//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - adi lim

Pages: 1 ... 313 314 315 316 317 318 319 [320] 321 322 323 324 325 326 327 ... 332
4786
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi / Re: Mengapa langit berwarna biru?
« on: 29 November 2009, 07:32:32 AM »
warna asli adalah GELAP (DARK)
 _/\_

4787
Theravada / Re: (ask) sabbe satta bhavantu sukitata
« on: 29 November 2009, 07:18:17 AM »
pertanyaan ravanangel,
mengenai kalimat anda di atas mengenai seorang makhluk teraniaya dan terlindung oleh karmanya sendiri. apakah seseorang tersebut tdk bs diselamatkan oleh org semacam juruselamat/ makhluk yg mampu menyelamatkan sesorang dari karmanya (oleh buddha gautama mungkin?)

Ravananel, Yang saya pernah baca, bahwa di dunia ini ada seorang manusia yang diagungkan sebagai 'juru selamat' tetapi kematian sang Juru Selamat sangat tragis, dimana mengalami penyiksaan dengan cara dipaku & dilempari batu, sebagai penyandang Juru Selamat tapi tidak bisa menyelamatkan nyawa nya sendiri ! kasihan kan ! :'(

Buddha tidak bisa menolong seseorang dari berbuahnya Kamma Buruk, jadi hukumnya sudah jelas seperti Petani menanam pohon/tanaman, apa yang ditanam, BUAH itulah dipetik.

Buddha hanya memberikan pedoman/resep kepada makhluk hidup (manusia/dewata), untuk bisa mengakhiri penderitaan (Dukkha).
Pedoman untuk mengakhiri Dukkha sudah diajarkan/dibabarkan berupa Dhamma
Kemudian banyak murid2 Buddha yang sudah mempraktekkannya ajaran itu dengan Benar, memang terbukti dapat mengakhiri Dukkha, dan murid2 yang berhasil tersebut menjadi Makhluk Suci, serta pencapaian itu disebut mencapai Nibbana (Kebahagiaan Tertinggi). :)

Gimana, Ravanangel Tertarik untuk mendalami Buddha Dhamma ? kalau tertarik silahkan berjuang untuk mendalami Dhamma lebih mendalam di Dhammacitta (DC), di DC banyak moderator yang ahli Dhamma, bisa diskusi dengan baik. ^:)^

 _/\_
[/color]

4788
Mahayana / Re: perbedaan mahayana ama theravada
« on: 28 November 2009, 10:24:51 AM »
Quote
Setahu saya kalau masalah "full" atau tidak, tergantung situasi. Ketika berada di tempat yang memiliki simbol Buddha (Gotama) DAN tidak ada simbol lainnya, para bhikkhu "membuka" pundak kanan sebagai penghormatan. (Ini berarti di kelenteng di mana ada Rupang Buddha namun banyak rupang dewa lainnya, seorang bhikkhu tidak "membuka" pundak kanannya.)

Kalau begitu, Bhikkhu Theravada ada masalah !
 _/\_

4789
Mahayana / Re: perbedaan mahayana ama theravada
« on: 28 November 2009, 10:09:15 AM »
Quote
Di kehidupan bermasyarakat pula kita menghormati ornag-orang juga dengan cara yang berbeda. Bila ketemu bhiksu kita bahkan bernamaste dan bernamaskara, nah kalau kita ketemu ulama atau pastor ya apa kita bernamaste dan bernamaskara? Kan ya nggak toh? Demikain juga kita sebgaai umat Buddhis yang bernamaskaranya pada Triratna, kalau pada dewa dewi duniawi yang nggak jelas tercerahkan atau belum ya cukup namaste saja.

Dewa sudah tercerahkan atau belum, sementara kita hanya tahu lewat teks-teks Buddhis saja, baik yang diucapkan oleh Sang Buddha maupun guru-guru yang tercerahkan lainnya. karena setidaknya ada patokannya.

Tapi bukan berarti kalau nggak ada dalam catatan maka dewanya tidak tercerahkan. Tidak, bukan begitu. Tapi setidaknya kita mencari jalan amannya saja, karena kita tahu bahwa dewa dewi duniawi bisa memunculkan niat buruk juga, contohnya lihat Mara Putradewa. Apa mau anda saya suruh namaskara pada Mara Putradewa alias Vessavati Mara? Bahkan bernamaste aja orang belum tentu mau.

