin (sankhara). (tolong dikoreksi bila salah)

Intinya sama, yaitu melihat timbul dan tenggelamnya (anicca) dari paramattha dhamma.

Bila ada teman-teman yang beranggapan lain silahkan...

Mettacittena,




Literatur yang pernah saya baca tentang tulisan Mahasi Sayadaw tergolong sedikit. Sepanjang yang sudah ane baca, penekanan direct Vipassana Mahasi Sayadaw menekankan pada pencapaian Sotapanna, sehingga segel maksimal 7 kali kehidupan tercapai yang secara otomatis sekaligus pencapaian Nibbana. Penekanan langsung masuk ke dalam vipassana (kalo ane tidak salah) dikarenakan ketidakpastian pencapaian jhana dalam latihan atau memerlukan waktu yang cukup lama bagi sebagian besar orang.  Jadi agar tidak berlama-lama "sibuk" dengan samatha dengan "jhana"nya, maka disarankan masuk langsung ke dalam vipassana. Sejauh ingatan saya dari literatur yg terbatas ane belum menemukan istilah rupa-kalapa dalam tulisan Mahasi Sayadaw. Perenungan terhadap timbul tenggelamnya fenomena (termasuk batin) menurut ane untuk meruntuhkan pandangan salah tentang diri (sakkaya-ditthi), salah satu syarat untuk masuk dalam kesucian tingkat awal, yaitu Sotapanna.

yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Vipassana Jhana
« Reply #64 on: 15 April 2011, 10:54:35 PM »
kalau buat saya sih pendidikan formil itu tidak relevan sih karena tidak berbanding lurus. tapi yah itu pendapat saya sendiri saja :)



Kek kisah Tuccha-pothila ya bro......

(Bab 5 di link dibawah)
http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/hidup-sesuai-dhamma.pdf

Dan Scholar monk dalam tulisan di bawah.
http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/meditasi/Damai%20Tak%20Tergoyahkan.pdf
yaa... gitu deh

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Vipassana Jhana
« Reply #65 on: 16 April 2011, 07:56:11 AM »
bukan itu sih maksudnya, tapi yah ada benarnya jg :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Vipassana Jhana
« Reply #66 on: 16 April 2011, 08:11:57 AM »
Sebenarnya bila dari Lineage Luangpu Mun Bhuridata  dimana beberapa muridnya yang terkenal seperti Ajahn Chah, Ajahn Kao Analayo, Luangta Mahaboowa , Ajahn Tet Desarangsi, Ajahn Lee Dhammadaro diantaranya memang pernah mengatakan tanpa absorbsi/ jhana memang bisa bervipasana dengan mengandalkan panna dan yang dimaksud disini adalah masuk ke upacara samadhi terlebih dahulu baru bervipasana tanpa melalui jhana jadi bukan melalui khanika samadhi. Oleh karena itu Mahasi sayadaw mengatakan bisa melalui khanika Samadhi karena kekuatannya setara dengan upacara samadhi(konsentrasi akses). Sehingga perlu dipahami bahwa vipasanna murni tidak melulu/selalu melalui khanika samadhi tetapi upacara samadhi jika tanpa jhana.  Jadi kalau bhikkhu hutan yang benar-benar mengikuti teknik dari Luangpu Mun Bhuridata tanpa jhana sudah pasti upacara samadhi bukan khanika samadhi kecuali ganti guru dan teknik.
Dan ketika masuk upacara samadhi sebenarnya banyak fenomena yang bisa muncul disana lebih jelas.

Jadi pernyataan Ajhan Chah bisa bervipasana tanpa masuk jhana bukan dari khanika samadhi tapi upacara samadhi.

Demikian Paauk sayadaw juga mengatakan bahwa di upacara samadhi bisa melakukan vipasana tanpa harus melalui jhana.

Persamaanya antara upacara samadhi dan khanika samadhi yaitu pada level tertentu khanika samadhi (level tertentu) bisa melihat jelas muncul lenyap fenomena sama seperti upacara samadhi.

