Tentang Enam Landasan Indera (1)
Terjemahan Saṃyukta-āgama Kotbah 188 sampai 229 (Jilid 8 )
Bhikkhu Anālayo
Abstaksi
Artikel ini menerjemahkan jilid kedelapan dari Saṃyukta-āgama, yang mengandung kotbah 188 sampai 229.< 1>
188. [Kotbah tentang Pembebasan dari Kesenangan dan Nafsu]<2>
Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Kalian seharusnya dengan benar menyelidiki mata sebagai tidak kekal. Seseorang yang menyelidikinya seperti ini disebut ‘[seseorang] dengan pandangan benar’. Karena dengan benar merenungkannya, kekecewaan muncul. Karena munculnya kekecewaan, seseorang bebas dari kesenangan dan bebas dari nafsu.<3> Karena bebas dari kesenangan dan nafsu, aku katakan pikiran dengan benar terbebaskan.
“Dengan cara yang sama [seseorang seharusnya dengan benar menyelidiki] telinga ... hidung ... lidah ... badan ... pikiran ... [sampai dengan] ... seseorang bebas dari kesenangan dan bebas dari nafsu. Para bhikkhu, karena bebas dari kesenangan dan nafsu, aku katakan pikiran dengan benar terbebaskan.
“Seseorang yang pikirannya dengan benar terbebaskan dapat menyatakan dirinya: ‘Kelahiran bagiku telah dilenyapkan, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, aku sendiri mengetahui bahwa tidak akan ada kelangsungan yang lebih jauh lagi’.”<4>
Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, mendengarkan apa yang telah dikatakan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan menerimanya dengan hormat.
Seperti halnya untuk tidak kekal, dengan cara yang sama juga [kotbah-kotbah] diulangi dengan cara ini untuk dukkha, kosong, dan bukan-diri.
189. [Kotbah tentang Perhatian Seksama]<5>
Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Kalian seharusnya memberikan perhatian seksama pada mata dan menyelidikinya sebagai tidak kekal. Mengapa demikian? Karena memberikan perhatian seksama pada mata dan menyelidikinya sebagai tidak kekal, keinginan dan nafsu terhadap mata ditinggilkan. [Bagi seseorang yang] telah meninggalkan keinginan dan nafsu, aku katakan, pikirannya dengan benar terbebaskan.
“Karena memberikan perhatian seksama pada telinga ... hidung ... lidah ... badan ... pikiran dan menyelidikinya [sebagai tidak kekal], keinginan dan nafsu [terhadapnya] ditinggalkan.<6> Bagi seseorang yang telah meninggalkan keinginan dan nafsu, aku katakan, pikirannya dengan benar terbebaskan.
“Para bhikkhu, seseorang yang pikirannya dengan benar terbebaskan dengan cara ini dapat menyatakan dirinya: ‘Kelahiran bagiku telah dilenyapkan, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, aku sendiri mengetahui bahwa tidak akan ada kelangsungan yang lebih jauh lagi’.”<7>
Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, mendengarkan apa yang telah dikatakan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan menerimanya dengan hormat.
190. [Kotbah Pertama tentang Mata]<8>
Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Jika seseorang tidak mengetahui dan memahami mata, tidak meninggalkan dan tidak terbebaskan dari keinginan terhadapnya, seseorang tidak dapat dengan benar melenyapkan dukkha.<9>
“Telinga ... hidung ... lidah ... badan ... pikiran juga seperti ini.
“Para bhikkhu, seseorang yang mengetahui dan memahami mata, [49c] dan yang meninggalkan dan terbebaskan dari keinginan terhadapnya, dapat dengan benar melenyapkan dukkha. Seseorang yang mengetahui dan memahami telinga ... hidung ... lidah ... badan ... pikiran, dan yang meninggalkan dan terbebaskan dari keinginan terhadapnya, dapat dengan benar melenyapkan dukkha.”
Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, mendengarkan apa yang telah dikatakan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan menerimanya dengan hormat.
191. [Kotbah Kedua tentang Mata]<10>
Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Seseorang yang tidak mengetahui dan memahami mata, tidak meninggalkan dan tidak terbebaskan dari keinginan terhadapnya, tidak dapat melampaui dukkha dari kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian. Seseorang yang tidak mengetahui dan tidak memahami telinga ... hidung ... lidah ... badan ... pikiran, tidak meninggalkan dan tidak terbebaskan dari keinginan terhadapnya, tidak dapat melampaui dukkha dari kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian.
“Para bhikkhu, seseorang yang mengetahui dan memahami mata,<11> yang meninggalkan dan terbebaskan dari keinginan terhadapnya, dapat melampaui dukkha dari kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian. Seseorang yang mengetahui dan memahami telinga ... hidung ... lidah ... badan ... pikiran, yang meninggalkan dan terbebaskan dari keinginan terhadapnya, dapat melampaui dukkha dari kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian.”
Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, mendengarkan apa yang telah dikatakan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan menerimanya dengan hormat.