Maka dari itu ketika guru2 agung tercerahkan sudah memastikan bahwa sang dewa telah berlindung pada Triratna dan mencapai tingkat kesucian, setidaknya kita sudah ada dasar yang jelas, tidak sembarang main hormat, nanti salah2 pada dewa yang hatinya jelek juga kita hormati! Nah lho?

Maka dari itu sebenarnya Tripitaka dan anjuran guru2 yang tercerahkan itu setidaknya dapat menjadi pegangan bagi kita2 yang belum memiliki divyacakshu atau mencapai tingkat-tingkat pencerahan.

Bahkan Sang Buddha yang menghormati ayahnya saja, tidak bernamaskara pada beliau karena tidak mungkin seorang Samyaksambuddha menghormat pada umat awam dengan cara demikian, karena akan menyebakan kepala orang yang dihormati menjadi terbelah. Mahasiddha Virupa yang tercerahkan ketika dipaksa oleh umat Hindu untuk menghormat patung dewa Shiva, merangkapkan kedua tangannya beranjali menghormat pada Shiva sembari mengucapkan Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya di hadapan rupang Shiva. Tapi setelah mengucapkan hal tersebut, rupang Shiva malah hancur berantakan.

Maka dari itu jangan menggampangkan arti dari sebuah tindakan namaskara.

Kalau saya, saya bernamaskara terhadap Triratna tidak hanya menghormati, namun juga dengan keyakinan dan perlindungan pada Sang Triratna. Dan tampaknya pandangan Buddhis juga demikian.

Kalau sembarang, bisa2 umat Buddhis namaskara di gereja, namaskara di mesjid, namaskara di pura, yah katanya menghormati, ya dinamaskara aja semua. Kita juga nggak tahu pasti Tuhan mereka tercerahkan atau tidak.
_/\_
Quote
:)) kepada orangtuanya yg masih hidup tidak namaste tapi kepada seongok tulang namaste (liat di sutra bakti yang palsu :)) ) ko gak di ceritain tulangnya pecah :))

Buddha tidak bisa di bandingin dengan Manusia.
Jadi contoh anda tidak tepat, Raja Sudhodana masih manusia biasa, Sorry ! ;D
Buddha memang tidak boleh namaskara kepada makhluk lainnya, karena itu udah hukum Alam (bahasa gaulnya)

Kepada orang tua kita bukan hanya namaste, tapi juga wajib Namaskara.
Bro Gandalf, jangan meninggikan namaskara, jadinya Mana (sombong)
Namaskara kepada Yesus/Dewa-i yang di Pura/Tuhan(kalau ada) juga ndak masalah ! yang masalah itu, pikiran manusia yang melihat orang yang sedang bernamaskara ! jangan di tawa in. :))
 _/\_

4790
Mahayana / Re: perbedaan mahayana ama theravada
« on: 28 November 2009, 09:22:42 AM »
Quote
Tujuan saya bernamaskara 3x, adalah
kepada Buddha, Mengormati Beliau adalah Guru Agung
kepada Dhamma, Menghormati Ajaran yang dapat menuntun tuk mencapai Pencerahan/Kebebasan Sejati (Nibbana)
kepada Sangha, Menghormati Sangha Bhikkhu karena melestarikan Buddha Dhamma, Sangha Bhikkhu Mempratekkan kehidupan Suci, Sangha Bhikkhu Menjalakan Vinaya & Sila dengan Sempurna

Dan jika ada umat yang menghormati para Dewata, itu juga perbuatan Baik, tidak peduli para Dewa sudah mencapai kesucian atau tidak !

Emang ada manusia biasa yang bisa tahu ada dewa yang sudah mencapai kesucian atau tidak ?

Dapat menjadi Makhluk Dewa(penghuni Surga), adalah karena KEBAJIKAN mereka,
jadi kita tidak salah apabila menghormati para Dewata, baik dengan namaskara maupun cara lain ataupun disuruh menghormati


Ooh... berarti apakah anda bernamaskara pada Triratna itu - cuma sekedar menghormati? Apakah berlindung itu sama dengan menghormati? Umat K dan I aja bisa hormat sama Triratna, tapi apa mereka berlindung, kan ya nggak toh!

