Saya ingat, di FB DC, saat ada seseorang yang posting kurang lebih isinya: saat ini STAB beraliran Maitreya sudah meluluskan banyak sarjana dan siap dikirim ke mana2, sehingga sekolah2 nantinya akan belajar agama Buddha ala Maitreya'. Orang ini posting begitu serius. Meskipun saya tidak tahu apakah memang berbahaya sehingga harus serius atau sang penulis berlebihan khawatir, tetapi saya tetap menghargai pendapat beliau.
Saya suka pendapat beberapa rekan waktu itu yang mengatakan kurang lebih seperti ini:
- kita tidak bisa memaksakan keyakinan kita, kalau memang mereka nantinya lebih cocok di Maitreya ya sudah, itu pilihan mereka, hak mereka
- biarkan karma baik mereka yang melindungi karma baik mereka dari keyakinan salahTS yang bersikeras ngotot untuk 'mari kita hentikan Maitreyanism!' langsung dicekal para rekan DC di sana dengan jawaban point 1 dan 2. Wah, salut. Tidak seperti geng FP* yang beda paham dikit langsung terabas tebas!
Saya sendiri sangat suka dengan jawaban2 tersebut, apalagi yang point pertama, walaupun saya sendiri tidak setuju dengan Buddhisme Maitreya.
Tetapi uniknya, kenapa saat di website forum DC sendiri ada perbedaan antara Buddhisme Theravada dan Mahayana, diributkan tiada hentinya? Jika perbedaan antara Buddhisme mainstream dengan Maitreyanisme saja bisa ditanggapi dengan rasa lapang dada (meskipun dalam hati menolak), mengapa perbedaan Buddhisme Theravada dan Mahayana harus diributkan dengan hinaan (entah benar hinaan atau bukan, tapi pemlesetan beberapa nama dan ketawa guling2 itu saya persepsikan seperti tidak menghargai keyakinan lain)?
Beda pendapat, diskusi, debat; semua itu OK. Dalam forum pasti ada hal2 seperti itu, dan justru dari situlah saya bisa belajar. Silakan berbeda pendapat dan saling berdebat, tapi tetap menghargai. Bukankah bbrp rekan DC di FB DC mengatakan: itu hak mereka mau berkeyakinan mana, kita uda menjelaskan, mereka tetap mau di situ, ya kita gak bisa paksa.
Saya sendiri juga suka diskusi mengenai bedanya Theravada, Mahayana, Maitreyanism, dsb. Dan menurut saya Theravada dan Mahayana tidak ada benang merahnya walau mau berusaha dihubung2in gimanapun juga, memang berbeda.
Tapi mirisnya ada pemlesetan nama, ketawa guling2, sindir2, dsb.; yang menurut saya menunjukkan sikap tidak menghargai.
Walaupun saya sendiri lebih memegang prinsip Buddhisme Theravada, tapi menurut saya itu seperti tidak menghargai.
Mungkin jawaban yang akan muncul adalah: 'itu kan persepsi bro Wei sendiri.'
Maka, ya sudahlah, kalau sudah persepsi2an... ya sudah.
Atau mungkin jawaban yang akan muncul lagi adalah: 'kalau gak suka ya gak usah masuk'
Maka, ya sudahlah, ibarat ranting tua yang sudah kering, mau dilekukan sedikit saja pasti patah.
Mau diajak sedikit berpikir dengan perspektif berbeda ya sudah patah.
Bro Morpheus, saya tidak pernah mengenal anda secara pribadi, tetapi saya selalu suka dengan cara pandang anda:
yak, ayo diputer lagi... seperti yg saya bilang setiap berselang beberapa waktu, ada satu thread kayak gini.
kalo ada mahayanis yg jelasin monggo, tapi siap2 jelasin puter ulang tape recordernya lagi lagi dan lagi...
selamet muter2.
ps: sekadar himbauan, sebelum menuliskan kata2 dengan ejaan yg salah seperti "buda", dsb, mari diperiksa ke dalam, apakah itu dilakukan dengan niat yg baik ataukah ada ldm di sana? walaupun kelihatannya "fun", kalo ternyata ada, mohon dihentikan. kalo tidak ada, silakan diteruskan. apalagi dengan status sebagai global moderator, pemula yg masih baru belajar bisa saja meniru2 anda ikutan "having fun". terserah anda...
.
Lalu mengenai kisah yang saya ceritakan di FB DC, sudah lama sekali, kira2 sekitar seminggu pertama FB DC dibuka.