Perbedaanya pada latihan upacara samadhi pada tahap awal yogi harus memasuki tahap upacara samadhi tersebut dan fenomena/nimitta yang muncul akan disadari saja sebagaimana adanya sebelum masuk upacara samadhi yogi hanya berpaku pada objek yang dipilih. Dan ia harus mahir dalam keluar masuk upacara samadhi. Sementara mereka yang melalui khanika samadhi , yogi langsung mengamati fenomena dengan objek jangkar sementara(bisa anapanasati /kembang kempis perut). Pada tahap awal yogi hanya bisa menyadari dengan bantuan mencatat tetapi semua fenomena yang muncul tidak jelas sekali sehingga persepsi disana bermain apabila ada pencatatan dalam batin. Jika fenomena menjadi semakin jelas dan pencatatan dalam batin tidak ada lagi hanya "sadar/tahu" saja itu fenomena muncul dan lenyap(jelas) maka perlahan persepsi mulai tidak ada lagi.

Mengenai jhana apakah harus ada nimitta atau tidak , jawabannya adalah jhana tidak harus muncul nimitta tetapi kejadian mereka yang memasuki jhana tanpa nimita sangat-sangat sedikit sekali. Oleh karena itu untuk memastikan itu jhana atau tidak adalah dengan menganalisa faktor2 jhana setelah keluar dari jhana di upacara samadhi dengan kekuatan atau gema jhana.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Vipassana Jhana
« Reply #67 on: 16 April 2011, 08:46:19 AM »
Sebenarnya bila dari Lineage Luangpu Mun Bhuridata  dimana beberapa muridnya yang terkenal seperti Ajahn Chah, Ajahn Kao Analayo, Luangta Mahaboowa , Ajahn Tet Desarangsi, Ajahn Lee Dhammadaro diantaranya memang pernah mengatakan tanpa absorbsi/ jhana memang bisa bervipasana dengan mengandalkan panna dan yang dimaksud disini adalah masuk ke upacara samadhi terlebih dahulu baru bervipasana tanpa melalui jhana jadi bukan melalui khanika samadhi. Oleh karena itu Mahasi sayadaw mengatakan bisa melalui khanika Samadhi karena kekuatannya setara dengan upacara samadhi(konsentrasi akses). Sehingga perlu dipahami bahwa vipasanna murni tidak melulu/selalu melalui khanika samadhi tetapi upacara samadhi jika tanpa jhana.  Jadi kalau bhikkhu hutan yang benar-benar mengikuti teknik dari Luangpu Mun Bhuridata tanpa jhana sudah pasti upacara samadhi bukan khanika samadhi kecuali ganti guru dan teknik.
Dan ketika masuk upacara samadhi sebenarnya banyak fenomena yang bisa muncul disana lebih jelas.

Jadi pernyataan Ajhan Chah bisa bervipasana tanpa masuk jhana bukan dari khanika samadhi tapi upacara samadhi.

Demikian Paauk sayadaw juga mengatakan bahwa di upacara samadhi bisa melakukan vipasana tanpa harus melalui jhana.

Persamaanya antara upacara samadhi dan khanika samadhi yaitu pada level tertentu khanika samadhi (level tertentu) bisa melihat jelas muncul lenyap fenomena sama seperti upacara samadhi.

Perbedaanya pada latihan upacara samadhi pada tahap awal yogi harus memasuki tahap upacara samadhi tersebut dan fenomena/nimitta yang muncul akan disadari saja sebagaimana adanya sebelum masuk upacara samadhi yogi hanya berpaku pada objek yang dipilih. Dan ia harus mahir dalam keluar masuk upacara samadhi. Sementara mereka yang melalui khanika samadhi , yogi langsung mengamati fenomena dengan objek jangkar sementara(bisa anapanasati /kembang kempis perut). Pada tahap awal yogi hanya bisa menyadari dengan bantuan mencatat tetapi semua fenomena yang muncul tidak jelas sekali sehingga persepsi disana bermain apabila ada pencatatan dalam batin. Jika fenomena menjadi semakin jelas dan pencatatan dalam batin tidak ada lagi hanya "sadar/tahu" saja itu fenomena muncul dan lenyap(jelas) maka perlahan persepsi mulai tidak ada lagi.

Mengenai jhana apakah harus ada nimitta atau tidak , jawabannya adalah jhana tidak harus muncul nimitta tetapi kejadian mereka yang memasuki jhana tanpa nimita sangat-sangat sedikit sekali. Oleh karena itu untuk memastikan itu jhana atau tidak adalah dengan menganalisa faktor2 jhana setelah keluar dari jhana di upacara samadhi dengan kekuatan atau gema jhana.