Terserah Bro Gandalf, suka kata2 apa, mau menghormati atau berlindung ! ndak masalah
ndak ada hubungan umat I & K, mereka tidak mengenal Tiratana !
kalau umat Buddhis tahu seperti Bro Gandalf (Buddhis), jadi tidak peduli kata itu (perlindungan atau penghormatan), yang penting Pikiran dan Batin mereka mengerti apa yang sedang lakukan.

Quote
Menghormati dewa memang adalah hal yang baik, ini menunjukkan kalau kita sebenarnya punya etika untuk menghormati orang yang banyak melakukan kebajikan. Maka dari itu saya bernamaste pada para dewa, yang mana saya lakukan karena saya menghormati mereka.

Di kehidupan bermasyarakat pula kita menghormati ornag-orang juga dengan cara yang berbeda. Bila ketemu bhiksu kita bahkan bernamaste dan bernamaskara, nah kalau kita ketemu ulama atau pastor ya apa kita bernamaste dan bernamaskara? Kan ya nggak toh? Demikain juga kita sebgaai umat Buddhis yang bernamaskaranya pada Triratna, kalau pada dewa dewi duniawi yang nggak jelas tercerahkan atau belum ya cukup namaste saja.

Dewa sudah tercerahkan atau belum, sementara kita hanya tahu lewat teks-teks Buddhis saja, baik yang diucapkan oleh Sang Buddha maupun guru-guru yang tercerahkan lainnya. karena setidaknya ada patokannya.

Tapi bukan berarti kalau nggak ada dalam catatan maka dewanya tidak tercerahkan. Tidak, bukan begitu. Tapi setidaknya kita mencari jalan amannya saja, karena kita tahu bahwa dewa dewi duniawi bisa memunculkan niat buruk juga, contohnya lihat Mara Putradewa. Apa mau anda saya suruh namaskara pada Mara Putradewa alias Vessavati Mara? Bahkan bernamaste aja orang belum tentu mau.

Maka dari itu ketika guru2 agung tercerahkan sudah memastikan bahwa sang dewa telah berlindung pada Triratna dan mencapai tingkat kesucian, setidaknya kita sudah ada dasar yang jelas, tidak sembarang main hormat, nanti salah2 pada dewa yang hatinya jelek juga kita hormati! Nah lho?

Maka dari itu sebenarnya Tripitaka dan anjuran guru2 yang tercerahkan itu setidaknya dapat menjadi pegangan bagi kita2 yang belum memiliki divyacakshu atau mencapai tingkat-tingkat pencerahan.

Bahkan Sang Buddha yang menghormati ayahnya saja, tidak bernamaskara pada beliau karena tidak mungkin seorang Samyaksambuddha menghormat pada umat awam dengan cara demikian, karena akan menyebakan kepala orang yang dihormati menjadi terbelah. Mahasiddha Virupa yang tercerahkan ketika dipaksa oleh umat Hindu untuk menghormat patung dewa Shiva, merangkapkan kedua tangannya beranjali menghormat pada Shiva sembari mengucapkan Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya di hadapan rupang Shiva. Tapi setelah mengucapkan hal tersebut, rupang Shiva malah hancur berantakan.

Maka dari itu jangan menggampangkan arti dari sebuah tindakan namaskara.

Kalau saya, saya bernamaskara terhadap Triratna tidak hanya menghormati, namun juga dengan keyakinan dan perlindungan pada Sang Triratna. Dan tampaknya pandangan Buddhis juga demikian.

Kalau sembarang, bisa2 umat Buddhis namaskara di gereja, namaskara di mesjid, namaskara di pura, yah katanya menghormati, ya dinamaskara aja semua. Kita juga nggak tahu pasti Tuhan mereka tercerahkan atau tidak.

Bro Gandalf, Anda hanya suka permaikan kata2 dalam penjelasan, supaya kamu kelihatan lebih bagus dalam menjelaskan ! saya hargai, tapi hasilnya bukan mempermudah orang belajar Dhamma, tapi malah membingungkan, bolak balik, panjang lebar !
Pakai kata yang sederhana, simple, supaya gampang dimengerti, dan umat yang baru mengenal Dhamma, bisa dapat pencerahan yang Baik di batin mereka, sesudah mendapat penjelasan.
kata perlindungan, penghormatan, tidak masalah, yang penting Batin mengerti apa yang sedang dilakukan, bukan dengan kata2.

maksud kata Perlindungan arti yang benar dalam bahasa Indonesia, juga tidak cocok seperti yang Bro Gandalf jelaskan diatas jika dipadankan dengan arti bahasa Pali yang dimaksud.

