//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Peacemind

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 65
61
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 18 April 2011, 10:55:32 PM »

i found it from Seevali Piritha, it was in Sinhalese letters, then i re-wrote in roman.
there were so many difficult Pali words which i couldn't find from Pali dictionary.
my expectation anyone would like to help me.

mettacittena,
 


Mungkin bisa dikutip langsung satu syair dan perhatikan pula panjang pendeknya...

62
Diskusi Umum / Re: Mengapa Asin Jinarakkhita Memelihata Jenggot?
« on: 18 April 2011, 07:54:27 PM »
Mungkin karena pengaruh muslim yang tidak memperbolehkan jenggot dipotong?

63
Diskusi Umum / Re: [ask] Siapakah gadis tercatik dalam tripitaka?
« on: 18 April 2011, 06:23:43 PM »
Visakhā  dikenal sebagai wanita paling cantik pada jaman Sang Buddha karena ia memiliki lima kecantikan (pañcakalyāni). Bahkan ketika ia sudah berumur 120 tahun, ia masih tampak cantik tidak bedanya ketika ia berumur 17 tahun.

64
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 18 April 2011, 12:18:29 AM »
Saya sendiri tidak tahu apa arti nājaliti ti jālitāṃ. Harus dipulangkan ke penanya nih...

65
Meditasi / Re: Vipassana Jhana
« on: 18 April 2011, 12:09:44 AM »
 [at] Fabian: Sulit untuk bertemu dengan Bhikkhu Ariyadhamma karena tempatnya sangat jauh dari tempat kami. Tetapi dari informasi yang saya dapat sebelumnya dari seorang guru meditasi, memang dalam jhana pikiran beku.

66
Meditasi / Re: Vipassana Jhana
« on: 18 April 2011, 12:04:46 AM »
[at] samanera

Kalau menurut Abhidhamma Arahat yang menggunakan vipasana murni disebut Sukkhavipassako ( Arahat yang tidak mempunyai Jhana/Abhinna, hanya melaksanakan Vipassana-Bhavana saja.) .

Sesuai kalimat sam  arahat diatas memiliki jhana walaupun dewa sulit untuk mengetahui apa objeknya. Dan menurut abhidhamma arahat tsb adalah yang memiliki jhana

Maka jika itu vipasana jhana bukankah itu kontradikisi antara sutta tersebut dan abhidhamma. Atau memang di sutta tersebut hanya menyebutkan arahat yang memasuki jhana tapi tidak disebut vipasana jhana? bagaimana menurut Samanera?

Metta  _/\_




Di sutta-sutta, tidak disebutkan mengenai vipassana jhana. Pernyataan yang saya tulis hanya merupakan spekulasi saya jika memang ada yang namanya vipassana jhana. Di Sutta yang saya rujuk (meski lupa nama dan tempat suttanya) juga tidak menyebutkan istilah vipassana jhana. Yang ada adalah seorang arahat mencapai jhana. Namun menurut hemat saya, meskipun samatha dan vipassana harus dipisahkan karena yang pertama berkaitan dengan konsentrasi sedangkan kedua dengan kebijaksanaan, keduanya bisa dikembangkan secara bersamaan (lihat Yuganaddhasutta) dan bagi seorang arahat yang telah terbebas dari kemelekatan terhadap semua fenomena, bukan tidak mungkin bahwa ia mencapai konsentrasi (samādhi jhana) tanpa harus berkonsentrasi pada satu obyek saja seperti layaknya jhana pada umumnya melainkan mencapai jhana sementara batin melihat muncul dan lenyapnya fenomena. Kita bisa membuat perbandingan dengan pengalaman khaṇikasamādhi yang juga bisa dialami bahkan oleh seorang puthujjana. Dalam hal ini, seorang puthujjana yang melalui praktik vipassana bisa detached dengan fenomena yang muncul dan lenyap dalm beberapa taraf saja bisa mencapai khaṇikasamādhi di mana batinnya terkonsentrasi pada fenomena-fenomena yang muncul dan lenyap, apalagi seorang arahat yang batinnya telah sepenuhnya detached dari semua fenomena. Ini memungkinkan seorang arahat untuk mencapai konsentrasi (lebih tinggi dari khaṇikasamādhi / gampangnya jhana) meski tidak menggunakan obyek yang terpaku. Mungkin pernyataan di bawah ini yang saya ambil dari Saññāsutta, Anguttaranikāya, bisa dijadikan perenungan:

Ananda bertanya kepada Sang Buddha: "Venerable sir, is it possible such attainment of concentration (samādhi) for a monk, in which he would not attend to the eye, nor to a form, nor to the ear, not to a sound, nor to the nose, nor to a smell, nor to the tongue, nor to a flavour, nor to the body, nor to a tangible, nor to earth, nor to water, not to fire, nor to air, nor to the sphere of infinity or space, nor to the sphere of infinity of consciouness, nor to the sphere of nothingness, nor to the sphere of neither perception nor non perception, nor to this world, nor to a world beyond. And whatever is seen, heard, sensed, cognized, attained, sought after and traversed by the mind, even to that he does not attend. But, nevertheless, he DOES attend".

The Buddha replies, " Ananda, it is possible such attainment of concentration (samādhi) for a monk, in which he would not attend to the eye, nor to a form, nor to the ear, not to a sound, nor to the nose, nor to a smell, nor to the tongue, nor to a flavour, nor to the body, nor to a tangible, nor to earth, nor to water, not to fire, nor to air, nor to the sphere of infinity or space, nor to the sphere of infinity of consciouness, nor to the sphere of nothingness, nor to the sphere of neither perception nor non perception, nor to this world, nor to a world beyond. And whatever is seen, heard, sensed, cognized, attained, sought after and traversed by the mind, even to that he does not attend. But, nevertheless, he DOES attend".

67
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 16 April 2011, 06:32:31 PM »
cuma ketemu harāpeti = membawa pergi
ngk ketemu harāpesi  ::)
ko medho kasih clue nya dong

next, sara ?

Harāpeti = He / she causes to bring.
Harāpesi = You cause to bring / Anda (tunggal) menyebabkan (seseorang / sesuatu) untuk membawa.

Sara = suara, huruf hidup, panah, danau.

sīhanāda?

68
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 16 April 2011, 06:18:57 PM »
Oaaaaaaaaaaalaaaaaaahhhhhhhhhhh kok belum selesai nih. Sabar, sabar, sabar... orang sabar disayang Tuhan.. ;D Dan maafkan kami para samanera juga yang kelihatan serius dalam menanggapi an usuled sayembara. Padahal, saya pribadi (saya yakin juga dengan Sam Dhammasiri) dalam hatiku tidak serius dengan uang yang dihadiahkan. Bagaimanapun juga, saya selalu ingat dengan nasehat Buddha terhdp Piṇḍola Bhāradvāja yang mengikuti sayembara untuk mendapatkan mangkok cendana. Padahal yang disayembarakan hanya mangkok, itupun sudah dicela oleh Buddha. Lha.. ini.. uang... apalagi yang menjadi topik sayembara adalah Dhamma. hehehe.... ;D ;D

69
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 14 April 2011, 02:26:14 PM »
bukannya Luñcati = mencabut sam? ato bisa tuker2an sama memetik?

hatthena itu bukan kata dasar yak?

yap..luñcati lebih mengarah ke 'mencabut'. Saya cek di Pali. Kebanyakan kata ini digunakan didahului kata kese (rambut) - kese luñcati - dia mencabut rambutnya. Saya is confused dengan kata ocināti - pluck out / memetik.