Definisi khanika samadhi dari Mahasi Sayadaw agak berbeda dengan definisi "umum".

Khanika samadhi versi Mahasi Sayadaw = konsentrasi saat ke saat.
Khanika samadhi versi "umum" = konsentrasi sesaat.
yaa... gitu deh

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Vipassana Jhana
« Reply #68 on: 16 April 2011, 09:07:04 AM »
Literatur yang pernah saya baca tentang tulisan Mahasi Sayadaw tergolong sedikit. Sepanjang yang sudah ane baca, penekanan direct Vipassana Mahasi Sayadaw menekankan pada pencapaian Sotapanna, sehingga segel maksimal 7 kali kehidupan tercapai yang secara otomatis sekaligus pencapaian Nibbana. Penekanan langsung masuk ke dalam vipassana (kalo ane tidak salah) dikarenakan ketidakpastian pencapaian jhana dalam latihan atau memerlukan waktu yang cukup lama bagi sebagian besar orang.  Jadi agar tidak berlama-lama "sibuk" dengan samatha dengan "jhana"nya, maka disarankan masuk langsung ke dalam vipassana. Sejauh ingatan saya dari literatur yg terbatas ane belum menemukan istilah rupa-kalapa dalam tulisan Mahasi Sayadaw. Perenungan terhadap timbul tenggelamnya fenomena (termasuk batin) menurut ane untuk meruntuhkan pandangan salah tentang diri (sakkaya-ditthi), salah satu syarat untuk masuk dalam kesucian tingkat awal, yaitu Sotapanna.


Bro Hendrako yang baik, benar memang Mahasi Sayadaw tak pernah menyinggung rupa-kalapa, tapi hanya sebatas empat unsur utama (empat mahabhuta). Mengenai pendapat "melihat paramattha dhamma tak perlu sampai rupa kalapa", itu menurut saya, tapi boleh dicocokkan dengan guru meditasi direct Vipassana, saya rasa mereka juga sependapat dengan saya.

Saya ingin menambahkan sedikit pendapat mengenai istilah perenungan. Perenungan berarti berpikir, sedangkan meditasi entah Samatha atau Vipassana kita tak seharusnya berpikir, oleh karena itu saya sering menggunakan istilah perhatian, bukan perenungan. Anicca adalah fenomena yang seharusnya diperhatikan, bukan direnungkan, oleh karena itu saya sering juga menggunakan istilah "mengalami".

Kek kisah Tuccha-pothila ya bro......

(Bab 5 di link dibawah)
http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/hidup-sesuai-dhamma.pdf

Dan Scholar monk dalam tulisan di bawah.
http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/meditasi/Damai%20Tak%20Tergoyahkan.pdf

Memang sebaiknya kedua-duanya bro... Seseorang yang memiliki pengalaman meditasi tanpa pengetahuan teori seringkali "kurang lancar" dalam menerangkan Dhamma, demikian juga teori saja tanpa praktek seperti "Bhikkhu kitab kosong"

Itulah sebabnya di jaman dahulu, bila seseorang menjadi Bhikkhu usia muda ia akan mempelajari Dhamma, setelah cukup pengetahuan Dhamma lalu mulai berlatih "Bhavana", dengan demikian pengetahuannya menjadi lengkap "teori maupun praktek".

Mettacittena,
« Last Edit: 16 April 2011, 09:15:29 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Vipassana Jhana
« Reply #69 on: 16 April 2011, 09:18:08 AM »
Bro Hendrako yang baik, benar memang Mahasi Sayadaw tak pernah menyinggung rupa-kalapa, tapi hanya sebatas empat unsur utama (empat mahabhuta). Mengenai pendapat "melihat paramattha dhamma tak perlu sampai rupa kalapa", itu menurut saya, tapi boleh dicocokkan dengan guru meditasi direct Vipassana, saya rasa mereka juga sependapat dengan saya.

Saya ingin menambahkan sedikit pendapat mengenai istilah perenungan. Perenungan berarti berpikir, sedangkan meditasi entah Samatha atau Vipassana kita tak seharusnya berpikir, oleh karena itu saya sering menggunakan istilah perhatian, bukan perenungan. Anicca adalah fenomena yang seharusnya diperhatikan, bukan direnungkan, oleh karena itu saya sering juga menggunakan istilah "mengalami".