Misalnya Bro Gandalf bernamaskara di depan Altar Buddha, apabila saya sebagai umat yang tidak mengerti juga bisa tertawa, apa saja yang dilakukan Bro Gandalf ini, gila ya !, masak rupang di sembah sujud ! menyesatkan sekali !.
Tapi karena saya mengerti, jadinya ikut Bahagia dengan Bro Gandalf melakukan namaskara, ternyata Bro Gandalf sangat menghormati Tiratana ! gitu lho  :)

 _/\_

4791
Diskusi Umum / Re: Aku
« on: 28 November 2009, 08:33:04 AM »
Karena AKU itu tidak pernah puas !
Kalau masih ada AKU, berarti belum mencapai Nibbana

 _/\_

4792
Mahayana / Re: perbedaan mahayana ama theravada
« on: 28 November 2009, 05:46:15 AM »
Quote
masalah meminta kepada dewa, ada kok bikkhu thai, pernah mengajak beberapa umat ke ruang dhammasala...
kemudian bikkhu thai itu membacakan paritta dalam bahasa thai, sesudah itu umat disuruh ber-addhithana...setelah selesai bikkhu itu menyuruh namaskara ke dewata...

Hmm.... sampai bernamaskara segala....

Ngomong2 dewa apa itu? Apa secara Buddhisme Thai sang dewa sudah bertekad untuk melindungi Buddha Dhamma dan berlindung pada Tiratana? Apakah sang dewa telah mencapai tingkat-tingkat kesucian?

Kalau memang sudah, maka umat bernamaskara bisa dimaklumi, namun kalau berlindung saja dewanya nggak, kesucian aja belum nyampe, maka namaskara ini patut dipertanyakan. Bagaimana bisa umat Buddhis yang berlindung pada Tiratana menghormat dewa dewi duniawi seperti menghormat pada Tiratana?

Kalau saya, sama dewa dewi duniawi biasanya saya cuma namaste, kalau terhadap para Buddha, Bodhisattva dan para Dewa Pelindung Dharma saya baru bernamaskara.

Tujuan saya bernamaskara 3x, adalah
kepada Buddha, Mengormati Beliau adalah Guru Agung
kepada Dhamma, Menghormati Ajaran yang dapat menuntun tuk mencapai Pencerahan/Kebebasan Sejati (Nibbana)
kepada Sangha, Menghormati Sangha Bhikkhu karena melestarikan Buddha Dhamma, Sangha Bhikkhu Mempratekkan kehidupan Suci, Sangha Bhikkhu Menjalakan Vinaya & Sila dengan Sempurna

Dan jika ada umat yang menghormati para Dewata, itu juga perbuatan Baik, tidak peduli para Dewa sudah mencapai kesucian atau tidak !

Emang ada manusia biasa yang bisa tahu ada dewa yang sudah mencapai kesucian atau tidak ?

Dapat menjadi Makhluk Dewa(penghuni Surga), adalah karena KEBAJIKAN beliau para Dewata itu sendiri, contoh yang baik.
jadi kita tidak salah apabila ada Manusia menghormati dadn menghargai para Dewata, baik dengan namaskara maupun cara lain ataupun disuruh menghormati oleh siapa saja
Kita aja masih menghormati Leluhur atau sanak saudara yang tidak tahu kelahiran kembali jadi Makhluk apa ! bisa aja makhluk Apaya ! tapi tetap kita hormati dan pelimpahan jasa.

 _/\_


4793
Mahayana / Re: perbedaan mahayana ama theravada
« on: 27 November 2009, 07:24:42 PM »
ooo itu Setahu pandangan g baca kayak sudut pandang u kearah cerita avalokitesvara seribu tangan, gini bro avalokitesvara itu Bodhisatva Compassion alias Boddhisatva cinta kasih, Begitulah beliau mendengar kesulitan semua mahluk, pasti di bantu dia, itu sudah sumpah dalam diriNya, dan tertulis dalam sutra ape g lupa, ada di milis, kebetulan beliau dalam legendanya itu dalam kepercayaan masyarakat kenapa bisa menjadi seperti itu, karena tidak adanya para arahat dan Bodhisatva tidak bisa membantu kesulitan semua mahluk, maka beliau sedih. Kira - kira gitu, Jelasnya u baca story legendnya, garis besarnya seingat g saja, kalo ada yang bisa jelasin detail baguslar.


