(3) Ucapan Agung SāriputtaYang Mulia Sāriputta mendatangi Sang Bhagavā, memberi hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau: “Yang Mulia, aku memiliki keyakinan pada Sang Bhagavā bahwa aku percaya belum pernah ada, juga tidak akan ada, juga tidak ada pada saat ini petapa atau brahmana manapun yang memiliki pengetahuan melebihi Sang Bhagavā sehubungan dengan pencerahan.” [58]
“Sungguh tinggi raunganmu ini, Sāriputta, engkau telah mengaumkan auman singa yang tegas. Apakah engkau sekarang, Sāriputta, dengan pikiranmu melingkupi pikiran seluruh Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, yang muncul di masa lampau dan mengetahui bahwa: ‘Para Mulia itu memiliki disiplin moral demikian, memiliki kualitas demikian, atau memiliki kebijaksanaan demikian, atau memiliki kediaman meditatif demikian, atau memiliki kebebasan demikian’?” [59]
“Tidak, Yang Mulia.”
“Kalau begitu, Sāriputta, Apakah engkau, dengan pikiranmu melingkupi pikiran seluruh Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, yang muncul di masa depan dan mengetahui bahwa: ‘Para Mulia itu memiliki disiplin moral demikian, memiliki kualitas demikian, atau memiliki kebijaksanaan demikian, atau memiliki kediaman meditatif demikian, atau memiliki kebebasan demikian’?”
“Tidak, Yang Mulia.”
“Kalau begitu, Sāriputta, Apakah engkau, dengan pikiranmu melingkupi pikiranKu – Aku sebagai Arahant masa sekarang, Yang Tercerahkan Sempurna - dan mengetahui bahwa: ‘Sang Bhagavā itu memiliki disiplin moral demikian, memiliki kualitas demikian, atau memiliki kebijaksanaan demikian, atau memiliki kediaman demikian, atau memiliki kebebasan demikian’?”
“Tidak, Yang Mulia.”
“Sāriputta, jika engkau tidak memiliki pengetahuan yang melingkupi pikiran para Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna di masa lampau, di masa depan, dan di masa sekarang, mengapakah engkau mengucapkan ucapan yang tinggi ini dan mengaumkan auman singa yang tegas ini: ‘Yang Mulia, aku memiliki keyakinan pada Sang Bhagavā bahwa aku percaya belum pernah ada juga tidak akan ada juga tidak ada pada saat ini petapa atau brahmana manapun yang memiliki pengetahuan melebihi Sang Bhagavā sehubungan dengan pencerahan’?”
“Aku tidak memiliki, Yang Mulia, pengetahuan yang melingkupi pikiran para Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna di masa lampau, di masa depan, dan di masa sekarang, tetapi aku memahami hal ini dengan menarik kesimpulan dari Dhamma. Misalkan, Yang Mulia, seorang raja memiliki kota perbatasan dengan benteng, dinding, lengkungan, dan gerbang tunggal. Penjaga gerbang di sana bijaksana, kompeten, dan cerdas; seorang yang menjauhkan orang asing dan memperbolehkan kenalan. Sewaktu ia berjalan di sepanjang jalan yang mengelilingi kota itu ia tidak melihat celah atau pintu di tembok yang bahkan cukup besar bagi seekor kucing untuk menyelinap masuk. Ia berpikir: ‘Makhluk besar apapun yang masuk atau keluar kota ini, semuanya masuk dan keluar melalui gerbang satu-satunya ini.’