Mettacittena,

Kalo ane cocok dengan kalimat dari Ajahn Dune,

“No matter how much you think, you won’t know.
Only when you stop thinking will you know.
But still, you have to depend on thinking so as to know.”


Panna bukan hanya hasil dari mengalami tetapi juga perenungan.
Kalo mengalami tapi tidak mengerti yang dialami jadi sia2 juga
sebagaimana hanya merenung namun tidak mengalami.

yaa... gitu deh

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Vipassana Jhana
« Reply #70 on: 16 April 2011, 10:41:47 AM »
Definisi khanika samadhi dari Mahasi Sayadaw agak berbeda dengan definisi "umum".

Khanika samadhi versi Mahasi Sayadaw = konsentrasi saat ke saat.
Khanika samadhi versi "umum" = konsentrasi sesaat.

Nah inilah yang sering menjadi persoalan perdebatan dan salah pengertian umum, sehingga banyak umum yang menganggap bahwa konsentrasi yang dicapai mereka yang bermeditasi tehnik Mahasi Sayadaw konsentrasinya tak berbeda dengan manusia umumnya, karena konsentrasinya hanya sesaat.

Padahal dari pengalaman sekian banyak orang yang berlatih meditasi tehnik Mahasi Sayadaw konsentrasinya sangat dalam.

Perlu diketahui apa arti konsentrasi itu dahulu. Konsentrasi adalah kemampuan mempertahankan perhatian selalu tetap pada objek, tanpa berkelana. Objeknya bisa bergerak seperti fenomena timbul dan lenyapnya batin-jasmani (pada Vipassana) dan bisa juga diam, seperti cahaya (pada Samatha Bhavana).

Karena meditasi Vipassana objeknya pada objek yang timbul dan lenyap (misalnya kembung-kempis perut) maka ia berubah dari saat ke saat, tapi kedalaman konsentrasi Vipassana adalah: perhatiannya tidak bergerak sedikitpun dari objek kembung-kempis perut. Dua jam, tiga jam, ia hanya memperhatikan kembung-kempis perut, tak ada muncul pikiran, perhatian tak berkelana kemana-mana. Inilah yang disebut perhatian murni.

Inilah yang menjadi kondisi timbulnya pengetahuan Magga-Phala, nantinya perasaan mulai berhenti, diikuti persepsi indera juga ikut berhenti dstnya.... hingga berhentinya Avijja (sesuai paticca samuppada).

Kalo ane cocok dengan kalimat dari Ajahn Dune,

“No matter how much you think, you won’t know.
Only when you stop thinking will you know.
But still, you have to depend on thinking so as to know.”


Panna bukan hanya hasil dari mengalami tetapi juga perenungan.
Kalo mengalami tapi tidak mengerti yang dialami jadi sia2 juga
sebagaimana hanya merenung namun tidak mengalami.

Saya juga setuju dengan apa yang dikatakan Ajahn Dune, pikiran akan berhenti, tapi yang berhenti pikiran yang kasar, umpamanya pikiran mengenai pacar, mengenai rumah,  pikiran mengenai ilusi, khayalan, persepsi,pikiran mengenai konsep (berpikir mengenai anicca, dukkha dan anatta juga adalah pikiran mengenai konsep. Karena anicca dll nantinya akan diketahui melalui pengetahuan pengalaman langsung/ direct knowledge, bukan dengan berpikir). dll.

Lantas apakah yang dimaksud panna yang muncul, saya pernah bertanya kepada seorang Bhikkhu terkenal mengenai panna dalam Vipassana ini, dan ia memberi perumpamaan demikian:

"bagai seseorang yang berada di ruangan yang sangat gelap di malam hari, kemudian ia menghidupkan lampu penerangan yang ada di ruangan itu. Seketika ia mengetahui semua yang ada di ruangan itu. Ooh ini demikian.... oh itu  begitu...."

Jadi ketika ia menghidupkan lampu, ia akan otomatis mengetahui semua hal yang ada di ruangan itu tanpa perlu berpikir. Jadi demikianlah proses timbulnya panna.... demikianlah proses timbulnya vijja.... demikianlah proses timbulnya nana.... Ia muncul tanpa perlu berpikir.

Lantas bagaimana kaitannya dengan pernyataan Ajahn Dune pada kalimat terakhir...?

"But still, you have to depend on thinking so as to know."
"Tapi, anda harus tetap bergantung pada pikiran untuk mengetahui..."

