Pengenalan
Pengetahuan dasar Mengenai AbhidhammaAbhidhamma pitaka memuat 7 kitab, yang dinamakan
dhammasangani, vibhanga, dhatukatha, puggalapannati, katthavatthu, yamaka, dan patthana.Subjek materi dari abhidhamma adalah empat realitas-ultimit(kebenaran absolute/paramattha) beserta hubungan diantara keduanya. Perlakuan terhadap materi-subjek sangat teknis dan sistematis dan membuat istilah pengetahuan filosofi murni menjadi jelas, mengacu kepada penginderaan absolute.
Jika seseorang bisa bisa belajar abhidhamma secara mendalam, maka ia akan mengagumi kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya. Tapi tidaklah mudah untuk belajar abhidhamma sendiri, karena orang tersebut bisa saja dengan mudah terjebak dalam belantara istilah yang abstrak, dan metodologi yang aneh.
Buku yang berjudul THE ESSENCE OF BUDDHA ABHIDHAMA menggabungkan semua subjek-materi yang ditampilkan dalam ‘abhidhammattha sangaha’.
Abhidhamma sungguh merupakan pengetahuan berharga yang akan menolong manusia terbebas dari pandangan salah dan mendapatkan pendangan benar dari pembebasan total dari seluruh penderitaan.
RealitasAda 2 jenis realita, realitas ultimit dan realitas konvensional
Realitas Konvensional merupakan kebenaran tradisional atau kebenaran yang diterima masyarakat luas(sammuti-sacca). Sammuti sacca disebut sebagai pannati
Realitas ultimit merupakan kenyataan absolute(paramattha-sacca). Ia disebut sebagai paramattha saja dalam abhidhamma.
Citta adalah kesadaran, dan cetasika merupakan factor mental. citta dan cetasika disebut juga sebagai nama(batin)
Seseorang terdiri dari rupa, citta, dan cetasika, atau dengan kata lain hanya nama dan rupa. Keduanya merupakan realitas-ultimit sedangkan “manusia” itu hanyalah merupakan realitas konvensional.
Nibbana--pembebasan dari penderitaan dan kedamaian abadi--selalu ada di alam, hanya saja kita tidak menyadarinya. Nibbana bisa direalisasi hanya dengan magga-nan(y)a dan phala-nan(y)a, i.e., mata kebijaksanaan yang diiringi dengan jalan dan buah. Citta, cetasika, dan nibbana dijelaskan secara rinci dalam abhidhamma dan bisa dibuktikan melalui samatha-vipassana bhavana i.e., meditasi ketenangan dan pandangan terang.
Empat Paramatthai. Citta—kesadaran dari indera dan perhatian akan benda. Citta, ceta, cittupada, mana, mano, vinnana merupakan sinonim yang bermakna sama dari citta dan sering digunakan dalam istilah abhidhamma. dalam pembicaraan umum, pikiran biasanya mengacu pada citta atau mano.
ii. Cetasika—faktor mental. cetasika muncul dan lenyap bersama-sama dengan citta. Cetasika bergantung pada citta dalam kemunculannya, dan ia mempunyai pengaruh juga terhadap citta. Ada 52 jenis cetasika. Apa yang sebenarnya kita sebut sebagai ‘pikiran’ seenarnya merupakan kombinasi dari citta dan cetasika. Citta dan cetasika tidak bisa berdiri sendiri.
iii. Rupa—bentuk materi bisa saja berubah bentuk dan warna tergantung pada iklim yang dingin atau panas. Ada 28 jenis rupa.
iv. Nibbana—pemusnahan total terhadap noda batin dan penderitaan; kedamaian mutlak abadi.
noda batin yang ada dalam citta adalah keserakahan, kemarahan, kebencian, dll.;ketiganya merupakan akar dari segala penderitaan dan kelanjutan dari hidup. Pemusnahan total dari noda batin berarti kebebasan absolute dari segala kelahiran kembali, penuaan, rasa sakit, kematian, dan seluruh jenis penderitaan.
Masing-masing dari empat paramattha di atas bisa dicermati eksistensinya. ilmuan menyangkal keeksistensian pikiran, karena mereka tidak mampu mendeteksinya. Akan tetap, keeksistensian citta, yang merupakan kesadaran dari indera dalam diri manusia dan hewan tidak bisa dibantah oleh siapapun.
Keeksistensian cetasika, seperti lobha(keserakahan), dosa(kebencian), mana(kesombongan), issa(keiri hatian), alobha(tanpa keserakahan), adosa(cinta kasih), dll dalam diri manusia dan hewan memanglah nyata. Akan tetapi, penting bagi kita untuk melihatnya sebagai entitas yang terpisah(citta dan cetasika dilihat secara terpisah) dan bukan sebagai bagian dari pikiran atau keadaan mental lainnya. Cetasika yang buruk, seperti disa, lobha, mana, issa, bisa disingkirkan oleh pikiran melaluy meditasi pandangan terang.
Eksistensi dari rupa sebagai materi dan energy sangat mudah sekali terlihat(tidak seperti citta dan cetasika yang perlu dilihat melalui mata batin). Tetapi nibbana, sebagai tingkatan adi-duniawi tidak bisa diamati oleh pikiran biasa, tapi bisa diamati melalui lokkutara(adi-duniawi) citta.
Harus dicatat bahwa semua paramattha, dalam bentuk ultimate(tertinggi) adalah tak berbentuk dan tak berwujud. Citta, cetasika, dan rupa bisa dilihat melalui mata-samadhi, sedangkan nibbana bisa direalisasi melalui pengetahuan tentang 4 jalan(sottapati magga, sakadagami magga, anagami magga, dan arahatta magga).
Nama and RupaCitta dan cetasika keduanya menyadari kehadiran indera. Keduanya selalu diarahkan kepada objek, untuk “memegang” objek tersebut.
Seseorang terdiri dari nama dan rupa(batin dan jasmani). Diantara keduanya, nama menyadari kehadiran indera, sedangkan rupa tidak. Jadi, nama merupakan pemimpin, dan rupa merupakan pengikutnya. Tapi dalam lingkup indera, nama membutuhkan rupa untuk kemunculannya.
nama dapat disamakan dengan seseorang yang memiliki penglihatan yang bagus, tetapi tidak memiliki kaki, sedangkan rupa sama seperti orang buta yang memiliki kaki. Si orang tanpa kaki dan si orang yang buta bertemu di luar desa mereka dan mereka mendengar pemberitahuan bahwa ada pembagian makanan gratis. Mereka berdua ingin mendapatkan makanan tersebut, tapi bagaimana caranya mereka pergi?? Bisa, jika orang yang memiliki penglihatan bagus duduk diatas bahu dari orang buta, dan si buta kemudian berjalan melintasi jalanan, seperti yang diperintahkan oleh si tanpa kaki. Maka, mereka akan sampai pada tujuannya dan menikmati makanan tersebut.
Nama dan rupa bekerja bahu-membahu seperti kedua orang diatas.