“Demikian pula, Yang Mulia, aku telah memahami ini dengan menarik kesimpulan dari Dhamma: para Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna yang manapun di masa lampau, semua Para Mulia itu telah pertama-tama meninggalkan lima rintangan, kekotoran batin yang melemahkan kebijaksanaan; dan kemudian, dengan pikiran mereka yang kokoh pada empat penegakan perhatian, dengan benar mengembangkan tujuh faktor pencerahan; dan dengan demikian mereka telah tercerahkan hingga pada pencerahan sempurna yang tanpa bandingnya. Dan, Yang Mulia, para Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna yang manapun di masa depan, semua Para Mulia itu telah pertama-tama meninggalkan lima rintangan, kekotoran batin dan yang melemahkan kebijaksanaan; dan kemudian, dengan pikiran mereka yang kokoh pada empat penegakan perhatian, dengan benar mengembangkan tujuh faktor pencerahan; dan dengan demikian mereka telah tercerahkan hingga pada pencerahan sempurna yang tanpa bandingnya. Dan, Yang Mulia, Sang Bhagavā, yang adalah Arahant pada masa sekarang, Yang Tercerahkan Sempurna, pertama-tama meninggalkan lima rintangan, kekotoran batin dan yang melemahkan kebijaksanaan; dan kemudian, dengan pikiranNya yang kokoh pada empat penegakan perhatian, dengan benar mengembangkan tujuh faktor pencerahan; dan dengan demikian Beliau telah tercerahkan hingga pada pencerahan sempurna yang tanpa bandingnya.”
“Bagus, bagus, Sāriputta! Oleh karena itu, Sāriputta, engkau harus sering-sering mengulangi penjelasan Dhamma ini kepada para bhikkhu dan bhikkhunī, kepada para umat awam laki-laki dan perempuan. Walaupun beberapa orang dungu mungkin bingung atau memiliki keragu-raguan sehubungan dengan Sang Tathāgata, ketika mereka mendengar penjelasan Dhamma ini, maka kebingungan atau keraguan mereka akan ditinggalkan.”
(SN 47:22; V 159-61)
(4) Kekuatan-kekuatan dan Landasan-landasan bagi Keyakinan-Diri9. “Sāriputta, Sang Tathāgata memiliki sepuluh kekuatan ini, yang dengan memilikinya Beliau diakui sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan auman singa dalam kelompok-kelompok, dan memutar Roda Brahmā. [60] Apakah sepuluh ini?
10. (1) “Di sini, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya yang mungkin sebagai yang mungkin dan yang tidak mungkin sebagai yang tidak mungkin. [61] Dan itu adalah kekuatan seorang Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya, Beliau diakui sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan auman singa dalam kelompok-kelompok, dan memutar Roda Brahmā.
11. (2) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami dengan benar akibat-akibat dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan, di masa lalu, di masa depan, dan di masa sekarang, melalui kemungkinan dan penyebabnya. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata … [62]
12. (3) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami dengan benar Jalan yang mengarah menuju segala tujuan. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata … [63]
13. (4) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya dunia dengan banyak unsur yang berbeda-beda. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata …
14. (5) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami dengan benar bagaimana makhluk-makhluk memiliki kecenderungan yang berbeda-beda. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata … [64]
15. (6) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami dengan benar kecenderungan dari indria makhluk-makhluk lain, orang-orang lain. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata … [65]
16. (7) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami dengan benar kekotoran, pemurnian, dan keluarnya sehubungan dengan jhāna-jhāna, pembebasan-pembebasan, konsentrasi-konsentrasi, dan pencapaian-pencapaian. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata … [66]
17. (
“Kemudian, Sang Tathāgata mengingat banyak kehidupan lampaunya beserta aspek dan ciri-cirinya. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata …
18. (9) “Kemudian, Dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, Sang Tathāgata melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin, dan Beliau memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata …
19. (10) “Kemudian, dengan menembusnya bagi diriNya sendiri dengan pengetahuan langsung, Sang Tathāgata di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam pembebasan pikiran, pembebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya, Beliau diakui sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan auman singa dalam kelompok-kelompok, dan memutar Roda Brahmā.
20. “Sang Tathāgata memiliki sepuluh kekuatan ini, yang dengan memilikinya, Beliau diakui sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan auman singa dalam kelompok-kelompok, dan memutar Roda Brahmā …
22. “Sāriputta, Sang Tathāgata memiliki empat jenis keyakinan-diri ini, [67] yang dengan memilikinya, Beliau diakui sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan auman singa dalam kelompok-kelompok, dan memutar Roda Brahmā. Apakah empat ini?
23. “Di sini, Aku tidak melihat dasar yang dengannya petapa atau brahmana atau dewa atau Māra atau Brahmā atau siapapun juga di dunia ini mampu, sesuai dengan Dhamma, menuduhKu sebagai berikut: ‘Walaupun Engkau mengaku telah mencapai Pencerahan Sempurna, namun Engkau tidak tercerahkan sempurna sehubungan dengan hal-hal tertentu.’ Dan melihat tidak ada dasar untuk itu, Aku berdiam dengan aman, tanpa ketakutan, dan dengan keyakinan-diri.
