Kemungkinan itu selalu ada , El. Siapa yang bisa menjamin bahwa Kumarajiva tidak pernah melakukan kesalahan dalam pekerjaannya menerjemahkan.
Tapi sebelumnya, perlu dicatat bahwa śreṣṭha = terbaik (paling baik), super bukan sekedar ”baik” . Dan jika kita lihat sebelum kalimat tersebut juga ada kalimat yang menggunakan kata ”–yana” yaitu ”gra-yana”. Nampaknya yang diterjemahkan oleh Kumarajiva sebagai 大乘 (dà shèng) adalah gra-yana, bukan śreṣṭha-yana.
gra-yana juga bukan berarti aliran mahayana. Gra dari kata agra, berarti utama.
Coba kita analisa kalimat dalam bahasa Chinese-nya:
如来为发大乘者说,为发最上乘者说
Jika memang 大乘 (dà shèng)/ gra-yana = mahayana dalam arti suatu aliran, lalu mengacu pada aliran apa 上乘 (shang shèng)/ śreṣṭha -yana?
Menurut saya kedua kalimat tersebut adalah bentuk pengulangan yang di dalamnya terdapat penekanan dan peningkatan makna kata. Misalnya: ia berusaha mengerti, ia berusaha memahami pelajaran tersebut. Ini adalah 2 kalimat yang sama yang digabung menggunakan ”,”(koma) dan kata ”mengerti” ditingkatkan menjadi”memahami”. Kalau dalam sutra dari ”utama” menjadi ”terbaik”, ”gra” menjadi ”śreṣṭha”.
Mengapa Kumarajiva menerjemahkan gra-yana (utama) sebagai 大乘 (dà shèng)? Mungkin Kumarajiva hanya menemukan padanan kata yang tepat untuk kata ”gra-yana” hanya pada kata dà(大) yang memiliki pengertian yang luas juga, tidak hanya berarti ”besar”atau mungkin ia salah mengartikannya. Kemudian 大乘 diterjemahkan dalam dipahami oleh generasi berikutnya sebagai Mahayana, dimana kata untuk aliran Mahayana juga 大乘 (dà shèng).
Bukan bermaksud OOT, tapi sebagai perbandingan, masalah keberadaan kata mahayana dan hinayana (aliran) dalam Sutra Intan memiliki indikasi yang lemah bahkan tidak ada, jika dibanding dengan Sutra Teratai (Saddharmapundarika Sutra).
Demikian.