Saya mau tanya, SEANDAINYA muncul kisah begini:
kisah dua orang Master Zen di Jepang. Yang satu mangkal di rumah bordil dan yang lain tidak. Padahal asusila 'dilarang' dalam Pancasila Buddhist yang dipatuhi praktisi Zen sekalipun apalagi bhiksu/master Zen . Master/Guru Zen yang tidak ke rumah bordil menegur yang ke rumah bordil. Jawaban Guru Zen yang ke rumah bordil adalah: "Yang tidak ke rumah bordil BUKAN manusia.". Lalu Guru Zen yang tidak ke rumah bordil menjawab: "Oh ya, kalau bukan manusia lalu apa?". Guru Zen yang ke rumah bordil menjawab singkat: "Buddha".
Bagaimana menurut Bro Sutarman?
Bro Kainyn yang baik,
Pertama-tama saya bukan Guru Zen Tanzan yang minum sake tersebut, jadi saya tak tahu persis apa yang ada dalam pikiran Beliau. Tanzan ini juga Guru yang sama yang menggendong wanita menyebrangi sungai kalau saya tak salah ingat (maklum saya baca kisah Zen ini sudah lama sekali).
Saya hanya bisa menebak-nebak saja bahwa di Jepang, sake adalah hal yang terkait dengan tradisi setempat. Aslinya di China, bhiksu Chan khan minum teh.
Sake kalau dikonsumsi dalam jumlah kecil tak membuat mabuk. Mabuk sudah pasti nggak bisa konsentrasi pikiran. Ini mungkin yang ingin ditunjukkan Guru Zen Tanzan itu.
IMHO, hubungan seksual kemungkinan membuat konsentrasi pikiran buyar jauh lebih besar daripada minum sake. Gak tahu juga sih kalau ada yang bisa 'gak bocor'. Istilah 'miring' ini pernah saya dengar dalam diskusi mengenai Tantrayana. Tapi saya yakin dalam Tantrayana sekarang tidak ada lagi yang kayak gituan.
Sekali lagi, saya bukan Guru Zen Tanzan. Saya terpaksa menebak-nebak saja. Maafkan kalau saya ada kesalahan.
Tapi yang saya ingin tekankan adalah MINDFULNESS erat hubungannya dengan Sila dan Vinaya dalam tradisi Zen. Semua Sila dan Vinaya dibuat untuk mendukung Mindfulness dan bukan justru untuk memperlemah Mindfulness.