24. “Aku tidak melihat dasar yang dengannya petapa … atau siapapun juga dapat menuduhKu sebagai berikut: ‘Walaupun Engkau mengaku sebagai seorang yang telah menghancurkan noda-noda, namun noda-noda ini belum Engkau hancurkan.’ Dan melihat tidak ada dasar untuk itu, Aku berdiam dengan aman, tanpa ketakutan, dan dengan keyakinan-diri.
25. “Aku tidak melihat dasar yang dengannya petapa … atau siapapun juga dapat menuduhKu sebagai berikut: ‘Hal-hal yang Engkau sebut sebagai rintangan tidak mampu menghalangi seseorang yang menikmatinya.’ Dan melihat tidak ada dasar untuk itu, Aku berdiam dengan aman, tanpa ketakutan, dan dengan keyakinan-diri.
26. “Aku tidak melihat dasar yang dengannya petapa … atau siapapun juga dapat menuduhKu sebagai berikut: ‘Ketika Engkau mengajarkan Dhamma kepada seseorang, Dhamma itu tidak menuntunnya pada kehancuran total penderitaan jika ia mempraktikkannya.’ Dan melihat tidak ada dasar untuk itu, Aku berdiam dengan aman, tanpa ketakutan, dan dengan keyakinan-diri.
27. “Seorang Tathāgata memiliki empat jenis keyakinan-diri ini, yang dengan memilikinya, Beliau diakui sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan auman singa dalam kelompok-kelompok, dan memutar Roda Brahmā.”
(dari MN 12: Mahāsihanāda Sutta; I 70-72)
(5) Manifestasi Cahaya Agung“Para bhikkhu, selama matahari dan rembulan belum muncul di dunia, maka selama itu tidak ada manifestasi cahaya dan sinar, tetapi kegelapan yang membutakan menyelimuti, kegelapan pekat; selama itu pula siang dan malam tidak diketahui, bulan dan dwi-mingguan tidak diketahui, musim dan tahun tidak diketahui. Tetapi, para bhikkhu, ketika matahari dan rembulan muncul di dunia, maka ada manifestasi cahaya dan sinar; maka tidak ada kegelapan yang membutakan, tidak ada kegelapan pekat; maka siang dan malam diketahui, bulan dan dwi-mingguan diketahui, musim dan tahun diketahui.
“Demikian pula, para bhikkhu, selama Sang Tathāgata belum muncul di dunia, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna, maka selama itu tidak ada manifestasi cahaya dan sinar, tetapi kegelapan yang membutakan menyelimuti, kegelapan pekat; selama itu pula tidak ada penjelasan, pengajaran, pernyataan, penegakan, pengungkapan, analisa, atau penguraian tentang Empat Kebenaran Mulia. Tetapi, para bhikkhu, ketika Sang Tathāgata muncul di dunia, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna, maka ada manifestasi cahaya dan sinar; maka tidak ada kegelapan yang membutakan, tidak ada kegelapan pekat; maka ada penjelasan, pengajaran, pernyataan, penegakan, pengungkapan, analisa, atau penguraian tentang Empat Kebenaran Mulia.”
(SN 56:38; V 442-43)
(6) Orang Yang Menginginkan Kebaikan Kita25. “Misalkan, para bhikkhu, bahwa di dalam sebuah hutan terdapat rawa-rawa yang luas di dekat sekumpulan rusa yang menetap di sana. Kemudian seseorang datang menginginkan kehancuran, bahaya, dan belenggu bagi rusa-rusa itu, dan ia menutup jalan yang baik dan aman yang mengarah menuju kebahagiaan rusa-rusa itu, dan ia membuka jalan palsu, dan ia meletakkan umpan dan memasang benda-benda tiruan sehingga kumpulan rusa itu akan mengalami bencana, malapetaka, dan kehancuran. Tetapi seorang lainnya datang menginginkan kebaikan, kesejahteraan, dan perlindungan bagi rusa-rusa itu, dan ia membuka kembali jalan yang baik dan aman yang mengarah menuju kebahagiaan rusa-rusa itu, dan ia menutup jalan palsu, dan ia membuang umpan dan menghancurkan benda-benda tiruan, sehingga kumpulan rusa itu dapat berkembang, bertambah dan berlimpah.
