Piagam PIYADASSI yang dipahat pada batu cadas yang ditanda tangani oleh Raja Asoka, berisikan anjuran kepada rakyatnya agar hidup sesuai Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha, yaitu saling mengasihi, saling hormat menghormati dan penuh toleransi terhadap semua paham serta aliran agama yang ada.
Piagam tersebut berbunyi :
"Dalam memberikan penghormatan kepada agamanya sendiri, janganlah sekali - kali mencemoohkan atau menghina agama - agama lainnya. Dengan berbuat demikian, selain membuat agamanya sendiri berkembang ; dan di samping itu telah pula memberikan bantuan kepada agama - agama lainnya. Jika berbuat kebalikannya, maka berarti menggali lubang kubur untuk agama nya sendiri, di samping itu pula mencelakakan agama lainnya.
Barang siapa menghormati agamanya sendiri, tetapi menghina kepada agama lainnya dengan berpikir bahwa berbuat demikian adalah telah melakukan sesuatu yang baik sebagai pemeluk agama yang taat. Ini malah akan berakibat sebaliknya, yaitu akan memukul kepada agamanya sendiri."
Bila Metta Karuna Mudita yang hanya berdasarkan persamaan agama, akan menyebabkan orang menjadi fanatik kepada agama dan membenci kepada orang - orang yang tidak sealiran. Harus diketahui bahwa pertentangan dalam diri seseorang itu timbul karena hawa nafsu, keserakahan dan angkara murka kaum fanatik yang gila hormat dan gila pengaruh.
Sang Buddha pun pernah mengatakan bahwa, tidak ada kesucian yang dihasilkan dari pertentangan, peperangan, pembunuhan - yang pada hakekatnya merupakan Tanha ( nafsu keinginan rendah ), Asava ( kekotoran batin ), Avijja ( ketidak tahuan ), Lobha ( keserakahan ), Dosa ( kebencian ) dan Moha ( kebodohan ).
"Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal - hal yang telah atau belum dikerjakan oleh orang lain. Tetapi perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh diri sendiri." ( Dhammapada Attakatha syair 50 )
"Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain ; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.
Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidak tahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik disini ataupun disana; maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci." ( Dhammapada Attakatha syair 19 dan 20 )
"Segala sesuatu yang dapat memberikan rasa nikmat kepad makhluk, seperti makann, minuman, kesemua itu patut diberikan kepada makhluk yang membutuhkannya. Serahkanlah itu bilamana ad yang memintanya kepadmu dan jangan sekali - kali mengharapkan balasan. Hanya karena kasih sayangmu yang besar kepada semua makhluk, itulah yang akan menjadi keikhlasan untuk menyerahkan segala - galanya kepada yang membutuhkan. Serahkanlah dengan tutut kata yang lemah lembut dan menyenangkan, sikap jujur, dengan hati tulus ikhlas. Itulah Dana Paramita namanya." ( kitab Sanghyang Kamahayanikan )