mau tanya, yang di bantu itu syaratnya apa ya? apa harus mengucapkan sesuatu? atau harus berdoa kepada Boddhisatva? atau otomatis semua mahluk di tolong? berapa banyak yang telah di tolong?

konon syaratnya adalah ketulusan. dan mengucapkan permohonan, kalo tidak membuat permohonan (aksi) tentu tidak ada reaksi. Tidak otomatis semua makhluk tertolong. Sudah banyak yg telah ditolong.   :P
sejauh mana pertolongan yang bisa di perbuat oleh Boddhisatva? lebih hebat mana Boddhisatva dengan Tuhan?

Bro Ryu, Hebat TUHAN donk !
Didunia ini Miliaran Manusia percaya keberadaan Tuhan dan sebagai Penguasa, Pengatur dan Pencipta Alam Semesta ini lho !
sedangkan Bodhisatva bukan pencipta, hanya penolong, karena sebagai penolong berarti juga bagian dari ciptaan TUHAN. :))

tapi sayangnya, saya yakin kepada TIRATANA !
 _/\_

4794
Mahayana / Re: perbedaan mahayana ama theravada
« on: 27 November 2009, 07:06:00 PM »
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.

pendapat saya, Bro Chingik Benar !, tapi tidak bisa menjawab apa yang dimaksud dengan yang ditanya Bro Indra, melenceng kemana2 ! Bingung !
Lebih baik Bro Chingik menyatakan saya tidak bisa menjawab, Jujur adalah Niat yang BAIK !
 _/\_
bro Indra hanya menanya pendapat saya, dan apa salahnya saya menjawab apa adanya sesuai jalan pikiran saya?
Saya tahu maksud beliau
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.

pendapat saya, Bro Chingik Benar !, tapi tidak bisa menjawab apa yang dimaksud dengan yang ditanya Bro Indra, melenceng kemana2 ! Bingung !
Lebih baik Bro Chingik menyatakan saya tidak bisa menjawab, Jujur adalah Niat yang BAIK !
 _/\_

mungkin ada rekan lain yang sudi menjelaskan, silahkan ...
 

saya mengerti apa yg ingin disampaikan  bro Indra.  Bahwa minta pertolongan kpd Avalokitesvara adalah rancu dengan nasihat Buddha yg menyatakan kita harus menjadikan diri sendiri sebagai pulau.
Tetapi saya dapat memaklumi bahwa masih byk yg tidak memahami prinsip Mahayana, lalu menggunakan konsep yg dipegang sendiri utk menilai ini benar itu salah.
Mohon pertolongan kepada Avalokitesvara tidak bisa diartikan secara sempit bahwa berarti kita hanya duduk dan menunggu pertolongan dan kita sepenuhnya bergantung padanya, dan menganggap kontradiktif dgn nasihat Buddha ttg menjadikan diri sebagai tempat berlindung.

Jika secara kaku mengartikan bahwa menjadikan diri sebagai pelindung tidak berlindung pada yang lain, maka seharusnya kita juga menyanggah pernyataan Berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha.
Permohonan kepada Avalokitesvara bukan berarti kita hanya berlindung pada yg luar, dan tidak berlindung pada diri sendiri.
Sama seperti ketika anda mengalami kecelakaan lalu minta pertolongan kepada orang sekitar, bukan berarti anda sepenuhnya berlindung pada orang lain dan tidak pernah lagi berlindung/ berusaha sendiri.  
Praktisi mahayana juga tidak mengabaikan prinsip tentang usaha sendiri/ menjadikan diri sebagai pelita. Secara mutlak Avalokitesvara tidak bisa menyulap orang menjadi Tercerahkan, tetapi bagaimanapun juga ketika Dia dgn batin Maitri Karunanya memberikan sedikit "uluran tangan", itu sudah merupakan nilai yang sangat berarti, mengapa?
1. Avalokitesvara adalah siswa dari Buddha, siswa yg mengekspresikan Maitri Karuna melalui adhitana yg demikian agung, maka apalagi dengan keagungan Buddha, tentu menjadi lebih besar, hingga kita menjadi sangat respek terhadap Buddha.
2. Avalokistesvara mengaktualisasi Dharma melalui adhitana yg demikian agung, maka kita menjadi kagum dan terinpirasi utk mengikuti praktik2 Dharma yg agung seperti itu.
3. Avalokitesvara adalah bagian dari Ariya Sangha, maka kita menjadi sangat respek terhadap Sangha.