26. “Para bhikkhu, Aku memberikan perumpamaan ini untuk menyampaikan maknanya. Maknanya adalah sebagai berikut: ‘Rawa-rawa yang luas’ adalah sebutan bagi kenikmatan indria. ‘Sekumpulan rusa’ adalah sebutan bagi makhluk-makhluk. ‘Seseorang yang datang menginginkan kehancuran, bahaya, dan belenggu’ adalah sebutan bagi Māra si Jahat. ‘Jalan Palsu’ adalah sebutan bagi jalan salah berunsur delapan, yaitu: pandangan salah, kehendak salah, ucapan salah, perbuatan salah, penghidupan salah, usaha salah, perhatian salah, dan konsentrasi salah. ‘Umpan’ adalah sebutan bagi kenikmatan dan nafsu. ‘Benda-benda tiruan’ adalah sebutan bagi ketidak-tahuan. ‘Seorang lainnya yang datang menginginkan kebaikan, kesejahteraan, dan perlindungan’ adalah sebutan bagi Sang Tathāgata, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna. ‘Jalan yang baik dan aman yang mengarah menuju kebahagiaan rusa-rusa itu’ adalah sebutan bagi Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu: pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.
“Demikianlah, para bhikkhu, jalan yang baik dan aman yang mengarah menuju kebahagiaan telah dibuka kembali olehKu, jalan salah telah ditutup, umpan telah dibuang, benda-benda tiruan telah dihancurkan.”
(dari MN 19: Dvedhāvitakka Sutta; I 117-18)
(7) Singa “Para bhikkhu, di malam hari sang singa, raja binatang buas, keluar dari sarangnya. Kemudian ia meregangkan badannya, mengamati empat penjuru, dan mengaumkan auman singanya tiga kali. Kemudian ia pergi berburu.
“Ketika sang singa, raja binatang buas, mengaum, binatang apapun yang mendengarkan suara itu, sebagian besar dari mereka merasa ketakutan, merasakan desakan, dan teror. Mereka yang hidup di lubang-lubang memasuki lubang-lubangnya; mereka yang hidup di air memasuki air; mereka yang hidup di hutan memasuki hutan; dan burung-burung terbang ke angkasa. Bahkan gajah-gajah kerajaan, yang terikat oleh tali yang kuat di desa-desa dan kota-kota, memberontak dan mematahkan belenggu mereka; karena ketakutan mereka sampai mengeluarkan kotoran dan berlari kesana-kemari. Begitu berkuasanya, para bhikkhu, sang singa itu, sang raja binatang buas, di antara para binatang, begitu agung dan perkasa.
“Demikian pula, para bhikkhu, ketika Sang Tathāgata muncul di dunia ini, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, sempurna dalam pengetahuan dan perilaku sejati, sempurna menempuh sang jalan, pengenal seluruh alam, penuntun makhluk yang layak dijinakkan yang tanpa bandingnya, guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā, Beliau mengajarkan Dhamma sebagai berikut: ‘Demikianlah bentuk, demikianlah asal-mulanya, demikianlah lenyapnya; demikianlah perasaan … demikianlah persepsi … demikianlah bentukan-bentukan kehendak … demikianlah kesadaran, demikianlah asal-mulanya, demikianlah lenyapnya.’
“Kemudian, para bhikkhu, ketika para deva itu yang berumur panjang, indah, memiliki kebahagiaan berlimpah, menetap dalam waktu yang lama di dalam istana-istana megah, mendengarkan Ajaran Dhamma Sang Tathāgata, sebagian besar [68]mereka merasa ketakutan, merasakan desakan, dan teror, [dengan mengatakan]: ‘Sepertinya, Tuan, kita adalah tidak kekal, walaupun kita pikir diri kita adalah kekal; sepertinya, tuan, kita adalah tidak stabil, walaupun kita pikir diri kita adalah stabil; sepertinya, Tuan, kita tidak-abadi, walaupun kita pikir diri kita abadi. Sepertinya, Tuan, kita adalah tidak-kekal, tidak-stabil, tidak-abadi, termasuk di dalam identitas.’ [69] Begitu berkuasanya, para bhikkhu, Tathāgata itu dunia ini bersama dengan para devanya, begitu agung dan perkasa.”