Hatthena bukan merupakan kata dasar. Kata dasarnya hattha yang berarti 'tangan'. Dengan dibumbui akhiran 'ena' yang mana menjadi 'hatthena', kata ini berarti 'dengan tangan / melalui tangan'. Saya pikir akan bagus jika kata-kata dalam game ini ada kesinambungan, seperti Lotus - pull out - by hand --- dst..

Bhuñjanto

70
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 14 April 2011, 10:31:38 AM »

=)) =)) =)) =)) =))

sapa yang kena.. ? hayoo ngaku~~~ ampe semua jurus di keluarkan~  :))

ah... hitung-hitung.. asah otak.. ada bagusnya juga.. ;D

71
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 14 April 2011, 10:21:29 AM »
Mungkin mengadakan sayembara lain... saya jadi pesertanya saja.. hehe..

72
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 14 April 2011, 10:17:39 AM »
Hatthena

73
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 14 April 2011, 10:14:32 AM »
salah, harusnya lotus :P teratai bukan lotus hehehehe

ambuja = dari air/lotus/ikan

lu~ncati

Bukannya lotus itu teratai kan?

Luñcati: memetik.

74
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 14 April 2011, 10:12:18 AM »
Karena nampaknya postingan teman-teman nampaknya sudah melenceng dari tujuan awal, bahkan pernyataan-pernyataan mulai tak terkendali dan cenderung menjurus pada ad hominem dan ada juga yang disebabkan personal vendetta yang saya kira tak perlu saya ladeni. Maka saya perlu mengulangi spirit dari sayembara yang saaya ingin agar diadakan ini:

Pada postingan terdahulu saya telah himbau teman-teman untuk membaca  awal thread, nampaknya tak ada satupun teman-teman yang getol posting disini yang berusaha membaca kembali dengan seksama, padahal saya sudah himbau. Oleh karena itu saya copas kembali:

Teman-teman sekalian, saya ada usul bagaimana bila DC mengadakan sayembara yang terbuka untuk umum, terbuka untuk seluruh masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia.

Isi sayembaranya adalah sebagai berikut: ........................................................ 
..............................................
Saya bersedia menyumbang Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) bagi mereka yang berhasil menemukan pernyataan yang membenarkan hal itu dalam Tipitaka.

Postingan diatas dibuat karena saya mengharapkan DC untuk menjawab usul saya ini.... Bahkan menambah hadiah.....

Dan saya sudah katakan sebelumnya: Belakangan saya menyadari mengapa postingan-postingan teman-teman ini melenceng dari tujuan awal.

Diatas jelas saya katakan bahwa saya tidak mengatakan sayembara untuk warga DC... Saya mengusulkan sayembara untuk umum.... Dan  mengusulkan kepada DC......

Saya menanggapi karena saya mengira teman-teman tidak terlalu serius.... Ternyata disebabkan salah menginterpretasikan kemudian menjadi sangat serius...

Mettacittena,


Ah.. benar juga ya... Jadi hanya usul doang nih.. 

75
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 14 April 2011, 10:08:40 AM »
Betul, namun samanera jangan melupakan esensi 'menangkap belut'.  Kalau straight to the point, membahas hanya yang penting dan relevan dengan topik, tidak melebar, namanya 'menangkap trenggiling', tidak licin karena bersisik, dan tidak berlari cepat atau melompat-lompat. Kalau kita memang sedang main trenggiling dari kemarin saya sudah dapat 6 juta, atau minimal 3 juta (bagi dua dengan Samanera untuk kasus 'keluarkan batu yang tertelan'). 


Spoiler: ShowHide
Sebetulnya saya tahu bro fab mencari penganiayaan makhluk yang dibenarkan oleh Buddha, tapi karena tidak jelas term & condition, maka jadi kacau. Sudah kepalang basah jadi begini, saya pikir lebih baik kita nikmati saja gurauan di sini sambil kita bongkar2 Tipitaka & tambah wawasan juga.




Setuju.. hehehe... ;D

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 65