Memang dalam ultimate realities masih ada bentuk pikiran (citta) yang mengenali objek, tapi ini hanya sebatas mengenali/mengetahui bukan untuk memikirkan. Umpamanya kita melihat botol coca-cola di jalan kita tak perlu memikirkan "Apa itu ya...? Ooh itu botol coca-cola...." Tak perlu berpikir demikian, begitu melihat kita akan langsung mengenali itu botol coca-cola tanpa berpikir.

Walaupun mengenali coca-cola kita tak perlu berpikir, tapi batin yang mengenali coca cola itu dalam ultimate sense juga merupakan pikiran, namun beda bila kita berusaha mengenali botol tersebut. Demikian juga dengan pikiran mengenai rumah, pacar dsbnya, itu adalah pikiran kasar ynag saya maksudkan..
Pikiran yang hanya mengetahui umumnya disebut dengan istilah "knowing mind" bukan "thinking mind", pikiran kasar adalah "thinking mind".

Jadi yang dimaksud Ajahn Dune sebenarnya adalah: "Mengetahui tanpa berpikir, tapi juga termasuk masih berpikir"

Masalah ini memang agak njelimet bila tanpa praktek. Tapi ringkasnya demikian: ada kesadaran/perhatian yang mengetahui objek (knowing mind), selain itu ada juga bentuk-bentuk pikiran sebagai objek (thinking mind). dua hal ini terpisah.
Dalam Vipassana bila ada "thinking mind" muncul, maka "knowing mind" harus memperhatikan, tetapi yang diperhatikan adalah prosesnya, bukan isi/detil dari thinking mind tersebut.

Setelah segala macam bentuk-bentuk pikiran (termasuk komentar batin dan persepsi) berhenti, maka yang tinggal hanya kesadaran dan perhatian murni terhadap objek meditasi terus-menerus. Kesadaran dan perhatian inilah yang sering disebut perhatian murni atau juga ada yang mengistilahkan "knowing mind".

Panna dalam Vipassana adalah pengertian yang timbul dalam keadaan batin hanya "knowing mind".

Semoga membantu pengertian bro Hendrako.

Mettacittena,
« Last Edit: 16 April 2011, 10:57:09 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Vipassana Jhana
« Reply #71 on: 16 April 2011, 10:50:04 AM »
Kayaknya aye pernah diskusi dengan leighb deh.

Share dong bro.... Please.....  :)
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Vipassana Jhana
« Reply #72 on: 18 April 2011, 12:04:46 AM »
[at] samanera

Kalau menurut Abhidhamma Arahat yang menggunakan vipasana murni disebut Sukkhavipassako ( Arahat yang tidak mempunyai Jhana/Abhinna, hanya melaksanakan Vipassana-Bhavana saja.) .

Sesuai kalimat sam  arahat diatas memiliki jhana walaupun dewa sulit untuk mengetahui apa objeknya. Dan menurut abhidhamma arahat tsb adalah yang memiliki jhana

Maka jika itu vipasana jhana bukankah itu kontradikisi antara sutta tersebut dan abhidhamma. Atau memang di sutta tersebut hanya menyebutkan arahat yang memasuki jhana tapi tidak disebut vipasana jhana? bagaimana menurut Samanera?

Metta  _/\_




Di sutta-sutta, tidak disebutkan mengenai vipassana jhana. Pernyataan yang saya tulis hanya merupakan spekulasi saya jika memang ada yang namanya vipassana jhana. Di Sutta yang saya rujuk (meski lupa nama dan tempat suttanya) juga tidak menyebutkan istilah vipassana jhana. Yang ada adalah seorang arahat mencapai jhana. Namun menurut hemat saya, meskipun samatha dan vipassana harus dipisahkan karena yang pertama berkaitan dengan konsentrasi sedangkan kedua dengan kebijaksanaan, keduanya bisa dikembangkan secara bersamaan (lihat Yuganaddhasutta) dan bagi seorang arahat yang telah terbebas dari kemelekatan terhadap semua fenomena, bukan tidak mungkin bahwa ia mencapai konsentrasi (samādhi jhana) tanpa harus berkonsentrasi pada satu obyek saja seperti layaknya jhana pada umumnya melainkan mencapai jhana sementara batin melihat muncul dan lenyapnya fenomena. Kita bisa membuat perbandingan dengan pengalaman khaṇikasamādhi yang juga bisa dialami bahkan oleh seorang puthujjana. Dalam hal ini, seorang puthujjana yang melalui praktik vipassana bisa detached dengan fenomena yang muncul dan lenyap dalm beberapa taraf saja bisa mencapai khaṇikasamādhi di mana batinnya terkonsentrasi pada fenomena-fenomena yang muncul dan lenyap, apalagi seorang arahat yang batinnya telah sepenuhnya detached dari semua fenomena. Ini memungkinkan seorang arahat untuk mencapai konsentrasi (lebih tinggi dari khaṇikasamādhi / gampangnya jhana) meski tidak menggunakan obyek yang terpaku. Mungkin pernyataan di bawah ini yang saya ambil dari Saññāsutta, Anguttaranikāya, bisa dijadikan perenungan:

Ananda bertanya kepada Sang Buddha: "Venerable sir, is it possible such attainment of concentration (samādhi) for a monk, in which he would not attend to the eye, nor to a form, nor to the ear, not to a sound, nor to the nose, nor to a smell, nor to the tongue, nor to a flavour, nor to the body, nor to a tangible, nor to earth, nor to water, not to fire, nor to air, nor to the sphere of infinity or space, nor to the sphere of infinity of consciouness, nor to the sphere of nothingness, nor to the sphere of neither perception nor non perception, nor to this world, nor to a world beyond. And whatever is seen, heard, sensed, cognized, attained, sought after and traversed by the mind, even to that he does not attend. But, nevertheless, he DOES attend".

The Buddha replies, " Ananda, it is possible such attainment of concentration (samādhi) for a monk, in which he would not attend to the eye, nor to a form, nor to the ear, not to a sound, nor to the nose, nor to a smell, nor to the tongue, nor to a flavour, nor to the body, nor to a tangible, nor to earth, nor to water, not to fire, nor to air, nor to the sphere of infinity or space, nor to the sphere of infinity of consciouness, nor to the sphere of nothingness, nor to the sphere of neither perception nor non perception, nor to this world, nor to a world beyond. And whatever is seen, heard, sensed, cognized, attained, sought after and traversed by the mind, even to that he does not attend. But, nevertheless, he DOES attend".

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Vipassana Jhana
« Reply #73 on: 18 April 2011, 12:09:44 AM »
 [at] Fabian: Sulit untuk bertemu dengan Bhikkhu Ariyadhamma karena tempatnya sangat jauh dari tempat kami. Tetapi dari informasi yang saya dapat sebelumnya dari seorang guru meditasi, memang dalam jhana pikiran beku.

Offline MAHA SAMPANNO

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Vipassana Jhana
« Reply #74 on: 20 June 2011, 09:47:13 PM »
Menurut U Pandita Sayadaw dan Mahasi Sayadaw ada dua macam Jhana, yaitu Samatha Jhana dan Vipassana Jhana, ini copasannya, maaf saya belum bisa terjemahkan sebab saya harus pergi malam ini mungkin Sabtu baru kembali.

Vipassanā Jhāna

On the other hand, vipassanā jhāna allows the mind to move freely from object to object, staying focused on the characteristics of impermanence, suffering and absence of self that are common to all objects. Vipassanā jhāna also includes the mind which can be focused and fixed upon the bliss of nibbāna. Rather than the tranquility and absorption which are the goal of samatha jhāna practitioners, the most important results of vipassanā jhāna are insight and wisdom.

Vipassanā jhāna is the focusing of the mind on paramattha dhammas. Usually these are spoken of as “ultimate realities,” but actually they are just the things we can experience directly through the six sense doors without conceptualization. Most of them are saṅkhāra paramattha dhamma, or conditioned ultimate realities; mental and physical phenomena which are changing all the time. Nibbāna is also a paramattha dhamma, but of course it is not conditioned


http://homepage.ntlworld.com/pesala/Pandita/html/jhanas.html

Bagaimana menurut pendapat teman-teman...?

Mettacittena,
oM-om nanyaa emang dalam kehidupan sekarang ini juga kita mampu-kah mencapai Jhana 1sampai jhana 3 ?
kata Bhante ''tentu saja bisa'' ............Om fabian Bhikkhu ariyadhamma dah ada jhana ya ? hehe boleh tuh saya belajar hehe.