(SN 22:78; III 84-85)
( Mengapa Beliau disebut Tathāgata?“Dunia ini, para bhikkhu, telah disadari sepenuhnya oleh Sang Tathāgata; Sang Tathāgata terlepas dari dunia ini. Asal mulia dunia telah disadari sepenuhnya oleh Sang Tathāgata; Sang Tathāgata telah meninggalkan asal-mula dunia. Lenyapnya dunia telah disadari sepenuhnya oleh Sang Tathāgata; Sang Tathāgata telah menembus lenyapnya dunia. Jalan menuju lenyapnya dunia telah disadari sepenuhnya oleh Sang Tathāgata; Sang Tathāgata telah mengembangkan jalan menuju lenyapnya dunia.
“Di dunia ini, para bhikkhu, dengan para deva, Māra, dengan Brahmā, dalam populasi ini dengan para petapa dan brahmananya, dengan para deva dan manusia, apa pun di sana yang dilihat, didengar, dicerap, dikenali, dicapai, dicari, diperiksa oleh pikiran, semua itu telah disadari oleh Sang Tathāgata; oleh karena itu Beliau disebut Tathāgata.
“Sejak malam Beliau menyadari sepenuhnya, para bhikkhu, hingga malam Beliau mencapai Nibbāna akhir, dalam rentang waktu itu, apa pun yang Beliau bicarakan, katakan, dan jelaskan, semuanya adalah demikian, bukan sebaliknya; oleh karena itu Beliau disebut Tathāgata.
“Sebagaimana Beliau berkata, para bhikkhu, demikianlah Beliau melakukan; sebagaimana Beliau melakukan, demikianlah Beliau berkata, oleh karena itu Beliau disebut Tathāgata.
“Di dunia ini, para bhikkhu, dengan para deva, Māra, dengan Brahmā, dalam populasi ini dengan para petapa dan brahmananya, dengan para deva dan manusia, Sang Tathāgata adalah sang penakluk, yang tidak tertaklukkan, yang melihat segenap alam, yang berkuasa; oleh karena itu Beliau disebut Tathāgata.”
Setelah secara langsung mengetahui dunia,
Segalanya di dunia ini sebagaimana adanya,
Beliau terlepas dari segalanya di dunia,
Tidak terlibat dengan segalanya di dunia.
Sesungguhnya Beliau adalah sang bijaksana maha-penakluk,
Seorang yang terbebaskan dari segala simpul pengikat,
Yang telah mencapai kedamaian tertinggi,
Nibbāna, tanpa ketakutan dari penjuru mana pun.
Beliau adalah Sang Buddha, dengan noda-noda telah dihancurkan,
Tidak terganggu, dengan segala keragu-raguan terpotong,
Yang telah mencapai kehancuran semua kamma,
Terbebaskan dalam padamnya perolehan.
Beliau adalah Sang Bhagavā, Sang Buddha,
Beliau adalah singa, yang tidak tertandingi,
Di dunia ini bersama dengan para devanya,
Beliau memutar roda Brahmā.
Demikianlah para deva dan manusia itu
Yang berlindung pada Buddha,
Setelah berkumpul, mereka bersujud padaNya,
Yang Agung, yang terbebas dari ketidak-yakinan diri
“Jinak, Beliau adalah yang tertinggi di antara mereka yang jinak;
Dalam hal kedamaian, Beliau adalah sang bijaksana di antara mereka yang membawa kedamaian;
Terbebaskan, Beliau adalah pemimpin bagi mereka yang membebaskan;
Terlepas, Beliau adalah yang terbaik di antara mereka yang melepaskan.”
Demikianlah sesungguhnya mereka bersujud kepadaNya,
Yang Agung yang terbebas dari ketidak-yakinan diri.
Di dunia ini bersama dengan para devanya,
Tidak ada yang mampu menyaingi Engkau.
(AN 4:23; II 23-24 = It 112; 121-23)