Berikut ada satu kisah yg menggambarkan bahwa pemujaan Avalokitesvara dalam Mahayana bukan berarti bergantung/berlindung spenuhnya pada Nya:
Seorang pemuda melihat patung Avalokitesvara yg sedang memegang tasbih, lalu ia bertanya pada seorang bhiksu mengapa Avalokitesvara memegang tasbih. Bhiksu itu menjawab, "Avalokitesvara menggunakan tasbih utk melafal "Namo Avalokitesvara Bodhisatvaya". Pemuda ini menjadi heran, "mengapa melafal nama sendiri?" , Bhiksu itu lalu menjawab, "Memohon kepada orang lain, bukankah lebih baik memohon pada diri sendiri?"
So, janganlah salah memahami makna pemujaan pada Avalokitesvara. Ada yang bertanya, "kalo gitu, apakah sia-sia memohon pada Nya?" Relatif, tergantung apa tujuan anda, yg jelas adalah sia2 jika anda ingin memohon rejeki hanya demi memuaskan nafsu keinginan anda.

Demikian penjelasan singkatnya. (Mohon jgn menggunakan kacamata sekte utk mencari penilaian penjelasan di atas, mari kita saling memahami pandangan masing2, terima kasih)  :)

 :)

4795
Mahayana / Re: perbedaan mahayana ama theravada
« on: 27 November 2009, 07:00:18 PM »
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.

pendapat saya, Bro Chingik Benar !, tapi tidak bisa menjawab apa yang dimaksud dengan yang ditanya Bro Indra, melenceng kemana2 ! Bingung !
Lebih baik Bro Chingik menyatakan saya tidak bisa menjawab, Jujur adalah Niat yang BAIK !
 _/\_

mungkin ada rekan lain yang sudi menjelaskan, silahkan ...

Saya tidak bisa menjawab Bro Indra, karena Sutta itu udah Jelas Sekali ! :)
 _/\_

4796
Mahayana / Re: perbedaan mahayana ama theravada
« on: 27 November 2009, 09:49:38 AM »
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.

pendapat saya, Bro Chingik Benar !, tapi tidak bisa menjawab apa yang dimaksud dengan yang ditanya Bro Indra, melenceng kemana2 ! Bingung !
Lebih baik Bro Chingik menyatakan saya tidak bisa menjawab, Jujur adalah Niat yang BAIK !
 _/\_

4797
Theravada / Re: tiga guru yg pantas di cela dan di puji...
« on: 27 November 2009, 09:26:59 AM »
Ini case secara rata2nya.. Jika dlm Buddha sasana jaman Sang Buddha tdk ditemukan adanya siswa2 yg berhasil mencapai magga-phala, juga mereka tidak mengindahkan ucapan Sang Buddha sama sekali.. Maka Sang Buddha sbg guru mereka pantas dicela. Tp kenyataannya, adakah demikian? Kalau kasus 1-2 murid yg tidak berhasil atau tdk mengindahkan, itu bukan kesalahan gurunya. Lihat sutta di atas lg. :)

Setuju Sekali !!!
Ada muridnya yang mempraktekkan dengan benar ajaran yang sudah diajarkan, terbukti berhasil mencapai Magga- Phala.

Dan muridnya yang belum berhasil mencapai pencapaian, bukan gurunya yang harus disalahkan tapi muridnya yang ada mas alah ! contoh muridnya Bhikkhu Devadata
 _/\_

4798
Saya aja ndak ngerti baca tulisan TS, apalagi muridnya !
 _/\_

4799
nice post
 _/\_

4800
Kafe Jongkok / Re: Meditasi atau latihan otak
« on: 22 November 2009, 06:28:04 AM »
dengan Meditasi bisa mempertajam kemampuan daya pikir !
 _/\_

Pages: 1 ... 313 314 315 316 317 318 319 [320] 321 322 323 324 325 326 327 ... 332
anything